Skip to main content

error,"Paku dan Tinta Ungu, dan 5 tahun sesudahnya"

Tanggal 9 April 2014 yang lalu kita semua rakyat Indonesia 'mencoblos' memilih pemimpin rakyat. Eh, apa iya semua rakyat ya? Hihi, ya ga tau juga sih... Di sini gue cuma mau cerita tentang hari 'H' yang gue jalanin, berhubungan dengan pencoblosan itu. Sejak hari sebelumnya, gue dah gembira banget menyambut tanggal 9 April 2014, yang jatuh di hari Rabu. Gembira karena mau nyoblos? Bukan...! Gue gembira karena hari itu dinyatakan sebagai hari libuuur...!! Hahaha, asyik banget kan? Terbayang sudah hari 'leha-leha' di rumah, ga perlu berangkat kerja, ga perlu menghadapi macet. Beberapa hari sebelum pencoblosan, anak gue yang nomor 2, Esa, menyodorkan bundelan kertas yang dia ambil dari selipan pagar rumah.

"Apa tuh Sa?"

"Ga tau, Ma. Ada di pagar tuh"

Gue buka. Oops, ada politikus di lembaran kertas :D. Politikus sedang asyik pusing berusaha menang. Di lembaran kertas yang lumayan banyak, ada copy surat pernyataan si bapak yang minta dicoblos pakai paku, dan janjinya kalau terpilih :D, juga ada surat selebaran dari developer rumah tentang banjir.

Oh iya, gue ceritain dulu deh ya, perumahan tempat gue tinggal tuh jadi langganan banjir. Dikit-dikit banjir, sebentar-sebentar banjir. Sampai-sampai bos gue selalu sms kalo di tempat tinggalnya yang jauuh itu hujan,"Mbak Nita, di tempat saya hujan deras dari tadi. Harapan Indah amankah? Semoga ga banjr, amin". That's it. Sebegitu seringnya banjir, sebegitu seringnya gue terhalang banjr hingga ga bisa berangkat kerja, bos gue yang baik hati, ramah dan tidak sombong, juga penyabar dan sering bercanda itu selalu sms kalau hujan. Terbayang ga banjrnya? Waktu Januari kemarin sih parah.

banjir januari 2014

Itu sudah mulai surut, loh. Dan juga dalam rumah lebih dari segitu, karena posisi rumah gue, eh rumah ortu deng, gue belum punya rumah :D, lebih rendah dari jalan. Parah? Ya iya, memang.

Balik lagi ke surat pernyataan si bapak yang minta dicoblos-coblos ya... :D. Surat itu copy an dari surat pernyataan, tulisan tangan yang ga bisa gue bilang kalau itu tulisan tangan yang bagus :D, dan bermeterai. Intinya gini: 'Pilih gue ya, kallau lo milih gue, dan gue menang, ga sah khawatir deh, Harapan Indah ga bakal kebanjiran'. Dan surat dari developer yang diikutsertakan itu adalah surat yang waktu banjir kemarin memang diedarkan, tentang banjir, ga ada hubungannya dengan si bapak yang memohon dicoblos, cuma digunakan aja oleh dia supaya lebih cihui, gitu . Hebat juga si bapak itu masih menyimpan surat edaran itu. Anak gue ikut membaca surat pernyataan itu, dan menurut dia, wah asyik banget ga banjir lagi, gitu.

"Ma, kalo nyoblos dia nih, berarti kita ga kebanjiran lagi dong ya. Baik ya Ma?".

"Yang, kalo baik, kenapa ga dari kemarin sewaktu belum banjir, ni bapak bergerak? Dia ngomong begini karena pengen dicoblos. Tinggal berapa hari lagi kan nyoblos, makanya dia sibuk deh bikin janji gini. Lagi pula sekarang sih ga hujan, lah mana kita tau bakal banjir atau ga lagi. Misalkan dia ga terpilih, ya dia bisa mengelak,"Lah kan kalau gue terpilih, baru deh gue benerin tuh lokasi tempat tinggal lo. Ga terpilih, ya ga lah".". Itu jawaban gue ke Esa, sambil senyum-senyum. Ya iyalaah, janji-janji gegara mikir 5 tahun ke depan dia bisa ngapain aja, bisa beli mobil mewahkah, atau bisa ajak keluarga shopping di kutub utaara, mungkin? Hedeh, 'negative thinking' nya gue mulai jalan... :D

"Mama ga bakal nyoblos dia dong?", tanya Esa lagi.

"Ga. Dia ga tulus. Dia begitu cuma karena dia ada kepentingan untuk diri dia sendiri. Lah ga ada niat tulus untuk 'cuma' di sini. Padahal kan daerah yang bakal dipimpin bukan cuma di sini aja", jawab gue lagi. Dan Esa pun mengangguk-angguk sambil tertawa.

Hmm, hari pencoblosan... Ga sabar menunggu hari libur itu... :D

Cihuiii, akhirnya Rabu, 9 April 2014 tiba. Gue dan Ngka, Esa, juga Pink, libur! Asyik kan? Ini yang gue tunggu. Leha-leha yang asyik! Sebenarnya ga leha-leha, karena setiap libur, itu artinya sibuk mencuci baju, dan semua pekerjaan rumah. Tapi ini gue sebut leha-leha, karena bisa berkumpul dengan 3 nyawa kecil tercinta. Tapi, oops..., hmm, magic jar ternyata rusak! hedeh, si bapak yang minta dicoblosin paku itu, mau ga ya ngegantiin majic jar gue yang rusak ini dengan magic jar yang baru? Hahaha!! Lupakan! Hahaha! Jadi, akhirnya gue masak nasi a la tradisional.

Sewaktu asyik meribetkan diri dengan segala urusan kerjaan rumah, Ngka, anak sulung gue yang berusia 17 tahun, dan ini pertama kali boleh nyoblos, berkata ke gue,"Ma, ntar bareng ya nyoblosnya". Gue mengiyakan. Anak gue dah rapiii dan wangiii..., gue sih masih apek aja. Setelah menunggu gue kok dilihatnya gue masih aja bercelana pendek ria dan cuek, Ngka bertanya lagi,"Ma, mau nyoblos jam berapa?". Gue menjawab, siang aja, nunggu sepi. Ngka ga sabar, lalu berangkat nyoblos bareng sahabatnya. Sepulang nyoblos, Ngka bercerita dengan riangnya ke gue.

"Ma, tadi Ngka jajdi omongan orang, Ma".

"Omongan gimana?"

"Ngka datang tuh TPS nya rameeee, Ma. Terus tiba-tiba ada angin kenceng! Terus, wuuus!! Hahaha, masa kertasnya Ngka jadi ada di atas, Ma. Terus, Ngka jadi duluan dipanggilnya. Hahaha, jadi omongan deh".

Gue tertawa mendengar cerita Ngka.

"Ma, ntar aja Ma, datangnya. Masih rame", tambah Ngka lagi.

Dan ya, gue santai aja di rumah, hingga gue mendengar suara,"TPS akan tutup 20 menitr lagi". Yukah Yuk, siap-siap... Di TPS sepiii banget! Gue datang, langsung dapat giliran untuk nyoblos. Waduh, kok banyak banget ya pilihannya? Waduh... gue angkat paku... JLEB!! JLEB!! JLEB!! JLEB!! JLEB!! Hloh, kok banyak? Ya banyak, kan piihannya banyak :D. Tibalah waktunya untuk mengungukan jariiii...!!
kelingking unguku

Di rumah, Ngka, Esa, Pink, bertanya,"Pilih apa, Ma? Pilih siapa?", gue jawab sambil tersenyum,"Pilihannya banyak, dan yang penting ungu!". Hahaha..., 3 nyawa kecil tertawa. Ngka berkata,"Ada yang mukanya kan Ma? Ngka coblos aja dia. Lucu banget mukanya". OMG, berarti tu orang harus bersyukur punya muka lucu, karena Ngka memilih dia gegara mukanya lucu!

Paku untuk mencoblos, tinta ungu yang ada di jari kelingking, itu berpengaruh hingga 5 tahun mendatang... Apa yang akan terjadi 5 tahun mendatang sesudah ini? Ga ada yang tau... Lihat aja nanti... Semoga aja jauh lebih baik dibanding sekarang, amin ;)


Salam senyum,
error























Comments

  1. Jekpot bagi yang punya wajah lucu. . . :)
    Aamiin. Lebih amanah dan jujur ya, Mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi...
      smoga yang dipilih dan terpilih itu yg tuluuus..., amin ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...