Skip to main content

error,"Tuhan mencukupi"

Tuhan mencukupi. Itu yang ingin gue share. Jangan pernah takut menghadapi kondisi yang mungkin bisa dikatakan sulit. 

Kalau yang suka baca blog gue, dan yang memang tahu tentang gue, pasti sudah tahu ya kalau gue sudah pindah rumah. Ini bukan cerita tentang pindahnya gue sih, tapi ini tentang Tuhan yang mencukupi kebutuhan gue dan anak-anak saat pindah rumah.

Gue bertanya pada Ngka, Esa, dan Pink, mengenai akan pindahnya kami dari rumah eyang mereka,"Kita pindah ke tempatan kontrakan yang kecil, kumuh, jelek. Kamu malu ga?". Jawaban mereka,"Ga malulah Ma. Malu kenapa?". Jawaban itu menguatkan gue untuk tetap pindah walau nanti pindah ke kontrakan yang bisa dikatakan jauh dari kata bagus. Gue cari sana-sini, ga ada. Susah banget mencarinya, karena gue cari rumah kontrakan yang perbulan. Gue ga cari yang pertahun. Akhirnya gue dapat informasi seorang teman. Lega rasanya, karena rumah tersebut tergolong rapi untuk kategori rumah kontrakan perbulan. Tuhan memberi yang terbaik...

Pindah...  Gue pindah rumah tuh cuma punya baju-baju dan ada lemari pakaian. Selebihnya yaa.., hihihi ga ada yang lebih, memang cuma punya itu. Jadi sebenarnya pindah itu cuma mau pindahin baju aja, selain memang pindah tempat tinggal dari bareng mama, ke tempat sendiri yang ngontrak bareng Ngka, Esa, dan Pink. Kasur, gue ga punya. Piring, gue ga punya. Apa pun itu, gue ga punya. Karena selama ini ada di rumah mama, semua barang ya punya mama.

Bos gue adalah orang pertama yang mentransfer barang dari rumahnya ke rumah gue saat pindah rumah, malah bos gue mentransfer barang dari kantor untuk gue :D . Lalu susul menyusul transferan barang dari sahabat untuk mengisi rumah yang kami tempati. Padahal sewaktu gue hitung menghitung berapa pengeluaran yang harus gue keluarkan untuk membeli barang-barang, perlengkapan rumah tangga, fiuch..., gaji gue ga mencukupi untuk itu semua! Ya iyalah, gue pindah tuh seperti pengantin baru, yang baru mau menjalani hidup. Piring pun ga punya.

Satu-persatu nama barang yang harus gue beli, dicoret dari list. Dan semua itu tanpa mengeluarkan uang, alias tanpa membeli. Gue ga meminta, tapi barang-barang itu datang dengan sendirinya. Gue cuma bercerita pada Tuhan bahwa gue mau pindah, dan ada banyak barang yang harus dibeli. Lalu Tuhan mencukupi, itu yang membuat gue takjub.

Itu sedikit sharing dari gue. Rasanya bahagia saat rejeki itu datang, saat apa yang dibutuhkan terpenuhi, tapi jangan pernah lupa pada Sumber yang mencukupi, Tuhan. Cuma Tuhan yang bisa menggerakkan semua ini. Jangan takut, Tuhan selalu tahu apa yang kita butuhkan.

Tuhan mencukupi, ya, Tuhan mencukupi...


Salam senyum,
God Bless us,
error






Comments

  1. Sesuatu yang luar biasa. SubhanALLAH.

    ReplyDelete
  2. setiap makhluk hidup pasti sudah dijatah rejekinya
    jadi sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget. Ga perlu menjadi khawatir, pasti dicukupi oleh Tuhan :)

      Delete
  3. Setuju. Jika kita tahu bagaimana caranya bersyukur, kita tidak akan pernah merasa kekurangan =)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...