Skip to main content

Pakcoy Saus Tiram Tabur Keripik Otak-Otak

Di rumah, tiga kekasih, Ngka, Esa, Pink, suka makan sayuran. Emaknya juga suka, tapi lebih suka lagi kalau yang memasak tuh para kekasih. Hihi, dasar emak malas! Karena kebutuhan akan makan sayur, dan butuh masak cepat, ringkas, ga pakai lama, mudah, juga murah, pakcoy saus tiram jadi pilihan menu.
Beli pakcoy bisa di pasar, atau di supermarket. Pakcoy ada di mana-mana.

Yuk, yuk, masak!
Cuma butuh: pakcoy, cabai (boleh rawit merah, boleh juga cabai merah keriting, atau pakai paprika juga boleh), bawang bombay, bawang putih, saus tiram, garam, gula pasir, minyak goreng sedikit. Oh iya, jangan lupa otak-otak untuk taburan akhir. Ga pakai juga ga apa-apa.

-Siapkan pakcoy. Buang aja bagian bonggolnya, jangan dipotong-potong lagi


-Bawang bombay, iris-iris
-Bawang putih 1 siung aja cukup, kok. Keprek, gecek, geprek, apa deh istilahnya, judulnya tuh bawang putih ga usah dihaluskan
-Cabai diiris


-Saus tiram (ini sih beli kemasan, hihihi)

Lanjut yuk!
-Panaskan wajan, tuang minyak sedikit aja untuk menumis.
-Masukkan bawang bombay, bawang putih, cabai, tunggu hingga harum
-Masukkan pakcoy, aduk-aduk
-Tuang saus tiram, gula pasir (dicoba rasanya, ya. Biasanya sih kemasan gitu udah asin, jadi emak ini ga menggunakan garam lagi)
-Aduk, aduk, selesai!

Taburan keripik otak-otaknya gimana? Ih gampang, beli otak-otak, iris tipis, goreng kering. Jadi tuh keripik otak-otak untuk taburan!

Taraaaa tuh kan, mudah, kan?


By the way, kalau ga punya saus tiram, bisa kok diganti saus teriyaki. Kalau ga ada juga, bisa aja saus tiram diganti pakai kecap aja. Mau pakai udang, baso, atau sosis? Ide bagus juga.

Ga sulit, kan? Yuk masuk dapur!

Salam Manis,
Nitaninit Kasapink







Comments

  1. Hmmm..., ga ribet ya mbuatnya, tapi aku yakin enak banget ini :)

    ReplyDelete
  2. Gampang banget, Mas. Coba aja. Enak. Di rumah suka digado sama anak-anak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...