Di rumah ada sebuah kursi roda, diletakkan di sudut ruang tamu. Melihat kursi roda yang roda nya sudah kempes sebelah, gue merasa bahagia. Aneh ya, melihat kursi roda kempes gue jadi bahagia. Ada rangkaian cerita di sebuah kursi roda, dan ada sejumlah rasa syukur yang memang seharusnya gue ucap pada Tuhan Yang Baik Banget.
Pink waktu itu diserang oleh imunnya sendiri. Ya, Pink hidup dengan autoimun. Saat itu Pink diserang bagian otot kakinya. Pink lumpuh kaki. Bohong kalau gue berkata ga sedih. Gue sedih, tapi gue berusaha untuk bisa menyikapinya dengan senyum. Semua adalah terbaik dari GUSTI, jadi ga mungkin kejadian yang ada tuh sebuah hal buruk. Untuk ke kamar mandi atau ke mana pun dia mau, Esa, Ngka, atau gue, siap menggendongnya. Pink ga bisa berangkat ke sekolah, karena kondisi kesehatannya yang lemah. Beberapa waktu kemudian, Pink mulai bisa bangkit berdiri, tapi masih belum bisa berjalan, saat itu hampir test kenaikan kelas. Gue ingin Pink berangkat ke sekolah, tapi tentu saja dengan kursi roda, karena ga memungkinkan untuknya berjalan. Dan Pink belum memiliki kursi roda.
Gue berkeinginan membelikan Pink sebuah kursi roda. Pink harus memiliki kursi roda. Gue menghubungi seorang teman yang waktu itu berjanji akan mengembalikan uang yang dipinjamnya. Tapi jawabannya,"Sabar". Gue benar-benar ga habis fikir waktu itu, karena dia berjanji hanya beberapa hari, dan itu juga berhubungan dengan kantor tempatnya bekerja. Katanya sih, kantornya akan mengganti uang yang dipinjam dari gue. Ga banyak mungkin untuk sebagian orang, tapi untuk gue, jumlah senilai itu banyak banget, dan gue meminjamkan karena dia berjanji beberapa hari, dan kantornya akan mengganti. Ternyata sewaktu gue menanyakan hal tersebut, sulit untuk gue hubungi, dan jawabannya,"Sabar ya". Sebelumnya sewaktu gue menanyakan hal itu, saat Pink demam hebat, dan gue harus membawanya ke dokter, jawabannya pun persis sama,"Sabar". Gue bingung, karena Pink butuh kursi roda. Gue tanya sana-sini tentang di mana mencari kursi roda bekas yang murah. Banyak jawaban dari teman-teman. Dan ada seorang teman yang memberi info bahwa temannya akan menjual kursi roda yang sudah ga dipakai lagi. Gue hubungi lagi teman yang meminjam uang tersebut, dan jawabannya,"Sabar". Gue merasa sudah cukup semua jawabannya, maka gue putuskan untuk 'memutihkan' hutangnya. Gue anggap lunas. Gue ucapkan lunas untuknya saat gue berdoa. Dan ajaib, segala rasa khawatir tentang Pink dan kursi roda, cemas, dan semua airmata yang mengalir di hati karena merasa ga sanggup membelikan kursi roda, hilang dari hati, lega. Sesudah gue mengucap dan menetapkan lunas, ada kabar dari seorang sahabat yang gue anggap sebagai adik gue, ada yang ingin memberi kursi roda untuk Pink. Dimintanya data tentang Pink. Dan gue terbengong-bengong.
Saatnya test kenaikan kelas tiba. Ayo Pink, sekolah! Pink meminjam kursi roda milik mama gue, yang notabene eyang puteri dari anak-anak gue.
Dan sewaktu pulang sekolah, ga lama sesampainya di rumah, ada seseorang datang dengan kursi roda untuk Pink! Lalu ga lama kemudian, sahabat gue yang gue anggap adik pun datang. Terharu banget rasanya... Dan sejak saat itu Pink memiliki kursi roda sendiri. Esok hari, Pink ikut test kenaikan kelas diantar gue dengan kursi roda miliknya sendiri.
Libur pun tiba, setiap pagi pink diajak berjalan-jalan oleh Esa, Ngka, atau gue, secara bergantian, berkeliling seputaran rumah. Lalu kondisi membaik, membaik, dan membaik.
Saat ini Pink ga membutuhkan kursi roda, Pink sudah bisa berjalan lagi, pulih dari kelumpuhan kaki, karena itu kursi roda ada di sudut ruang tamu, kempes rodanya.
Bahagia, ya gue merasakan kebahagiaan yang ga pernah habis. Tuhan memberikan Ngka, Esa, Pink, untuk gue, mereka anak-anak yang hebat! Tuhan memberi sahabat-sahabat yang baik, memberi kursi roda padahal gue ga memiliki uang, dan memberi sehat untuk Pink.
Gue bahagia banget, dan kursi roda yang ada di sudut ruang tamu adalah saksi kebahagiaan yang gue rasakan.
Salam senyum,
error

Pink waktu itu diserang oleh imunnya sendiri. Ya, Pink hidup dengan autoimun. Saat itu Pink diserang bagian otot kakinya. Pink lumpuh kaki. Bohong kalau gue berkata ga sedih. Gue sedih, tapi gue berusaha untuk bisa menyikapinya dengan senyum. Semua adalah terbaik dari GUSTI, jadi ga mungkin kejadian yang ada tuh sebuah hal buruk. Untuk ke kamar mandi atau ke mana pun dia mau, Esa, Ngka, atau gue, siap menggendongnya. Pink ga bisa berangkat ke sekolah, karena kondisi kesehatannya yang lemah. Beberapa waktu kemudian, Pink mulai bisa bangkit berdiri, tapi masih belum bisa berjalan, saat itu hampir test kenaikan kelas. Gue ingin Pink berangkat ke sekolah, tapi tentu saja dengan kursi roda, karena ga memungkinkan untuknya berjalan. Dan Pink belum memiliki kursi roda.
Gue berkeinginan membelikan Pink sebuah kursi roda. Pink harus memiliki kursi roda. Gue menghubungi seorang teman yang waktu itu berjanji akan mengembalikan uang yang dipinjamnya. Tapi jawabannya,"Sabar". Gue benar-benar ga habis fikir waktu itu, karena dia berjanji hanya beberapa hari, dan itu juga berhubungan dengan kantor tempatnya bekerja. Katanya sih, kantornya akan mengganti uang yang dipinjam dari gue. Ga banyak mungkin untuk sebagian orang, tapi untuk gue, jumlah senilai itu banyak banget, dan gue meminjamkan karena dia berjanji beberapa hari, dan kantornya akan mengganti. Ternyata sewaktu gue menanyakan hal tersebut, sulit untuk gue hubungi, dan jawabannya,"Sabar ya". Sebelumnya sewaktu gue menanyakan hal itu, saat Pink demam hebat, dan gue harus membawanya ke dokter, jawabannya pun persis sama,"Sabar". Gue bingung, karena Pink butuh kursi roda. Gue tanya sana-sini tentang di mana mencari kursi roda bekas yang murah. Banyak jawaban dari teman-teman. Dan ada seorang teman yang memberi info bahwa temannya akan menjual kursi roda yang sudah ga dipakai lagi. Gue hubungi lagi teman yang meminjam uang tersebut, dan jawabannya,"Sabar". Gue merasa sudah cukup semua jawabannya, maka gue putuskan untuk 'memutihkan' hutangnya. Gue anggap lunas. Gue ucapkan lunas untuknya saat gue berdoa. Dan ajaib, segala rasa khawatir tentang Pink dan kursi roda, cemas, dan semua airmata yang mengalir di hati karena merasa ga sanggup membelikan kursi roda, hilang dari hati, lega. Sesudah gue mengucap dan menetapkan lunas, ada kabar dari seorang sahabat yang gue anggap sebagai adik gue, ada yang ingin memberi kursi roda untuk Pink. Dimintanya data tentang Pink. Dan gue terbengong-bengong.
Saatnya test kenaikan kelas tiba. Ayo Pink, sekolah! Pink meminjam kursi roda milik mama gue, yang notabene eyang puteri dari anak-anak gue.
Gue mengantar dan menunggu Pink test kenaikan kelas, senyum Pink ceria :)
Dan sewaktu pulang sekolah, ga lama sesampainya di rumah, ada seseorang datang dengan kursi roda untuk Pink! Lalu ga lama kemudian, sahabat gue yang gue anggap adik pun datang. Terharu banget rasanya... Dan sejak saat itu Pink memiliki kursi roda sendiri. Esok hari, Pink ikut test kenaikan kelas diantar gue dengan kursi roda miliknya sendiri.
Libur pun tiba, setiap pagi pink diajak berjalan-jalan oleh Esa, Ngka, atau gue, secara bergantian, berkeliling seputaran rumah. Lalu kondisi membaik, membaik, dan membaik.
Saat ini Pink ga membutuhkan kursi roda, Pink sudah bisa berjalan lagi, pulih dari kelumpuhan kaki, karena itu kursi roda ada di sudut ruang tamu, kempes rodanya.
Bahagia, ya gue merasakan kebahagiaan yang ga pernah habis. Tuhan memberikan Ngka, Esa, Pink, untuk gue, mereka anak-anak yang hebat! Tuhan memberi sahabat-sahabat yang baik, memberi kursi roda padahal gue ga memiliki uang, dan memberi sehat untuk Pink.
Gue bahagia banget, dan kursi roda yang ada di sudut ruang tamu adalah saksi kebahagiaan yang gue rasakan.
Salam senyum,
error

Comments
Post a Comment