Skip to main content

error,"HORREE HORREE GA BANJIRRR...!!"

Tadi tuh hujan deras. Dag dig dug juga khawatir banjir seperti waktu-waktu sebelumnya. Gue sedang ada acara di luar, ga di rumah. Hedeh, moga-moga sih ga banjir. Bisa aja sih bbm ke kasapink di rumah, tapi pas lowbat :D. Ya sudahlah, gue pasrah, sambil komat-kamit dalam hati, semoga ga banjir... (kalau dalam hati, yang komat-kamit tuh hatinya, atau apa ya? :D)

Acara masih lumayan lama sebelum akhirnya pulang. Di motor, gue benar-benar tebak menebak, dan tetap berdoa,"GUSTI, kalau boleh nih, jangan banjr ya...". Hehe, kehendak manusia yang bicara, tapi tetap GUSTI yang menentukan. Ya kan ya? :D. Jalanan lumayan becek, sewaktu masuk perumahan, lumayan becek. Tetap aja gue berdoa yang sama,"GUSTI, kalau boleh, jangan banjir ya...". Sesampai di jalan depan rumah, weh, ga banjir...! Tapi kan posisi rumah gue tuh ada di bawah jalan. Gue harus masuk, periksa ke dalam.

Sampai juga di rumah. Esa keluar karena gue klakson 2 kali dari pagar rumah seperti biasanya kalau gue pulang dari bepergian. Gue buka sepatu, dan langsung periksa kamar mandi. Iya kamar mandi, kan ada lubang pembuangan air. Dan ternyata...,"HORRREEEE... HORREEE... GA BANJIRRRR...!!". MAkASIH YA GUSTI, ga banjir... Jajdi ga salah dong gue ga nyoblos tuh muka caleg yang katanya mau benerin perumahan tempat tinggal gue, supaya ga banjir. Tanpa orang yang ga tulus itu, ternyata ga banjir tuh... Misalkan tetap banjir, ya gue ga menyesal ga nyoblosin muka tuh caleg... GUSTI pasti tau, yang tulus itu yang indah... Ah, pokoknya judul hari ini adalah... HORRREEE HORRREEE GA BANJIRRR...!!!


Salam Senyum,
error






Comments

  1. ini tulisan apa sih, absurd banget :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. cuma tulisan harian aja. kalau teman yang udah kenal aku dan kehidupanku ya pasti tau maksudnya, dan ngerti apa yang kutulis, karena ini sambung menyambung aja tentang keseharian yang dijalani ;)

      Delete
  2. tinggal di daerah mana mbak? dulu waktu aku ngontrak di BenHil, pernah kebanjiran selante satu, sampe semingguan.. hiks..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di BeKasi, mbaK. Weh, dulu di tempat mbaK sampai selantai 1?? Waduh..., seminggu pula?? Wah..!! Di tempatKu sepaha atas orang dewasa, mbaK. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...