Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2014

error,"GUSTI, orang yang kucinta ada di sana..."

GUSTI, tadi aku pergi ke sebuah taman ada orang yang kucintai di sana... entah tersenyum, entah tertawa, tapi yang jelas aku tersenyum dan tertawa... aku bahagia melihatnya... walau ada sedikit airmata mengembang... GUSTI, aku duduk di sisinya memegangnya mengelusnya dan berkata tentang rindu dalam hati dia diam tak menjawab tak ada sepatah kata pun tapi aku bahagia datang padanya membagi senyum, tawa, dan bisa bercerita padanya tentang segala hal yang terlewatkan olehnya... GUSTI, aku harus kembali ke rumah ke pelukan anak-anakku, masuk dalam hidup yang nyata menyatukan rindu yang kami punya kerinduan yang tumpah dalam doa bersama GUSTI, orang yang kucinta ada di sana sendiri tanpa teman orang yang kucinta terbujur tanpa siapa-siapa beri indah damaiMU untuknya... tanah dan nisan jadi penunjuk tempat dan aku duduk, terduduk diam, terdiam... tadi... GUSTI, sampaikan rindu ini untuknya... ah Bapak, seluruh rindu tercipta karenamu... GUSTI, ah, amin... -error, masih juga diam...-

error,"Cerita yang belum usai" # 4

"Kamu? Pram? Sejak kapan kamu di sini?", suara lemahnya terdengar. Senyumnya terlihat. Wajahnya masih terlihat ayu, walau ada kerutan di wajahnya. Kepalanya bergerak perlahan, menoleh ke arahku, tersenyum. "Mbak, namanya siapa?", tanyanya dengan ramah. Aku tersenyum, dan menjawab,"Saya Err, Bu". Ah, senyum itu membuat mataku benar-benar akan menumpahkan bermiliar tetes airmata, senyum itu, senyum penuh cinta... "Gimana kondisimu hari ini?", suara laki-laki parau menahan getar terdengar bertanya pada perempuan ayu yang terbaring di tempat tidur. "Baik, Pram. Aku baik-baik saja, seperti yang kamu lihat, kondisiku baik-baik saja. Bagaimana kabar nyonya di rumah?" Tak terdengar jawaban, hening, tak ada suara menjawab... "Pram, are you ok?" Masih saja tak ada jawaban. Ah, dia sedang duduk menunduk, sedang berdoa untuk kekasih hatinya... "Diminum, mbak. Dari kantor? Pasti Pram sebenarnya sedang sibuk. Ah, Pram memang selalu be

error,"Cerita yang belum usai" # 3

Ufh, hari ini jam serasa lambat bergerak. Pekerjaan masih saja bertumpuk, belum selesai. Mataku mulai tak kuat menahan kantuk. Tiba-tiba terdengar bunyi trrrrt, trrrrt, trrrrt... Telepon di mejaku berbunyi. "Ya, hallo", ucapku "Turun ke sini", suara itu ramah tapi tegas memerintah. Aku keluar ruangan, menuruni anak tangga perlahan menuju ruangan yang berada di depan. Mengetuk pintunya perlahan, lalu mendorong pintu dengan hati-hati. Senyum itu terlihat jelas. Raut wajahnya tampak cerah. "Saya mau melanjutkan cerita", ujarnya sambil menyorongkan piring kecil berisi lumpia lengkap dengan saus dan cabe rawit ke depanku. Lumayan sebagai pengganjal mata ni cabe rawit, pikirku. Lalu kuambil sepotong lumpia, dan muai menggigitnya. Dia tersenyum dan berkata,"Terlihat sekali kamu lelah. Banyak pekerjaan hari ini?". Aku terkejut dengan pertanyaannya, hingga cabe rawit tergigit habis! Oops, minum, aku harus minum. Pedas! Disodorkannya pula segelas air kema

error,"Hari kebaya..."

Bangun pagi kemarin, gue ingat bahwa itu hari Senin, 21 April 2014, dan hari kartini... Tapi beneran deh, ga terbayang apa pun tentang hari kartini. Sampai akhirnya gue pergi ke pasar swalayan dekat rumah. Masih biasa aja sih sebenarnya, tapi sewaktu gue masuk, oops.., ada apakah ini? Apa gue salah masuk? Gue lihat perempuan-perempuan berkebaya dan berkonde ada di sini. Memangnya ada pernikahan di sini? Itu pertanyaan gue dalam hati, yang ga gue lontarkan pada siapa pun. Dan gue terus saja masuk ke dalam pasar swalayan itu. Pikir, pikir, dan pikir..., hmm..., hari kartini... Jadi teringat sewaktu masih jadi siswa SD sampai SMA, setiap tanggal 21 April, diharuskan mengenakan kebaya untuk siswa perempuan. Lomba-lomba yang ada tuh lomba ayu berkebaya, eh ngemeng-ngemeng, gue dulu menang terus loooh...! Hahaha, gue juga ga nyangka, ternyata bisa juga ya gue dulu tuh menang. Ada juga lomba merangkai bunga, lomba memasak, pokoknya judulnya kewanitaan. Aneh juga ya? Padahal digembar-gembork

error,"Sarapan pagi? Luar biasa"

Setiap pagi di rumah gue ada kebiasaan sarapan. Hehe, biasa banget ya, bukan hal yang luar biasa deh kebiasaan sarapan pagi. Iya sih, emang, itu biasa banget. Tapi buat gue, sarapan itu luar biasa. Bayangkan, kalau ga ada yang bisa untuk dimakan saat pagi, ya ga bisa sarapan. Masak? Ga ada apa-apa di kulkas, kosong. Beli dong sarapannya. Lah ga punya duit, mau beli sarapan pakai apa? Dompet kosong, atm ga ada isinya. Jadi, sarapan itu adalah hal yang luar biasa untuk gue yang amat sangat biasa ini. Pas ada uang, pastinya di kulkas udah ada 'something' untuk dimasak. Entah itu telur, sayuran, atau apa deh lainnya. Masak pagi itu untuk sampai sore, sorenya ya gue masak lagi sepulang kerja. Biasanya sih gue masak yang simpel aja, tapi ada sayuran juga lauknya. Sayurnya yang simpel juga, tumis aja deh, hehe biar cepat matang, dan lauknya juga simpel, yang cepat matang juga. Bisa jadi biar cepat matang tuh masak tumis sayurannya dicampur sama lauknya :D, entah ayam, daging, tahu,

error,"Isi blog lagi..!"

Lama banget blog ini ga diusik sama yang punya. Dasar error, punya blog ga diurus, ga diisi dengan tulisan-tulisan yang memang seharusnya jadi warna blog. Siapa sih si error itu? Hehe, gue... :D Ya ampun, bener deh, susah banget untuk memulai sebuah tulisan lagi. Ya ini gegara imajinasi terlalu lama dikurung di otak yang belagu, sok sibuk, dan akhirnya mandek, macet, lumpuhlah si imajinasi. Sedih banget, sedih banget... :'(. Berusaha keras untuk membuat si imajinasi mau berlari-larian, dan itu butuh tenaga ekstra! Imajinasi mulai muncul, tapi bener-bener ga utuh, sepotong, dan berhenti sebelum setengah permainan. Draft demi draft bermunculan, dan selalu jadi draft. Membuka, dan membaca draft, dan tetap jadi draft. Sedih banget! Tapi gue ga menyerah, pantang mundur, kudu maju..., pantang ga maju... Akhirnya kemarin, hari Minggu, 19 April 2014, ada kumpul-kumpul blogger di Summarecon Bekasi, acara One day tour with blogger, mulai pukul 10.00 - 15.00. Teorinya sih memang sampai pukul

error,"Cerita yang belum usai" # 2

Masih terbayang wajahnya yang menahan sebuah kerinduan selama berpuluh tahun pada wanita yang dicintainya. Ingin rasanya aku menghapus airmata yang menggenang di pelupuk matanya. Lelaki tua yang aku hormati layaknya seorang bapak. Ah, dia menangis dalam hatinya... "Sibukkah? Datanglah ke mari, sekarang", sebuah suara yang amat kukenal masuk dalam gendang telingaku. Suara yang lunak, tapi tegas. Aku bergegas berjalan keluar, berlari di tangga menuju lantai pertama, dan tergesa melangkah ke ruangan sederhana namun punya sentuhan indah. Perlahan kuketuk pintu, lalu membukanya juga dengan amat perlahan. Terlihat wajah dengan senyum, duduk di belakang meja besar, dengan setumpukan berkas yang seakan berteriak memohon padanya untuk dibubuhi tandatangan seorang pimpinan besar di perusahaan ini. Aku tersenyum, menganggguk, lalu menarik sebuah kursi di hadapanku, dan duduk dengan tenang sambil berkata,"Ya, Pak". Ada senyum lebar digambar di bibirnya. "Saya cuma ingin

error,"HORREE HORREE GA BANJIRRR...!!"

Tadi tuh hujan deras. Dag dig dug juga khawatir banjir seperti waktu-waktu sebelumnya. Gue sedang ada acara di luar, ga di rumah. Hedeh, moga-moga sih ga banjir. Bisa aja sih bbm ke kasapink di rumah, tapi pas lowbat :D. Ya sudahlah, gue pasrah, sambil komat-kamit dalam hati, semoga ga banjir... (kalau dalam hati, yang komat-kamit tuh hatinya, atau apa ya? :D) Acara masih lumayan lama sebelum akhirnya pulang. Di motor, gue benar-benar tebak menebak, dan tetap berdoa,"GUSTI, kalau boleh nih, jangan banjr ya...". Hehe, kehendak manusia yang bicara, tapi tetap GUSTI yang menentukan. Ya kan ya? :D. Jalanan lumayan becek, sewaktu masuk perumahan, lumayan becek. Tetap aja gue berdoa yang sama,"GUSTI, kalau boleh, jangan banjir ya...". Sesampai di jalan depan rumah, weh, ga banjir...! Tapi kan posisi rumah gue tuh ada di bawah jalan. Gue harus masuk, periksa ke dalam. Sampai juga di rumah. Esa keluar karena gue klakson 2 kali dari pagar rumah seperti biasanya kalau gue pu

error berpuisi bebas,"Antara aku, kamu, dan GUSTI"

Tau ga sih, pengen banget memukulmu agar kamu tau aku ada di sini mengingatmu... Ngerti ga sih, pengen banget menjepretmu dengan karet agar kamu sadari aku merindukanmu tak henti... Heran banget, sewaktu pengen memukul tangan ini melemah saat ingin menjepret ga menemukan karet yang biasanya tergantung di dinding Berdoa aja deh ya... semoga rasa ini ga jadi sia-sia semoga rasa ini bisa menjadikanku bersyukur ternyata aku masih punya perasaan... sebodo ah tentangmu... GUSTI, udah dengar doaku tadi? MAkASIH ya... -error-

error,"Cerita yang belum usai" # 1

Matanya menerawang, menatap langit-langit ruangan. Hening. Aku menunggu lanjutan cerita darinya. Lelaki tua di hadapanku ini adalah orang yang kuhormati. Dia menghela nafas panjajng, melenguh pelan. Masih hening, dan aku masih menunggunya melanjutkan cerita masa lalu miliknya... "Saya mencintainya, tapi dia bukan milik saya, dan tak akan pernah menjadi milik saya. Dia pun menyadari ini. Bukan tak pernah dicobanya untuk berhubungan dengan lelaki lain, dia sudah mencoba, tapi selalu dihentikannya. Dia tak bisa melupakan saya. Ada rasa berdosa di hati saya, tapi ini sudah takdir. Seorang perempuan lain mengisi hidup saya, lalu 4 anak manis menambah semarak hidup. Sedangkan dia tetap sendiri, hingga saat ini, hingga menua, dan lumpuh. Tapi hatinya tak pernah lumpuh untuk saya...", matanya masih menerawang... Aku diam, tak berkata apa pun. Menunggunya melanjutkan... "Saya selalu merasakan apa yang sedang dia rasa. Sewaktu ia sakit, saya pun tau, saya pun merasakannya. Dan

error,"Paku dan Tinta Ungu, dan 5 tahun sesudahnya"

Tanggal 9 April 2014 yang lalu kita semua rakyat Indonesia 'mencoblos' memilih pemimpin rakyat. Eh, apa iya semua rakyat ya? Hihi, ya ga tau juga sih... Di sini gue cuma mau cerita tentang hari 'H' yang gue jalanin, berhubungan dengan pencoblosan itu. Sejak hari sebelumnya, gue dah gembira banget menyambut tanggal 9 April 2014, yang jatuh di hari Rabu. Gembira karena mau nyoblos? Bukan...! Gue gembira karena hari itu dinyatakan sebagai hari libuuur...!! Hahaha, asyik banget kan? Terbayang sudah hari 'leha-leha' di rumah, ga perlu berangkat kerja, ga perlu menghadapi macet. Beberapa hari sebelum pencoblosan, anak gue yang nomor 2, Esa, menyodorkan bundelan kertas yang dia ambil dari selipan pagar rumah. "Apa tuh Sa?" "Ga tau, Ma. Ada di pagar tuh" Gue buka. Oops, ada politikus di lembaran kertas :D. Politikus sedang asyik pusing berusaha menang. Di lembaran kertas yang lumayan banyak, ada copy surat pernyataan si bapak yang minta dicoblos pak

error,"Tawuran? Argh!"

Setiap mendengar kata tawuran, rasanya ingin marah. Apa sih yang didapat dari tawuran? Ada masalah apa sih sampai akhirnya terjadi tawuran? Beberapa kali sewaktu pulang kerja, motor terhenti, macet, karena ada tawuran pelajar. Aargh, apa yang dicari para pelajar sebenarnya? Apa iya jadi pintar gegara ikut tawuran? Ga banget! Gue yang single parent, seorang sahabat, seorang ibu bagi 3 anak gue, rasanya jengkeeeel banget sama pelajar yang tawuran! Ga ngerti ya mereka itu, bagaimana kerasnya usaha orangtua agar mereka bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik, agar mereka bisa meraih cita-cita mereka, bisa mendapat pendidikan yang memang selayaknya mereka dapat. Eh mereka malah seenaknya sendiri mengisi hari dengan tawuran yang konyol. Gue ingat anak-anak gue, ngka, esa, pink, yang masih dalam tumbuh kembang. Ufh, ga jadi hebat karena tawuran, itu yang ga terpikir oleh mereka yang tawuran, mungkin. Ah, gue jadi ngomel sendiri deh... (haha!) Jadi teringat kejadian sewaktu pulang kerja. Di

error,"Perempuan dan dendam"

"Aku hanya ingin pergi menyelesaikan ini semua. Aku hanya ingin menyelesaikan hingga tuntas", ujarku pada diri sendiri sambil menyelipkan sebilah pisau di pinggang, dan sepucuk senjata api di sepatu boots yang kukenakan. Senyum manis tetap tergambar di bibir yang selalu polos tanpa warna lipstick. "Aku berangkat. Dia harus diselesaikan. Malam ini, harus selesai. Aku berangkat, jangan cegah aku", aku mengambil jaket hitam kesayangan, lalu mengambil helm hitam fullface milikku. Senyum tetap ada, dan tetap sama seperti sebelumnya. Suara motor keras menghantam gendang telinga. Aku memacu motor dengan cepat, seperti biasanya. Aku sama sepertimu, seorang perempuan yang mencintai anak-anakku, tapi juga seorang perempuan yang keras. Selalu terselip sebilah pisau dan sepucuk senapan kecil. "Ini cuma sebagai penjagaku, pelindungku, bukan sebagai pemeran utama dalam masalah. Jangan khawatir, aku menggunakannya hanya jika dalam situasi terdesak saja. Aku bukan seorang yan

error,"Doa di pinggir jalan"

GUSTI..., ada banyak bendera warna-warni di sepanjang jalan, lalu ada banyak wajah tersenyum ditempel di tembok-tembok,  juga tertawa di baliho katanya, calon pemimpin hebat calon pemimpin kuat calon pemimpin yang cerdas calon pemimpin yang lugas calon pemimpin yang tegas... calon pemimpin yang pemaaf semoga saja bukan pemimpin yang suka sambat, pemimpin yang cuma main keras yang ternyata pemaaf, karena minta dimaafkan atas uang yang diembat GUSTI..., apakah kemarin sudah lihat gambar apa yang aku lubangi, sudahkah melihat wajah siapa yang aku lukai dengan paku, di kertas suara... ada upah untuk mengangkat paku dan melubangi lembaran seratus ribu yang sudah habis untuk beli beras lumayan, cukup untuk makan dengan garam beberapa hari GUSTI..., ampuni aku, karena tak perduli dengan siapa mereka perut anakku lebih penting diisi, dibanding hanya berpikir untuk beberapa tahun ke depan... lima tahun lalu, lima tahun sebelumnya, sama saja... dulu aku menahan lapar sekarang anakku menjer

error,"doa rejeki hari ini..."

GUSTI, ada yang kebingungan karena di kartu atm-nya cuma ada angka yang katanya beberapa M saja... ada yang sedih karena dompetnya rusak gara-gara lembaran uangnya memenuhi dompetnya, hingga tak bisa ditutup... GUSTI, dari kartu atm itu katanya bisa keluar uang, loh! aku mauuu...!! uang penuhi dompet itu rasanya gimana ya? dompet aja aku ga punya... GUSTI, katanya ada yang memohon agar penghasilannya naik kasihan, ya GUSTI... uangnya kurang hingga mereka mencuri miliaran rupiah miliaran rupiah itu bisa untuk beli goreng tempe berapa truk ya GUSTI? GUSTI, ada yang memohon lima ratus juta setiap bulan... karena gajinya hanya puluhan juta, katanya... GUSTI, aku berterimakasih rejeki yang ada dariMU cukup untuk makan siang ini tapi kalau mereka yang berpenghasilan banyak itu masih juga merasa kekurangan, hari ini aku mau memohon padaMU... penghasilan mereka yang dirasa kurang itu, untukku saja... aku mensyukuri yang ada... bersyukur hal yang kecil, dan mensyukuri hal yang besar tentu saja

error,"GUSTI, dan aku"

GUSTI, aku tahu semua hariMU adalah indah aku tahu bahwa semua detikmu adalah cinta ampuni aku yang masih kosong doa hingga pagi menjelang siang GUSTI, jemariku bengkak saat menyapu cemas dari otakku hatiku mengecil saat berusaha meraih kasih berkawat duri ampuni aku yang masih saja lupa bahwa ada kasih yang besar dariMU, lebih dari kasih siapa pun GUSTI, aku duduk di bangku kayu sederhana menundukkan kepala merapatkan jemari mengucap satu dua kata menyebut namaMU merembes airmata perlahan lalu deras mengaliri wajah membanjiri hati GUSTI, kubuka lembaran halaman kitab tebalMU sarat dengan kidung penghalau duka dipenuhi nyanyian suka cita gema kasih... lalu merapatlah hati yang berkeping merekatlah asa yang terkoyak menyatulah kasih yang berserak ah, lagi-lagi, GUSTI... senyum ini tercipta ada terangMU menembus jalanku... dua puluh enam huruf ini tak bisa menjadi ucapan terimakasihku terlalu singkat... atau kubiarkan sebanyak mungkin huruf berjajar