Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

Bahagia Itu Sederhana Dan Banjir!

Banjiiir! Banjir masuk rumah. Anak-anakku, Ngka, Esa, Pink, masih kecil. Ngka kelas 1 SD, Esa belum sekolah, apalagi Pink, masih kecil. Air banjir yang berwarna seperti susu cokelat masuk ke dalam rumah. Ga tegalah emak yang satu ini membiarkan anak-anak terkena air banjir. Banjir ga tinggi sih masuk ke dalam rumah, ‘hanya’ sebatas betis. Tapi terbayang di otak ini setinggi apa untuk anak sekecil anak-anakku. Ga deh, jangan main air banjir, ya sayang. Aku ajak tiga anakku duduk di tempat tidur.  “Ayo Ngka, Esa, Pink, kita naik kapal! Kakinya jangan turun ke bawah! Kaki jangan kena air! Hati-hati, ada ikan paus! Hati-hati ada ikan hiu! Ayo kita dayung, dayung, dayung! Lihat, ada ikan duyung di ujung sana!” Itu yang kukatakan pada Ngka, Esa, dan Pink.  Kami tertawa-tawa di atas tempat tidur.  “Mamaaaa, itu ikan hiu! Awas kaki!” Ngka berteriak.  “Hiiii, ikan hiu!” Teriak Esa, dan Pink.  Suasana gembira tercipta di kamar. Saatnya makan siang, aku turun dari temp

Bahagia Itu Sederhana Dan Kambing

Kambing! Hewan yang ingin kumiliki. Alasannya karena penasaran dengan bentuk kotorannya. Karena menurut teman-teman kecilku, kotoran kambing berbentuk bulat! “Bap, memangnya tahi kambing itu bulat-bulat, ya?” “Iya.” “Kayak apa?” “Ya bulat.” “Ninit ga pernah lihat. Ninit pengen lihat.” Hanya percakapan itu yang terjadi. Hingga satu sore saat bap pulang kerja. “Niiiit, Niniiit!” Suara bap memanggil. Aku tergopoh-gopoh menyambut bap. Tapi amat mengejutkan karena ada hadiah tak terbayangkan untukku! “Kambiiing! Kambiiiing! Bap bawa kambiiing! Kambing siapa?” Aku berteriak-teriak kegirangan. “Kambing untuk Ninit. Katanya pengen lihat tahi kambing.” Ujar bap. Kambing! Bap membeli 2 ekor kambing untukku! Mereka diikat di halaman samping. Aku duduk ga jauh dari sana. Menunggu kambing mulas. Menunggu kambing buang air besar. Menunggu tahi kambing! Apa iya bulat-bulat seperti kata teman-teman, dan seperti kata bap?  Lama menunggu, kambing ga mulas ju

8 Langkah Menjadi Bahagia

Siapa yang mau jadi orang berbahagia? Aku yakin semua orang ingin selalu berbahagia. Tapi seringkali terbentur masalah, bersedih, lalu akhirnya merasa ga bahagia! Sebenarnya amat mudah menjadi orang yang selalu berbahagia. Karena Tuhan selalu memberi kebahagiaan untuk manusia, jangan hanya karena ga mendapat hal yang sesuai dengan yang diinginkan, lalu berpikir bahagia itu sulit. Terima apa yang terjadi dengan senyum. Apapun yang terjadi, hadapi, jalani, dengan senyum. What? Gila aja gimana bisa tersenyum kalau rumah kebanjiran, kemalingan, anak sakit, dan masih banyak hal buruk lain terjadi! Ih, bisa, kok, bisa. Ada caranya. Ikuti langkah ini agar menjadi orang yang berbahagia: 1.     Tenang      Jangan panik! Saat terjadi hal yang ga menyenangkan, tenangkan diri. Panik hanya      akan membuat kita sulit berpikir jernih. 2.     Positif Thinking      Buang jauh-jauh berpikir sebagai orang yang paling sengsara, paling merana, paling      susah, paling mende

BAHAGIA ITU SEDERHANA DAN GOSIP, FITNAH

Pernah difitnah? Pernah digosipi? Aku sering. Aih, sering difitnah, digosipi, kok bangga. Ya iyalah bangga. Aneh, ya? Jangan merasa aneh, tapi ga bohong, jujur nih, aku sih bangga-bangga aja tuh sampai difitnah, dan digosipi sama orang. Pasti jadi pertanyaan deh, sakit hati atau ga, aku difitnah. Namanya aja manusia, ya pasti pernah merasakan hati seperti diiris silet. Perih, mak, perih. Kalau mikir sakit, ya jadi sakit di hati. Tapi aku berusaha untuk tenang aja. Merasakan sakit di hati cukuplah beberapa menit. Aku termasuk orang yang ga gitu peduli omongan orang lain. Sebodo teuinglah, cuek ajah. Mikir apa yang orang omongin tentang aku, ga akan ada habisnya sakit hati. Untungnya aku ga model ‘pemikir’. “Mbak, kamu dibilang bawa gendruwo!” Eh bujut, bawa gendruwo! Pernah loh aku difitnah begitu!  Aku tertawa aja.  Ga tau darimana tuh orang bisa lihat gendruwo bareng aku. Lah aku kan ga pernah janjian date sama gendruwo! Hedeh, janjian sama tukang baso sih pernah. “Ban

Single Mom Yang Bahagia

Namanya aja single, ya sendiri, tanpa pasangan. Tapi jangan lupa, she is a mom! Ada anak-anak terkasih bersama mereka. Single mom is a mom! Seorang ibu yang mengasihi anak-anaknya. Melakukan segala sesuatu untuk mereka. Berat? Nop! Dengan kasih, single mom menjalani hidup. Tidak ada yang berat, walau pun bukan hidup yang ringan. Tapi karena mengerjakannya dengan kasih, segala sesuatu yang dikerjakan jadi indah. Apa aja sih yang katanya jadi tugas si single mom, dan yang katanya bikin berat si single mom? Dan kenapa si single mom kok ya tetap aja berbahagia walau katanya berat, ya? Ini pengalamanku sebagai single mom dan segala hal yang 'berat-berat' itu. Single mom si pencari nafkah Saat suami masih ada (suamiku meninggal karena kanker di tahun 2007), aku seorang ibu rumah tangga, bukan ibu bekerja. Pernah bekerja, tapi lal resign karena suami tidak mengizinkan bekerja. Setelah suami meninggal, otomatis harus mencari pekerjaan agar bisa mencukupi biaya kebutuhan kami.

Pakcoy Saus Tiram Tabur Keripik Otak-Otak

Di rumah, tiga kekasih, Ngka, Esa, Pink, suka makan sayuran. Emaknya juga suka, tapi lebih suka lagi kalau yang memasak tuh para kekasih. Hihi, dasar emak malas! Karena kebutuhan akan makan sayur, dan butuh masak cepat, ringkas, ga pakai lama, mudah, juga murah, pakcoy saus tiram jadi pilihan menu. Beli pakcoy bisa di pasar, atau di supermarket. Pakcoy ada di mana-mana. Yuk, yuk, masak! Cuma butuh: pakcoy, cabai (boleh rawit merah, boleh juga cabai merah keriting, atau pakai paprika juga boleh), bawang bombay, bawang putih, saus tiram, garam, gula pasir, minyak goreng sedikit. Oh iya, jangan lupa otak-otak untuk taburan akhir. Ga pakai juga ga apa-apa. -Siapkan pakcoy. Buang aja bagian bonggolnya, jangan dipotong-potong lagi -Bawang bombay, iris-iris -Bawang putih 1 siung aja cukup, kok. Keprek, gecek, geprek, apa deh istilahnya, judulnya tuh bawang putih ga usah dihaluskan -Cabai diiris -Saus tiram (ini sih beli kemasan, hihihi) Lanjut yuk! -Panaskan wajan, tuang

Macaroni Schotel

Gajian tiba, aku dan Ngka pergi ke pasar dekat kantor. Biasa, belanja keperluan dapur memang lebih banyak gue beli di sana karena lebih murah. Di kios pojok jual segala macam bahan kering lumayan komplit. Dari kerupuk, kacang, bihun, mie, banyak deh. "Makaroni, Ma." Ujar Ngka. Gue beli makaroni 1/2 kg. "Mau bikin apa?" "Schotel, Ma," jawab Ngka. Berlanjut pergi ke bagian sayuran. Beli bawang bombai, wortel, bawang putih, susu, kornet, keju. Yes, siap untuk memasak macaroni schotel. Sampai di rumah, siap-siap di dapur. -Isi panci untuk merebus macaroni, beri minyak agar ga menempel. Rebus hingga setengah matang. Setelah itu ditiriskan. -Potong kotak bawang bombai, wortel -Kocok telur, lalu makaroni yang sudah direbus, dicampur dalam kocokan telur -Parut keju untuk taburan di atas -Cincang bawang putih Tapi ya seperti biasa, ga pakai ukuran. Kira-kira aja. Nah, sekarang menyiapkan dandang untuk mengukus di atas kompor. Jangan lupa,