Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Sabar? Tenang saja

Sabar itu ga ada batas, katanya sih gitu. Sabar itu susah, juga katanya sih gitu. Iya, itu katanya. Gue orang yang ga sabaran. Hedeh, parah. Berusaha untuk bisa sabar, ga lulus juga. Masih aja ga bisa sabar. Trus gimana dong? Gue memutuskn untuk mengubah usaha menjadi sabar ke menjadi tenang. Whaaat? Tenaaang? Maksudnyah apah yah? Dalam menghadapi semua kejadian hidup, gue berusaha untuk tenang. Ga panik, ga marah, ga jengkel, ga kesal, ga bad mood, ga ngamuk-ngamuk. Tenang, tenang, tenang. Segala sesuatu ga ada yang buruk. Semua itu indah, bagus. Gue belajar untuk bisa menyerahkan segala sesuatu ke GUSTI. Susah banget ternyata! Apalagi saat putri bungsu sakit. "Kalau Allah 'ngambil' anak lo, gimana, Nit?" Tanya seorang sahabat. Bug! Rasanya kayak ditinju tepat di jantung! Ya, menyerahkan semua ke GUSTI, berarti semua, termasuk hidup dan mati orang-orang terkasih. Terus dan terus, belajar, berusaha, untuk tenang, dengan cara berserah ke GUSTI. Berusaha melihat s

Sarapan? Yuk!

Gue mewajibkan sarapan di rumah. Pukul 6.00 pagi, tiga kekasih sudah selesai sarapan. Masak cepat, jadi sarapan. Paling mudah ya masak nasi goreng. Tapi pagi ini, ulala sekali! Bangun kesiangan, santai sejenak, lupalah ngintip magic com, masih ada nasi atau perlu masak nasi. Sewaktu mencuci piring, tolong, tolong, ternyata wadah nasi bertengger di bak cuci piring! Waduh, padahal Esa kan akan berangkat sekolah, dan membawa bekal makan dari rumah! "Sa, makan mie goreng, mau? Bawa mie goreng, mau?" Tanya gje pada Esa yang sedang mandi. "Mau, Ma" Ngka masih tidur, Pink juga masih nyenyak. Ok, deh, langsung ambil kunci motor, bergegas ke pasar! Untung masih sepi! Melangkah ke mbak Nur, penjual sayur langganan. Beli mie, sawi, baso, telur. Yes, selesai, yuk mari kita pulang! Tancap gas! Sampai di rumah, merebus air untuk mie, mencuci sawi, baso, menyiapkan bumbu. Oh iya, mengocok telur juga. Kecap, mana kecap? Huwaa, habis! Di botolnya hanya tersisa sedikit. Ya s

Si Penikmat Dongeng

Sewaktu gue masih kecil, setiap hari dipenuhi dongeng. Mama selalu  mendongeng. Menurut mama, aki (sebutan para cucu untuk kakek, notabene ayah dari mama) selalu mendongeng untuk mama saat kecil. Dongeng-dongeng membuat gue takjub! Selain dari mama, gue juga didongengi oleh kaset sanggar cerita. Iya, dulu ada kaset yang khusus berisi cerita, dongeng. Setiap ada keluaran terbaru, bap membelikan untuk gue. Dongeng-dongeng juga gue baca. Majalah, buku, menjadi amat menarik karena berisi banyak cerita, dongeng. Waktu berjalan cepat. Gue yang menikmati dongeng mulai mendongeng. Keponakan-keponakan kecil, anak-anak tetangga, jadi korban mendengar dongeng yang gue ceritakan. Hingga akhirnya memiliki anak, dongeng ga hilang dari kehidupan gue. Banyak nasehat, pesan moral, yang bisa dimasukkan dalam dongeng. Jadi gue ga perlu 'berbusa' menasehati, cukup dengan mendongeng. Dongeng tumbuh di dalam kehidupan gue, dan gue bertumbuh kembang bersama dongeng. Gue ga tahu, apakah tiga an

IKUTIN MOTOR YANG DI DEPAN!

Tadi siang, gue ga di kantor. Tapi pergi ke Kementrian Tenaga Kerja. Sepulang dari sana, gue ke kantor BPJS Ketenaga kerjaan. Sampai di kantor sudah sore, melipir makan baso. Hiyaah, gimana bisa langsing, tadi sebelum berangkat tuh gue sudah makan siang! Lupakan, ini oot. Kembali ke ruangan kerja, adeeem! Ya iyalah, di luar panas banget, apalagi makan baso panas pula! Jarum jam ga bergerak! Eh, bergerak, tapi lambat. Padahal udah ga sabar ingin pulang. Ada sebuah boneka besar untuk Pink, hadiah dari siswa PKL yang masa tugasnya selesai hari ini. Juga ada sejumlah oleh-oleh di dalam tas, untuk Ngka, Esa, dan Pink. Yes, pukul 18.00! Waktunya gue pulang. Semoga ga macet, karena lumayan ribet membawa boneka besar, walau sudah dikemas dalam kantong plastik. Sedangkan back pack pun berat. Laju motor bagai angin tanpa halangan. Cihui, asyik! Terbayang pulang nanti harus mampir sebentar membeli barang titipan Esa. Tapi okelah, jalanan ga macet, ga masalah. Tapi ulala lalalala! Sewakt

SUPER DIDI: MENDADAK JADI SUPER DADDY

Didi (panggilan untuk sang ayah diperankan oleh Vino G. Bastian) jadi punya kesibukan yang heboh karena Muti (panggilan ubtuk sang ibu siperankan oleh Karina Nadila) harus pergi ke Hongkong selama 2 minggu untuk membantu sahabat mereka yang sedang menghadapi krisis perkawinan. Selain harus bekerja sebagai arsitek yang sedang menangani proyek senilai 10 triliun, juga harus mengasuh 2 putri mereka, Anjani dan Velia, yang masih TK. Jadwal anak-anak mereka ditulis oleh muti di sebuah buku, dan selalu dipantau lewat video call. Didi harus membujuk Anjani dan Velia makan, mengantar ke sekolah, mengepang rambut, mengantar les balet, menonton film frozen, hingga perawatan salon yang dipesan oleh muti menjelang pentas drama Timun Mas di sekolah anak mereka! Seru banget! Di sini juga ada Mayang (oma sayang, diperankan oleh Ira Maya Sopha), dan Opa (Mathias Muchus), yang menambah seru film ini. Ada kalimat yang menyentuh banget, diucap oleh Didi saat anak bungsu mereka masuk rumah sakit karena