Lagi-lagi Ngka duduk bareng Esa, dan kursi mereka ada di depan kursi Pink yang bareng gue. Pink menikmati perjalanan dengan melihat langit, awan-awan yang putih bersih. Gue tidur nyenyak, dan terbangun saat akan landing. Semarang! Dalam hati berteriak saat memandang kota yang ada di bawah. Delapan tahun kami meninggalkan kota ini. Kota yang penuh kenangan, dan tempat papa Ngka, Esa, Pink, dimakamkan. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar. "Ma, Semarang." "Ya, Nduk. Semarang." Wajah Pink ceria. "Kita langsung ke hotel, atau ke makam papa?" "Makam papa, Nduk." Ga ada yang tahu saat itu gue sedang menahan airmata. Jangan menangis, plis, itu yang berulang kali diucap untuk diri sendiri. Bandara Ahmad Yani. Semarang, kaki kami ada di tanahmu sekarang. Semakin sulit membendung airmata, tapi tetap bertahan untuk tenang. "Toilet ya, Ma." Ngka dan Esa, berdua menuju toilet, sedangkan Pink dan gue menunggu mereka keluar. Pi...