Skip to main content

error,"Bihun goreng untuk tetangga".

Hari Sabtu kemarin, gue memberi kue pada tetangga sebelah rumah. Eeh hari Minggu, si ibu tetangga memberi nasi plus lauk khas Lebaran di piring ke rumah. Jadilah gue bingung, tuh piring si ibu mau diisi apa. Mengembalikan piring kosong, rasanya kok ga enak ya. Hari minggu itu gue ga masak, pasar pun sepi, ga ada yang berjualan. Senin berlalu, Selasa juga berlalu, piring si ibu tetangga sebelah rumah masih ada di rumah gue. Huwaaa, gue bingung, mau diisi apa piringnyaaaa? Di kantor, gue menanyakan hal ini pada seorang teman,"Diisi apa ya piring si ibu tetangga sewaktu gue kembalikan piringnya?". Jawabannya fantastis untuk otak gue yang blank! "Bihun goreng, Mbak", kata teman gue. Good idea banget!! Muaaach, Mbak Pupu, udah memberi ide bagus!

Jadi, sepulang kerja kemarin, gue meminta Ngka untuk membeli bihun. Dan tadi pagi-pagi gue ke pasar dekat rumah, membeli sayuran dan baso. Bihun goreng akan terhidang pagi ini, dan nanti akan mengisi piring si ibu tetangga sebelah rumah. Sayangnya gue lupa membeli sawi hijau. Tapi ga apa-apa deh, sayurannya cukup toge, kol, daun bawang. Gue sih ga bisa masak, tapi lumayanlah enaknya. Tanya aja ke Ngka, Esa, Pink,"Mama bisa masak ga?". Jawaban mereka pasti,"Bisa". Tanya aja lagi,"Enak ga?". Jawaban mereka pasti,"Enaaaak banget!!!". Mereka menjawab sambil memandang gue yang melotot di pojokan. Hahahaha!!!

Ngka membantu gue mencuci sayuran dan baso, juga mendidihkan air untuk merendam bihun sampai bihunnya lemas. Sebenarnya sih ga tega sama si bihun, dia direndam di air panas sampai lemas! Ah..., kasihan sekali kamu, bihun! Sesudah itu, bihun ditiriskan, diberi minyak goreng supaya ga saling melekat satu sama lain. Ayo bihun, jangan berantem yaaa... :D, juga diberi kecap secukupnya, sesuka-sukanya aja, aduk rata. Paling enak sih mengaduk dengan menggunakan 2 buah garpu. Beneran, gue mengaduknya dengan cara begitu. Garpu di tangan kiri dan kanan, aduuuuk, aduuk rata. Udah tercampur rata? Cuekkin aja tuh bihun yang sudah berwarna cokelat. Huh, pura-pura ga kenal! Sementara itu Ngka memotong-motong kol, dan daun bawang. Togenya jangan dipotong, ribet. Baso diiris sesuai kata hati aja. Ngka mengirisnya tipis-tipis, katanya,"Supaya jadi banyak!". hahaha!

Gue ambil beberapa siung bawang putih, dan beberapa siung bawang merah. Maaf, maaf, bukan menyembunyikan resep, tapi sumpah, gue asal ambil aja, menggunakan feeling, ga punya standardisasi bumbu yang bakal digunakan :D . Ulek, ulek, ga lupa ambil garam. Mericanya ga perlu diulek, karena gue menggunakan merica bubuk. Selesai deh mengulek-ulek. Telur 3 butir, gue kocok, seperti mau masak telur dadar. Ok, siap deeh. Maksudnya, siapkan wajan yang diisi minyak goreng untuk menumis, dan margarin kalau ada. Lagi-lagi tanpa standard kuantitas :D . Ceklek, kompor menyala, tunggu sebentar minyak mulai panas, masukkan telur yang tadi dikocok. Gue diamkan sebentar, lalu gue kacaukan  tuh telur. hayo telur, gue ga mau telur dadar, gue mau telur untuk di dalam bihun. Sesudah telur masak, masukkan bumbu halus yang tadi diulek. Sreeeng, aduk supaya matang, lalu sreeng, masuk sayuran, beri kecap, garam, merica halus, kemudian coba, coba sudah pas belum rasanya. Wajan jadi terisi sayuran dan mulai berair yang berasal dari sayuran. Sayuran mulai setengah matang, masukkan baso, lalu masukkan bihun, aduk rata hingga tercampur. Coba lagi, udah pas belum ya rasanya.

Dan akhirnyaaaa..., tralala trilili.., bihun goreng pun siap dihidangkan, siap dimakan, siap diantar ke rumah tetangga, dalam rangka mengembalikan piringnya. Mau coba masak bihun goreng juga? Ayo masak, cepat! Pasti masakan lo jauh lebih enak dibanding masakan gue.

Pukul 07.00 pagi, Ngka mengantar bihun goreng ke tetangga sebelah rumah, dan yea, makan bihun, yuk... Pink dan Ngka pun makan, lagi dan lagi...

Salam senyum,
error


Comments

  1. Gue banget kalau masak ga pernah lihat reseppake feeling aja, tapi anak2 ga prnah protes tuh! takut dipelototin kaleee!, kalau kesinan aling mereka bilang: "Mama lagi jatuh cinta ya?" hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, ternyata kita sama :D . Resep cuma bikin bingung waktu masak :D . Feeling aja deh, lidah sendiri aja yang nentuin :D . keasinan kata anak-anak,"Siapa sih kokinyaaaa...?". Hahaha :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...