Skip to main content

error,"Hari kebaya..."

Bangun pagi kemarin, gue ingat bahwa itu hari Senin, 21 April 2014, dan hari kartini... Tapi beneran deh, ga terbayang apa pun tentang hari kartini. Sampai akhirnya gue pergi ke pasar swalayan dekat rumah. Masih biasa aja sih sebenarnya, tapi sewaktu gue masuk, oops.., ada apakah ini? Apa gue salah masuk? Gue lihat perempuan-perempuan berkebaya dan berkonde ada di sini. Memangnya ada pernikahan di sini? Itu pertanyaan gue dalam hati, yang ga gue lontarkan pada siapa pun. Dan gue terus saja masuk ke dalam pasar swalayan itu. Pikir, pikir, dan pikir..., hmm..., hari kartini...

Jadi teringat sewaktu masih jadi siswa SD sampai SMA, setiap tanggal 21 April, diharuskan mengenakan kebaya untuk siswa perempuan. Lomba-lomba yang ada tuh lomba ayu berkebaya, eh ngemeng-ngemeng, gue dulu menang terus loooh...! Hahaha, gue juga ga nyangka, ternyata bisa juga ya gue dulu tuh menang. Ada juga lomba merangkai bunga, lomba memasak, pokoknya judulnya kewanitaan. Aneh juga ya? Padahal digembar-gemborkannya ibu kartini kan tentang emansipasi wanita, lah kok perayaannya sebatas kewanitaan dan kebaya, konde. Identik dengan kebaya dan konde. Lah kartini yang beremansipasi tuh mana ya? Dan sampai sekarang, masih saja ada yang merayakannya dengan kebaya dan kewanitaan. Ga ada tentang emansipasi sama sekali. Aneh! Ya seperti di pasar swalayan itu, haduh, susah banget deh tuh mbak dengan kebaya dan sanggul! Bayar sendiri untuk dandannya, perusahaannya cuma nyuruh aja. Lah...! Sebenarnya apa sih yang mau dirayakan? Bajunya, atau pemikirannya? a

Ternyata masih saja melihat seseorang dari apa yang disandang, bukan dari bagaimana dia bersikap, bagaimana dia memandang hidup... kebaya..., hmm, kartini identik dengan kebaya. Jadi, 21 April itu adalah hari kebaya, bukan hari emansipasi wanita... Hahaha!


Salam Senyum,
error






Comments

  1. kirain mbak Nita yang pake kebaya kemarin,,,,,,,yups sepakat mbak...saat merayakan hari kartini..seharusnya bukan kebaya dan konde yg ditonjolkan...tapi bagaimana sikap wanita itu sendiri terhadap emansipasi dan kesetaraan gender yg selalu digembar gemborkan sebelum hari kartini....eh begitu hari kartini tiba,,,,malah lupa ...
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi, ga kebayang deh kalo aku pake kebaya, weehehehe... ribeeet bangeeeet... :D Aneh ya, kenapa hari momentum emansipasi kok malah jadi hilang makna emansipasinya... :D
      ok, stay blogging, stay be blogger, horeee...!! :D Makasih... Salam senyum dari bekasi ;)

      Delete
  2. waktu aku sekolah malah gak perah pakai kebaya mbak hari kartini

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku kebayaan terus, mbak. mama seneng banget ngedandanin anak ceweknya ini :D

      Delete
  3. Mba, koq jdi pingin liat kamu berkonde, ya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...