Ngka sejak kelas 5 SD, gue ajarkan cara memasak, dan sekarang Ngka sudah jadi seorang mahasiswa. Semua juga tahu bahwa gue ga jago masak, jadi gue cuma mengajarkan yang simpel aja, sesuai dengan kemampuan gue. Tapi yang selalu gue beritahu pada Ngka,"Ga usah takut salah. Pakai feeling, dicoba, dirasa, selesai". Awal kali belajar memasak untuk Ngka, memasak telur matasapi, lalu telur dadar, beranjak memasak mie instan, menggoreng tempe, dan menggoreng-goreng yang lain.
Satu ketika, gue meninggalkan sawi putih tanpa gue masak. Ngka dengan santai menjawab bahwa sawi putih akan dimasak oseng-oseng, atau tumis. Ya memang benar, tiba di rumah, sawi putiih sudah matang, dan berubah menjadi oseng-oseng sawi putih. Gue bersyukur memiliki anak yang bisa diandalkan saat gue malas memasak, hehehe.
"Esa nambah 3 kali, Ma. Ngka masaknya enak banget", ujar Esa.
"Siapa dulu? Ngka!", jawab Ngka.
Esok paginya, gue melihat selembar kertas tergeletak di lantai dapur. gue ambil, dan gue baca. Apa yang tertulis di kertas membuat gue tersenyum. Selembar kertas bertuliskan resep oseng-oseng sawi putih.
"Ngka, kamu dapat darimana resep oseng-oseng sawi putih?", tanyaku pada Ngka.
"Google, Ma", jawabnya.
Senyum gue semakin lebar. Bahagia karena anak gue bisa mengambil manfaat dari internet, bertanya pada si mbah Google. Teringat perkataan seorang keponakan,"Mama ga mau pasang internet di rumah, tante, kata Mama, internet itu bahaya".
Baik dan buruk segala sesuatu, menurut gue berkaitan dengan bagaimana kita menggunakan dan menyikapinya. Internet bisa jadi buruk, kalau digunakan untuk hal buruk. Internet bisa jadi baik, kalau digunavan untuk hal baik. Bisa memasak karena belajar dari internet, menurut gue adalah hal yang baik. Gunakan dengan bijak, pilih dengan bijak, mau berinternet untuk perubahan baik, atau mau berubah buruk?
Salam senyum,
error
Satu ketika, gue meninggalkan sawi putih tanpa gue masak. Ngka dengan santai menjawab bahwa sawi putih akan dimasak oseng-oseng, atau tumis. Ya memang benar, tiba di rumah, sawi putiih sudah matang, dan berubah menjadi oseng-oseng sawi putih. Gue bersyukur memiliki anak yang bisa diandalkan saat gue malas memasak, hehehe.
"Esa nambah 3 kali, Ma. Ngka masaknya enak banget", ujar Esa.
"Siapa dulu? Ngka!", jawab Ngka.
Esok paginya, gue melihat selembar kertas tergeletak di lantai dapur. gue ambil, dan gue baca. Apa yang tertulis di kertas membuat gue tersenyum. Selembar kertas bertuliskan resep oseng-oseng sawi putih.
"Ngka, kamu dapat darimana resep oseng-oseng sawi putih?", tanyaku pada Ngka.
"Google, Ma", jawabnya.
Senyum gue semakin lebar. Bahagia karena anak gue bisa mengambil manfaat dari internet, bertanya pada si mbah Google. Teringat perkataan seorang keponakan,"Mama ga mau pasang internet di rumah, tante, kata Mama, internet itu bahaya".
Baik dan buruk segala sesuatu, menurut gue berkaitan dengan bagaimana kita menggunakan dan menyikapinya. Internet bisa jadi buruk, kalau digunakan untuk hal buruk. Internet bisa jadi baik, kalau digunavan untuk hal baik. Bisa memasak karena belajar dari internet, menurut gue adalah hal yang baik. Gunakan dengan bijak, pilih dengan bijak, mau berinternet untuk perubahan baik, atau mau berubah buruk?
Salam senyum,
error
Betul Mak.. internet itu sebetulnya tergantung manusia yg menggunakannya. Bisa jadi baik, bisa juga berbahaya. Tinggal sebagai orang yg lebih tua, kitanya yg harus membekali yg lebih muda biar memanfaatkan internet untuk kepentingan yg baik.
ReplyDeleteHuaaaa... kite sehati nih *ngarep* kemarin saya jg baru ngetwit tentang internet :)
Iya, semua kembali pada kitanya aja, jadi baik atau jadi buruk. Peran ortu penting banget sebagai pendamping dan pembimbing untuk anak. Hihihi, ternyata sehatiiiii yaaa.... ;)
Delete