Skip to main content

BAHAGIA ITU SEDERHANA DAN GOSIP, FITNAH

Pernah difitnah? Pernah digosipi? Aku sering. Aih, sering difitnah, digosipi, kok bangga. Ya iyalah bangga. Aneh, ya? Jangan merasa aneh, tapi ga bohong, jujur nih, aku sih bangga-bangga aja tuh sampai difitnah, dan digosipi sama orang.

Pasti jadi pertanyaan deh, sakit hati atau ga, aku difitnah. Namanya aja manusia, ya pasti pernah merasakan hati seperti diiris silet. Perih, mak, perih. Kalau mikir sakit, ya jadi sakit di hati. Tapi aku berusaha untuk tenang aja. Merasakan sakit di hati cukuplah beberapa menit.
Aku termasuk orang yang ga gitu peduli omongan orang lain. Sebodo teuinglah, cuek ajah. Mikir apa yang orang omongin tentang aku, ga akan ada habisnya sakit hati. Untungnya aku ga model ‘pemikir’.

“Mbak, kamu dibilang bawa gendruwo!”

Eh bujut, bawa gendruwo! Pernah loh aku difitnah begitu! Aku tertawa aja. Ga tau darimana tuh orang bisa lihat gendruwo bareng aku. Lah aku kan ga pernah janjian date sama gendruwo! Hedeh, janjian sama tukang baso sih pernah. “Bang, ke rumah, ya!” Itu janjian sama tukang baso keliling, pas lapar. 

“Jeruk kok makan jeruk!”

Ya ampuuun, mentang-mentang eike janda bertahun-tahun dan ga nikah-nikah juga, dibilang lesbi! Hihihi, plis deh, pliiiis, eike normaaal..! Aku tertawa ngakak saat seorang sahabat membawa kabar itu.

“Dasar tukang morotin!”

Wahahaha, ini juga lucu. Sejak dulu aku berusaha sendiri, bekerja pontang-panting untuk menafkahi Ngka, Esa, dan Pink. Aku memang bukan orang yang berpenghasilan melimpah, tapi ini maksimal yang kukerjakan. Morotin orang, ga terlintas samasekali di otakku. Aku juga tertawa waktu mendengar ini.

“Janda gatel!”

Ya ampuun, gatel mah digaruk aja kali, ya? Aku benar-benar ga bisa nahan tawa saat itu!
Masih banyak lagi yang masuk telingaku. Marah? Ga. Biar aja. Aku bersyukur memiliki hidup yang bahagia seperti ini. Fitnah, gosip, datang silih berganti, dan itu malah membuatku makin bahagia. Walau kalau disuruh memilih antara dipenuhi fitnah, dan gosip, atau tanpa fitnah dan gosip, ya jelas aku memilih tanpa difitnah, dan tanpa digosipi. Lah kok bisa bahagia difitnah dan digosipi? Ya bisa aja, kenapa ga?

Aku hidup tenang dengan 3 anakku yang hebat. Hidup kami ga berlebihan. Kami bukan orang yang berlimpah harta. Kami hidup tenang tanpa sibuk ribut harta. Kami tenang dalam segala kesederhanaan yang ada.

Fitnah, gosip, datang ke dalam kehidupanku, memberi warna bahagia baru. “Ternyata aku amat bahagia, hidupku enak, aku ga susah, aku cantik, aku disukai banyak orang baik wanita mau pun pria!” Itu yang ada di otak saat fitnah, dan gosip datang.

Hei, hei, kalau hidupku ga bahagia, aku ga menarik, aku ga indah, mana ada mereka sibuk mencari ‘lahan’ fitnah, dan gosip untukku? Seorang berkata padaku,”Lo kok ga pernah sepi fitnah, sama gosip, sih Nit?” Jawabanku begini,”Gue kan artis Bekasi!”

Kenapa juga jadi sedih, marah, jengkel, pada fitnah, dan gosip, yang tersebar, berserakan? Hidupku jauh lebih penting dibanding hanya mengurusi perkara itu. Lebih baik meneruskan hidup yang berjalan indah bersama Ngka, Esa, dan Pink, daripada bergulat dengan fitnah, gosip, yang jelas-jelas diciptakan untuk menjatuhkanku. Kalau aku memusingkan fitnah, gosip, yang ada, pemfitnah, penggosip, pasti tertawa senang! Dan aku? Cuma dapat pusing, stress! Rugi banget, kan? Karenanya aku sih cuek aja. Toh fitnah, gosip, akan hilang dengan sendirinya.

Gegara fitnah, gosip, sahabat-sahabat pergi menjauh! Aku ga ambil pusing akan hal itu. Justru di situlah aku jadi tau kualitas sahabat-sahabat yang kumiliki. Jika mereka memang sahabat, pasti mereka akan bersikap bijak, ga akan termakan fitnah, gosip. Mereka pasti akan bertanya kejelasannya padaku. Mereka juga pasti tau seperti apa aku, kalau mereka memang sahabatku, kalau aku memang dianggap sahabat oleh mereka.

Jadi sekarang udah jelas kan kenapa aku bahagia dengan adanya fitnah dan gosip yang datang padaku? Karena berarti Tuhan memberi hidup yang bahagia untukku, dan 3 anakku. Hidupku diintip oleh si pemfitnah, dan si penggosip. Mereka sibuk memperhatikanku. Malah mereka lebih memperhatikanku dibanding diri mereka sendiri. Buktinya mereka membiarkan diri mereka dosa karena memfitnah, dan menggosipiku! Hebat, kan aku? Juga karena dari fitnah, dan gosip, aku bisa tau mana sahabat sesungguhnya, dan mana yang bukan.

Aku berbahagia, dan berbahagia terus. Hadapi, jalani, nikmati, syukuri semua yang ada. Tuhan tau apa yang terjadi dalam hidup. Jadi, semua yang ada pasti berisi kebahagiaan! Yuk berbahagia.

Salam penuh kasih,
Nitaninit Kasapink

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...