Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2014

error,"Pojok Esa"

Esa, putra ke-2 gue, selalu membuat gue, Ngka, dan Pink, geleng-geleng kepala. Gimana ga geleng-geleng kepala, lah setiap hari selalu aja pojok rumah di bagian rak buku, bergelimpangan segala benda milik Esa, dan ya tetap begitu, lalu Pink dapat bagian membereskan. Hingga akhirnya kami bertiga, gue, Pink, dan Ngka, sepakat memberi nama "Pojok Esa". "Esa, beresin bukunya", kata Pink. "Pink, Pinky aja, aku ga bisa", jawab Esa. "Esa, ga mungkin ga bisa", Pink berujar lagi. "Pink, tapi aku ga bisa. Aku bantuin aja deh", Esa menjawab, lalu bersiap pergi lagi ke sekolah untuk acara Bulan Bahasa. Pink menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa. Esa pun tertawa, lalu pamit pergi kegiatan Bulan Bahasa di sekolah. Pojok ini masih menunggu Esa pulang dari kegiatan Bulan Bahasa, agar bisa rapi kembali... Salam Senyum, error

error,"Rujak Jleb!"

Waktu itu gue ke pasar berdua Ngka. Ngka minta dibelikan mangga muda untuk rujak. Wah , mantap banget deh, karena itu gue langsung menyetujui. Tapi ternyata kesibukan (jiailaaah, sibuuuk...! Hahaha!) , gue ga bikin tuh rujaknya. Apalagi di hari Sabtu dan Minggu, jadwal Ngka kuliah tuh padat banget, dari pagi sampai malam. Alhasil mangga muda hanya dipandangi aja di dapur. Horre, Ngka libur, dan tiba-tiba gue ingat tentang rujak. Asyik banget nih makan rujak. Berangkat kerja kemarin, gue melihat segerombol jambu air ada di pohon. Tambah mantap ngerujaknya, mangga muda, dan jambu air! Lalu gue asyik di dapur ngulek bumbu rujak. Bumbu rujak yang komplit, karena menggunakan kacang goreng juga. Terbayang asyiknya makan rujak di siang hari yang panas. Taraaaa, jadilah bumbu rujaknya. Gedubrak gedubruk, cari sana-sini, mangga mudanya kok ga ada ya? Gue masih berusaha mencari tuh mangga muda yang kecut tapi 'jleb' sekaleee kalau dirujak. "Pink, mangga mudanya kok ga ada, ya?

error,"WHAT?? BPKB GUE ADA DI MANA?".

Tadi gue ke Adira Finance, yang bertempat di Sentra Bisnis, Harapan Indah, Bekasi. Tertanggal l1 Juni 2014, gue merevisi BP K B, yang sejak awal penerimaan ternyata no rumah di bagian alamat, salah. Oleh Adira Finance, saat penerimaan itu, gue diminta ke bagian revisi, yang ternyata sebuah biro jasa, CV. Vinno JAYA. Untuk merevisi, gue dikenakan biaya Rp. 50.000,-. Agakbingung juga, karena itu kan bukan kesalahan gue, tapi kok oleh ADIRA finance gue diminta ke bagian yang revisi dan dikenakan biaya, ya? Tapi gue malas ribut, gue bayar tuh biaya revisi. "Nanti Ibu dihubungi kalau sudah selesai, saya ga tahu kapan revisi ini selesai', kata mbak penjaga counter revisi CV. Vinno JAYA. Tunggu ditunggu, ga ada tuh gue dihubungi. Bulan September, gue datangi CV. Vinno JAYA yang di Adira Finance, Sentra Bisnis, Harapan Indah, Bekasi. Ternyata alamat masih belum berubah. Gue kecewa banget, dan rasanya ingin marah. mbak penjaga counter bilang,"Nanti dihubungi, saya kan orang baru,

error,"Internet"

Ngka sejak kelas 5 SD, gue ajarkan cara memasak, dan sekarang Ngka sudah jadi seorang mahasiswa. Semua juga tahu bahwa gue ga jago masak, jadi gue cuma mengajarkan yang simpel aja, sesuai dengan kemampuan gue. Tapi yang selalu gue beritahu pada Ngka,"Ga usah takut salah. Pakai feeling, dicoba, dirasa, selesai". Awal kali belajar memasak untuk Ngka, memasak telur matasapi, lalu telur dadar, beranjak memasak mie instan, menggoreng tempe, dan menggoreng-goreng yang lain. Satu ketika, gue meninggalkan sawi putih tanpa gue masak. Ngka dengan santai menjawab bahwa sawi putih akan dimasak oseng-oseng, atau tumis. Ya memang benar, tiba di rumah, sawi putiih sudah matang, dan berubah menjadi oseng-oseng sawi putih. Gue bersyukur memiliki anak yang bisa diandalkan saat gue malas memasak, hehehe. "Esa nambah 3 kali, Ma. Ngka masaknya enak banget", ujar Esa. "Siapa dulu? Ngka!", jawab Ngka. Esok paginya, gue melihat selembar kertas tergeletak di lantai dapur.

error,"Muntu ditemukan, gembus bacem pun matang!"

Pulang kerja, si muntu udah ketemu. Eh, tahu ga muntu tuh apa? Muntu itu ulek-ulek untuk ngulek sambal atau ngulek bumbu. Tadi pagi menghilang, ngumpet. Senang banget sewaktu diberitahu si muntu sudah ditemukan. "Muntu, jangan nakal lagi ya...!". Setelah ada muntu, diputuskan untuk membuat bacem gembus. Disambut meriah oleh Ngka.  "Ulek bawang putih", kataku pada Ngka, lalu Ngka mengulek bawang putih. Jangan salah, Ngka itu asisten masak gue yang bisa diandalkan loh. Seberapa banyaknya bumbu, itu feeling Ngka yang digunakan. "Terus apa lagi?", tanya Ngka. "Udah, itu aja. Gula jawa disisir, ketumbar halus udah ada, asem jawanya tuh, daun jeruk, daun salam, kecap. Lengkuasnya habis, ga usah pakai lengkuas ga apa-apa", ujarku.  Ditumislah bawang putih halus oleh Ngka, lalu diberi air. Ada yang menggunakan air kelapa untuk masak bacem. Tapi, ga usah juga ga apa-apa. Sesudah itu masuklah ketumbar halus, yang seperti biasa tanpa st

error,"Teman dunia lain".

Sepi. Ruangan ini sepi sekali. Hanya ada aku. Suara detik jam dinding terdengar keras. Kupandang layar monitor komputer, lalu beralih memandang ke luar, lewat jendela kaca yang persis ada di hadapanku. Angin menyentuh dedaunan dengan lembut, bunga-bunga terlihat segar, dan genit merayu dengan warna-warni yang cerah. Huft, tapi tetap saja aku sendirian di ruangan ini, tak ada seorang pun menemani. Lalu terdengar suara benda berat digeser di lantai bawah terdengar jelas. Aku duduk diam, waktu berjalan lambat. Detik jam dinding makin terdengar keras di telinga. Langit terlihat agak mendung, berawan abu-abu. Suara benda berat digeser terdengar lagi dari lantai bawah. Siapa yang menggeser-geser benda sejak tadi? Ah sudahlah, biarkan saja. Bisa jadi office boy sedang memindahkan sesuatu, atau mungkin ada kiriman sampel yang banyak dalam peti kemas, hingga lebih baik digeser saja daripada harus menggotongnya. Pekerjaanku masih menumpuk, ada banyak yang harus kuselesaikan. Tenggelam dalam k

error bercerita,"Misscall si muntu! Gagal masak"

Pagi tadi gue  ke pasar de k at rumah. Baru saja tiba di pasar, ibu pedagang sayur langganan gue memanggil,"Bu, Bu, ni ki loh gembus. Wonten gembus, Bu". Hehe, gue arti kan ya,"Bu, Bu, ini loh gembus. Ada gembus, Bu". Gembus tuh seperti tempe, tapi bu kan :D .  Gue seja k awal pindah  ke sini, selalu mencari gembus, tempe gembus, dan hanya mba k Nur, si ibu pedagang sayur di pasar inilah yang menjual tempe gembus. Apa sih gembus itu?  Tempe gembus adalah tempe yang dibuat dari ampas tahu yang diberi ragi, lalu di bungkus menggunakan plastik kecil-kecil dan dibiarkan semalaman hingga tumbuh jamur tempe yang warnanya putih. Teksturnya lebih lembut dan kenyal dibanding tempe yang berasal dari kedele.  Gue senang banget wa ktu di k asih tahu ada tempe gembus! Esa, putra tengah gue, paling su ka ma kan gembus. Rencananya gue mau masa k gembus bacem. Gue beli gembus, dan belanja sayuran, lalu pulang!  Cling, voila, gue dah sampai di rumah! Rumah gue berjara k   kuran

error,"HORREE, DAPAT NOL!".

Ga tahu kenapa, tiba-tiba gue teringat kisah lama tentang Ngka, putra sulung gue yang sekarang sudah menjadi mahasiswa, sewaktu masih kelas 1 SD. Ngka terdaftar menjadi siswa SD swasta di dekat rumah. Nilainya bagus-bagus, dan gue hargai itu dari proses Ngka belajar. Saat itu gue ga bekerja, gue seorang ibu rumah tangga fulltime dengan 3 orang campuran putra-putri. Setiap hari Ngka belajar dibimbing gue. Tapi ada 1 matapelajaran yang gue ga sanggup mengajarinya, yaitu matapelajaran bahasa daerah, bahasa Sunda. Gue menyerah untuk urusan bahasa daerah. Nilai bahasa Sundanya berkisar di nilai 7. Dan gue merasa cukup, karena gue aja ga bisa mengajarinya. Ng ka selalu gue antar dengan mengajak Esa, dan Pink, menunggu di kantin. Dan di hari itu, saat istirahat, gue melihat Ngka berlari riang menuju tempat gue dan dua adiknya menunggu, sambil mengacungkan sebuah buku ke atas. "Mama! Mama!", teriak Ngka sambil terus berlari ke arah gue. Gue tertawa melihatnya. Bahagia meliha

error,"Makan apa, makan apa, makan apa sekarang? Bersyukur bisa makan".

Beberapa hari lalu gue bertemu dengan seorang teman, dia mengeluh ga punya uang, hingga anak-anaknya hanya bisa dimasakkan telur. Gue terdiam mendengar ceritanya, dan jadi teringat Ngka, Esa, Pink, mereka pernah kelaparan, dan mereka tetap tersenyum. Dan sewaktu gue tiba di rumah, gue berkata pada Esa,"Sa, besok bawa bekal untuk ke sekolah, nasi telur ya? Ga apa-apa kan?". Dan jawaban Esa,"Ma, udah bagus banget bisa makan telur". Ya, Ngka pun berangkat kuliah membawa bekal makan dan minum dari rumah, supaya lebih hemat, dan sehat, juga seringkali membawa bekal nasi telur. Jadi, sesuatu hal akan jadi masalah kalau dianggap masalah, dan ga jadi masalah, kalau dianggap bukan masalah. Sebagai seorang ibu, single mom, gue ga mau mempermasalahkan makan apa hari ini. tapi gue lebih menekankan bersyukur ada rejeki, dan bisa makan. Sebagai orangtua, adalah kewajiban memberi nafkah, memberi penghidupan pada anak, memberi hal indah pada mereka. Ufh, menurut gue sih, itu buk

error,"Tersenyumlah, maka anak pun tersenyum".

Sedih banget tadi menonton video di status teman sosmed, tentang kekerasan fisik yang dilakukan siswa Sekolah Dasar terhadap temannya, seorang siswi, di dalam kelas saat ga ada guru. Ga ada yang menolongnya, malah divideokan oleh siswa lain, dan yang melakukan kekerasan itu bukan cuma seorang saja, melainkan beberapa orang. Yang ga ikut melakukan kekerasan tersebut, hanya diam, ga membantu, dan ga berusaha menghentikannya. Pelaku malah tertawa di depan kamera. Bergidik melihat tayangan itu, dan ga habis pikir, apakah teriakan-teriakan mereka ga terdengar oleh kelas lain, dan kemanakah guru yang seharusnya mengajar mereka? Sedih banget menontonnya. Pelaku-pelaku di video tersebut anak usia SD, yang mungkin sekitar 10 tahun-12 tahun. Pengasuhan, pendidikan, pengajaran seperti apakah yang mereka dapat dalam menjalani kehidupan, di usia mereka yang baru saja menginjak awal belasan tersebut? Sama sekali ga ada kasih dalam perbuatan itu. Apakah menendang, meninju, memukul kepala seorang lai

error,"Me time a la gue"

Me time! Rasanya siapa pun butuh me time, ya. Gue seorang single mom dengan 3 kekasih jiwa, alias 3 campuran putra dan putri, Ngka, Esa, Pink, yang jelas-jelas beda usia karena mereka bukan kembar, dan beda jenis kelamin. Ngka, mahasiswa awal di sebuah universitas swasta, Esa, seorang pelajar SMA negeri, dan Pink, satu-satunya putri gue, yang saat ini homeschooling karena keterbatasan kondisi kesehatan, dan sekarang SMP kelas terakhir. Untuk menafkahi 3 orang campuran putra-putri ini, gue menjadi perempuan bekerja. Selain bekerja, otomatis gue juga jadi seorang ibu rumah tangga dengan berbagai macam tugas yang menjadi hak gue sebagai ibu. Sabtu dan Minggu menjadi hari ibu untuk gue, karena fulltime mengerjakan tugas rumah. Suntuk? Ga juga sih, karena di saat-saat bersama Ngka, Esa, dan Pink, saat itu juga gue menjalani me time, tanpa meninggalkan mereka. Mereka pun memiliki me time, dan dilakukan saat-saat kebersamaan kami. Ngka mendengarkan lagu, Pink membaca buku, Esa ngegames, gu

error,"Sungai jernih dekat rumah"

Terbayang banjir gegara sungai yang penuh sampah, kotor, tak dijaga dengan baik. Airnya hitam, dan pastinya banyak penyakit. Jadi teringat banjir yang pernah melanda. Dan itu benar-benar melumpuhkan lingkungan perumahan. Foto ini diambil 18 Januari 2014, air banjir di dalam rumah lebih tinggi dari ini I tu dulu, dan disebabkan oleh kurangnya resapan air, tidak ada saluran air yang bagus, sungai yang juga menambah masalah. Sungai yang melewati perumahan penuh sampah. Heran juga kenapa masih saja hobi membuang sampah di sungai, ya? Padahal sudah tahu secara pasti, itu mengakibatkan banjir. Juga kenapa pembersihan sungai kalau sudah masuk musim penghujan? Bersih itu sehat, dan itu bukan omong kosong. Ngeri juga kalau mengingat banjir. Air banjir yang kotor, yang jelas dicemari berbagai kotoran, penyakit. Nah sekarang, dekat rumah gue yang baru sebulan gue tempati bersama Ngka, Esa, dan Pink, ada sungai, mungkin kurang lebih 200 meter, jarak rumah dengan sungai. Sungai yang jernih,

error,"Teriakanmu menyedihkan"

Sejak gue bangun tidur, mau berangkat kerja, hingga gue pulang kerja, gue selalu mendengar teriakan yang menyedihkan hati. Bukan, itu bukan teriakan gembira, juga bukan teriakan ke gue, tapi teriakan seorang ibu pada anaknya, yang terdengar jelas sampai ke rumah gue. Setiap kali mendengarnya, terasa banget itu teriakan yang memberi kepedihan. Entah gue yang lebai, atau memang teriakan itu sebenarnya menyedihkan juga untuk orang lain yang mendengar, terutama untuk sang anak. Gue akui bahwa gue bukan seorang ibu yang baik, bukan ibu yang hebat. Gue seorang ibu yang biasa banget. Gue ga bisa masak yang lezat seperti ibu-ibu yang lain, masa k an gue cuma pakai feeling aja, malah anak-anak gue suka minta gini,"Ma, masak makanan yang aneh dong". Hahaha, itu karena gue memang masak makanan aneh, gue aja ga tahu gue masak apa, namanya apa. Jadi kalau ditanya,"Masak apa?", jawaban gue,"Ga tahu". Gue ga bisa menemani anak-anak setiap saat, karena gue bekerja. Ya,

Dia, Mereka Yang Berbeda

Aku ketakutan mendengar suaranya memanggil, dan semakin ketakutan saat dia ada di hadapanku. Sosoknya yang besar, hitam, dibalut senyum yang penuh kepastian tentang kelicikan. ingin berlari, tapi kaki tertahan di lantai, melekat erat, hingga tak bisa beranjak.  "Ternyata di sini. Hebatnya aku, bisa menemukanmu. Pergi kemana pun kamu, aku tahu berada di mana", dengan seringainya yang membuatku semakin ketakutan. Tapi berusaha untuk menyembunyikannya dalam hati. "Hmm", jawabku sambil terus saja bermain dengan ponsel, berusaha tidak melihat wajahnya. "Aku akan berada di sini, menemanimu." "Tak perlu," aku menjawab tanpa memperhatikannya sedikit pun. Seperti biasa dia tiba-tiba menghilang. Sama seperti kemunculannya yang juga selalu tiba-tiba. Lega rasanya!  Bertahun-tahun sosok itu menghantui hidup, mengganggu keseharian yang kumiliki. Dia selalu bisa menemukanku dengan mudahnya. Andai saja bisa menghancurkannya. "Err! Err!", sua

error,"kursi roda kempes"

Di rumah ada sebuah kursi roda, diletakkan di sudut ruang tamu. Melihat kursi roda yang roda nya sudah kempes sebelah, gue merasa bahagia. Aneh ya, melihat kursi roda kempes gue jadi bahagia. Ada rangkaian cerita di sebuah kursi roda, dan ada sejumlah rasa syukur yang memang seharusnya gue ucap pada Tuhan Yang Baik Banget. Pink waktu itu diserang oleh imunnya sendiri. Ya, Pink hidup dengan autoimun. Saat itu Pink diserang bagian otot kakinya. Pink lumpuh kaki. Bohong kalau gue berkata ga sedih. Gue sedih, tapi gue berusaha untuk bisa menyikapinya dengan senyum. Semua adalah terbaik dari GUSTI, jadi ga mungkin kejadian yang ada tuh sebuah hal buruk. Untuk ke kamar mandi atau ke mana pun dia mau, Esa, Ngka, atau gue, siap menggendongnya. Pink ga bisa berangkat ke sekolah, karena kondisi kesehatannya yang lemah. Beberapa waktu kemudian, Pink mulai bisa bangkit berdiri, tapi masih belum bisa berjalan, saat itu hampir test kenaikan kelas. Gue ingin Pink berangkat ke sekolah, tapi tentu s

error,"Menikmati gelapnya mati lampu".

Semalam gue bersama Esa dan Pink, asyik menonton tv, Ngka pergi dengan sahabatnya, Yosua. Bertiga santai, nonton, ngobrol, tetiba lampu PET, mati. Tunggu ditunggu, eh listrik masih mati juga. Fiuh, mati lampu, atau 'njepret' (njepret listrik tuh namanya apa ya? Tegangan listrik turun? ya maksudnya itu deh) ya? setelah diperiksa oleh Esa, ternyata memang mati lampu. Ngomong-ngomong, di luar negeri mana gitu, ada mati lampu ga ya? Ah ya sudahlah, gue cerita mati lampu semalam aja. Panas, gerah, orang Jawa bilang,"Sumuk", dan pasti banyak bahasa daerah yang menyatakan maksuda yang sama ini. Pokoknya mulai berkeringat, karena ga ada angin yang menyentuh ruangan. Pintu depan rumah pun dibuka. bertiga duduk di ruang tamu, tetap mengobrol. Seberang rumah, pinggir sawah, ada beberapa tetangga duduk di sana, mungkin karena kegerahan, mereka pun keluar rumah, duduk santai mengobrol sesama warga yang jadi korban mati lampu. Seberang rumah gue memang tempat favorit tetangga du

error,"Bihun goreng untuk tetangga".

Hari Sabtu kemarin, gue memberi kue pada tetangga sebelah rumah. Eeh hari Minggu, si ibu tetangga memberi nasi plus lauk khas Lebaran di piring ke rumah. Jadilah gue bingung, tuh piring si ibu mau diisi apa. Mengembalikan piring kosong, rasanya kok ga enak ya. Hari minggu itu gue ga masak, pasar pun sepi, ga ada yang berjualan. Senin berlalu, Selasa juga berlalu, piring si ibu tetangga sebelah rumah masih ada di rumah gue. Huwaaa, gue bingung, mau diisi apa piringnyaaaa? Di kantor, gue menanyakan hal ini pada seorang teman,"Diisi apa ya piring si ibu tetangga sewaktu gue kembalikan piringnya?". Jawabannya fantastis untuk otak gue yang blank! "Bihun goreng, Mbak", kata teman gue. Good idea banget!! Muaaach, Mbak Pupu, udah memberi ide bagus! Jadi, sepulang kerja kemarin, gue meminta Ngka untuk membeli bihun. Dan tadi pagi-pagi gue ke pasar dekat rumah, membeli sayuran dan baso. Bihun goreng akan terhidang pagi ini, dan nanti akan mengisi piring si ibu tetangga seb

error,"Jambreeet!!"

Waktu itu mendekati hari Raya Idul Fitri, siang hari sekitar pukul 14.00, gue mengantar teman mengurus ketenagakerjaan di kantor BPJS ketenagakerjaan yang dulu dikenal dengan Jamsostek. Perusahaan tempat gue bekerja masuk wilayah BPJS ketenagakerjaan di daerah Rawamangun, Jl. Pemuda, Jakarta Timur. Siang terik, panas banget. Gue mengendarai sepeda motor, teman gue dibonceng duduk di belakang. Masa iya teman gue duduk di depan, ga cukup dong... :D . Perjalanan lancar, gue santai aja mengendarai motor, ga ngebut. Teman gue membawa 2 buah tas, yang 1 diletakkan di tengah antara gue dan dia, berisi dokumen yang diperlukan. Sedangkan tas yang 1 lagi, bergantung di sebelah bahunya. Untuk mencapai lokasi tujuan, kami melewati Jl. Paus. Macet banget. Motor bergerak perlahan. Panas, macet, benar-benar membuat gue harus berkonsentrasi penuh. Gue ga mau konyol menyerempet mobil orang. Dekat pertigaan Jl. Pemuda, gue mengambil jalur kiri perlahan. Benar-benar pelan-pelan. Jalur kiri kosong, aman

error,"Lima puluh ribu".

Tadi gue pulang kerja lebih cepat dibanding biasanya. Senang dong bisa pulang cepat, berarti bisa sampai di rumah lebih cepat juga. Judulnya, tralala trilili sekaliii... Pukul 3.00 sore gue mulai start gas motor. Antar teman yang rumahnya dekat kantor, lalu hayyuk pulang! Jalan raya lengang, ga macet, asyik banget. Gue nyanyi-nyanyi di motor. Mendekati klender, jalanan mulai macet. Biasaaa, biasaaaa, macet ya biasa. Tapi eh ternyata di depan, menghadang jejeran petugas. Biasaaaa, biasaaa, razia motor :D . Gue pernah posting cerita tentang razia motor. Gue minggir karena diminta minggir oleh petugas. "Selamat sore, Bu". "Selamat sore juga, Bapak". "Surat-surat, Bu". Ya memang selalu surat-surat yang ditanyakan. Gue keluarkan surat-surat dari dompet. Cuma memang pajak motor terlambat belum gue bayar. Tapi kan itu urusan pajak ya, dan itu ga ada urusann dengan petugas yang ini, tapi petugas bagian lain tentunya. "Laaah gimana sih ini pajaknya". &q

eror,"Lima menit lagi".

Di antara Ngka, Esa, Pink, anak yang paling sulit untuk dibangunkan dari tidurnya, adalah Esa. Biar pun kami membangunkannya sesuai pesan permintaannya untuk dibangunkan, tetap aja susah. Jadi kalau gue meminta Ngka, atau Pink, membangunkan Esa, yang gue dengar dan gue lihat dari mereka bedua adalah,"Suwit yuk", yang kalah, bertugas membangunkan Esa. Atau malah,"Mama aja deh Ma yang bangunin Esa", dengan wajah hopeless. Seperti biasa, gue memang selalu membangunkan Esa di pagi hari, karena Esa satu-satunya yang harus berangkat sekolah. Ngka kuliah di hari sabtu dan Minggu, sedangkan Pink, homeschooling. Esa meminta untuk dibangunkan pukul 5.30 setiap paginya. Dan setiap pagi itu pula gue selalu kesulitan membangunkan Esa. "Sa, bangun". Esa masih memejamkan matanya,"Lima menit lagi, Ma". Dan itu terus menerus,"Lima menit lagi, Ma". Tapi akhinya gue dapat juga keyword untuk membangunkan Esa. Dan mudah membangunkannya. Tapi tetap saja Ng

error,"Tuhan mencukupi"

Tuhan mencukupi. Itu yang ingin gue share. Jangan pernah takut menghadapi kondisi yang mungkin bisa dikatakan sulit.  Kalau yang suka baca blog gue, dan yang memang tahu tentang gue, pasti sudah tahu ya kalau gue sudah pindah rumah. Ini bukan cerita tentang pindahnya gue sih, tapi ini tentang Tuhan yang mencukupi kebutuhan gue dan anak-anak saat pindah rumah. Gue bertanya pada Ngka, Esa, dan Pink, mengenai akan pindahnya kami dari rumah eyang mereka,"Kita pindah ke tempatan kontrakan yang kecil, kumuh, jelek. Kamu malu ga?". Jawaban mereka,"Ga malulah Ma. Malu kenapa?". Jawaban itu menguatkan gue untuk tetap pindah walau nanti pindah ke kontrakan yang bisa dikatakan jauh dari kata bagus. Gue cari sana-sini, ga ada. Susah banget mencarinya, karena gue cari rumah kontrakan yang perbulan. Gue ga cari yang pertahun. Akhirnya gue dapat informasi seorang teman. Lega rasanya, karena rumah tersebut tergolong rapi untuk kategori rumah kontrakan perbulan. Tuhan memberi

error bercerita,"Si ayam Happy bday ada di piring...".

Gue menempati rumah yang baru bersama Ngka, Esa, Pink, tuh sejak 29 Agustus 2014, dan sejak itu pula gue selalu mendengar suara ayam berkokok, karena tetangga sebelah rumah memiliki banyak ayam dalam kandang, yang ditempatkan di seberang rumahnya, pinggir sawah. Ada seekor ayam yang suara kokoknya unik, seperti sedang bernyanyi lagu Happy birthday. Gue biasanya berduet dengan si ayam. Setiap dia bernyanyi,"Hepi bersdey", gue menambahkan dari rumah,"Tu yu". Dan sungguh, hal yang kecil itu menambah kebahagiaan di hati. Setiap kali gue mendengar si ayam happy bday bernyanyi, gue selalu tertawa. Setiap hari gue dibangunkan oleh si ayam happy bday. Ya siih, ayam yang lain juga berkokok, tapi ga tahu kenapa, gue baru bisa bangun kalau mendengar nyanyian si ayam happy bday. Rasanya bahagia mendengar nyanyiannya. Ayam yang unik! Tapi gue belum pernah melihat penampakan si ayam happy bday, hanya mendengar nyanyiannya saja. Tanggal 5 Oktober 2014, hari Minggu, itu hari R