Skip to main content

error bercerita,"Pindah!"

Ada keinginan pindah sejak lama, tapi belum bisa terlaksana karena bap (sebutan untuk Bapak gue), disusul mama sakit, dan kemudian berlanjut terus, hingga bap meninggal, dan masih ada lanjutan cerita yang ga usah diceritakan di sini. Menjelang hari H kepindahan, Ngka, Esa, mulai sibuk menyicil barang kepindahan. Hwehehe, cuma baju-baju aja sih, karena kami memang ga punya apa-apa sih. Setiap gue pulang kerja, mereka dibantu dua sahabat Ngka, Resen dan Yoshua, menyicil baju untuk pindah ke rumah yang baru (makasih ya Sen, Yos :) ). Rumah kontrakan mungil, yang cukup untuk kami berempat, Ngka, Esa, Pink, dan gue. Dan akhirnya, tralalala, hari H-pun tiba! Yuk pindaaaah...!

Pink ceria di tempat baru

 Depan rumah kontrakan mungil yang kami tempati ada pohon jambu air, dan persis di depan sawah. Anginnya alamaaaak, deras sekali. Waktu untuk menjemur pakaian yang barusan dicuci, ga lama, jreng jreeeeng, olala, kering! 

                                Pink di depan rumah, pohon jambu air, dan di pinggir sawah

Yang amat membahagiakan hati, karena Ngka, Esa, Pink, menikmati kepindahan di tempat baru ini. Canda tawa, obrolan riang, senandung-senandung selalu terdengar di tempat baru ini. Gue bahagia melihat, mendengar kebahagiaan terpancar dari Ngka, Esa, Pink.  

                           Esa dan Pink, berdua bercanda di rumah

Karena tempat baru ini agak jauh dari sekolah Esa, maka setiap pagi Esa diantar ke sekolah oleh Ngka, agar tidak terlambat. Bahagia sekali melihat keakraban ini.

Ngka mengantar Esa berangkat ke sekolah setiap pagi

Oh ya, pohon jambu air depan rumah yang tadi gue ceritakan, setiap hari berbuah. Ga banyak, tapi buahnya ga pernah habis.

                                                             Pink dan panen jambu air

Ya, sudah sebulan Ngka, Esa, Pink, dan gue, di tempat baru ini. Rasanya? Ya, bahagia...


Salam Senyum,
error




Comments

  1. Selamat menempati rumah baru mbak...semoga betah dan lebih ceria ^^

    ReplyDelete
  2. wah enak di depannya ada sawah segeeeer liatnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anginnya kuwenceeeng..! Suwegeeeer :D Sampai masuk angin :D

      Delete
  3. Ikut seneng lihat Mbak dan Kasapink sehat dan bahagia. :)

    ReplyDelete
  4. Kayak rumah saya yang di Jombang, di pinggir sawah juga
    Semoga krasan
    Salam sayang selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin... Iya Dhee, enak banget pinggir sawah, suwegerrr :)

      Salam sayang selalu untuk Dhee..., Muaaaach!

      Delete
  5. Asik banget rumah barunya, dekat dengan alam...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, benar-benar dekat alam, burung-burung kecil juga sering terlihat dari rumah

      Delete
  6. Ikut bahagia ya mbak. Salam sayang juga buat kalian sekeluarga, semoga selalu betah dan bahagia ttus di tempat yg baru ya, aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, makasih mbak Winny :D . Seneng banget rasanya menempati tempat yang baru ini :D

      Delete
  7. Waah. . .ada yang baru pindahan, ya.
    Btw, tampaknsejuk rumahnya, Mba. Tiap hari bisa lutisan, Mba. Pake jambu air. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak, sudah sebulan ini :D . Anginnya wae wer war wer, mbak :D. Yuuuk, rujakan pake jambu air :D , ada teruuus di pohon :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...