Skip to main content

error,"Cerita tentang error yang mau jadi penangkap imaji"

Hari ini, 02 Januari 2014, Kamis, gue mulai masuk kerja seperti seharusnya. Jalanan masih belum macet, jadi tadi bisa mengendarai motor dengan tenang. Jalan ga macet, gue ga ngebut. Nyantaaaai... Eh, ternyata nikmat tiada tara mengendarai motor dengan gaya santai, 60km/jam. Tiba di kantor, gue nyodorin sidik jari untuk absensi. Telat! :D Tapi sesudah menyodorkan sidik jempol di mesin finger print, gue langsung kabur ke warung depan kantor, sarapan... :D. Ovaltine selalu jadi sarapan utama gue setiap kerja. Rasanya lega aja dah minum itu. Setelah itu, kabur lagi menuju lantai 3 di Petro, ruangan gue tercinta yang kadang rapi, kadang berantakan, kadang ramai, kadang sepi...

Di kantor tugas dah mulai ada. Pekerjaan gue memang ga setiap hari ada untuk dikerjakan. Jadi kadang sih menganggur aja di kantor, yang penting muka gue yang imut imit amit amit ini ada di ruangan, karena bisa aja tiba-tiba tugas datang dan harus diselesaikan saat itu juga.

Bos gue datang, dan kita ngobrol tentang ini dan itu, dan ahirnya bos gue mengatakan kalau dia mau pulang cepat. Wuokeee...!! Dan sewaktu jam dinding menunjukkan pukul 11.30, gue minta ijin sama bos, gue mau mencuri start makan siang :D. Bos gue memang baik banget, diijinkannya si error ini keluar untuk beli makanan makan siang. Ah bos, dirimu memang baik banget... Semoga gaji gue naik 2 kali lipat ya bos ya, amin... Dan saat ini gue tanpa bos, mata melirik terus ke arah jam dinding yang ada di sisi kiri gue. Tuh jam lama amat ya bergeraknya... Apa perlu dikasih motivator yang handal ya supaya bisa bergerak cepat tuh jam? Hahaha!!

Ga bohong, sejujurnya gue ga tahu mau cerita apa, cuma gue mau memulai kebiasaan membiarkan imaji bermunculan dan beterbangan, berlari, lalu gue tangkap! Imaji, ada di manakah kamu?? Padahal si imaji bolak-balik teriak ke gue,"WOOI, GUE ADA DI OTAK LO, ERROR! TAPI LO GA SENSI MENANGKAP DAN MENCERNANYA!" Fiuch, ya karena inilah makanya gue menulis apa yang ada di hari ini, karena kejadian setiap detik itu sebenarnya kan sumber imaji.

Sampai saat ini masih ada yang bingung arah tulisan gue, pastinya. Jangan khawatir, sobat, gue yang nulis aja bingung kok... haha!!

Ok,  gue rasa cukup segini aja dulu. Gue cuma mau menulis, menulis dan menulis... Membiasakan diri bercerita, membiasakan diri menulis, membiasakan diri terbuka pada kenyataan hidup yang terjadi setiap detiknya. Dengan begini, gue rasa gue jadi bisa lebih bersyukur pada GUSTI, karena gue mengingat hal-hal kecil yang terjadi dan ga mengecilkan hal yang terjadi... Menulis itu sebuah ungkapan rasa syukur, itu menurut gue, dan gue ga perduli ini bagus atau ga, karena gue rasa, penulis hebat pun pasti pernah mengalami belajar menulis hingga bisa membuat tulisan hebat. Gue mau belajar dari sekarang... Belajar mensyukuri hal yang ada, belajar menuliskannya, dan belajar menjadi penangkap imaji...


Salam senyum,
error






Comments

  1. hahaha.. Tante Error.. lagi beneran error.. kantornya dimana sih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, kantor di Jl. Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur :D

      Delete
  2. kalau gue punya bos enak kaya gitu gue nego gaji, "bos, naikin gaji gue ato gue keluar neeehhh... naik jd blogger. jadi blogger gajinya lebih ok dari adsense, sambil tiduran lagi, bos" hahhaahaha

    ReplyDelete
  3. Judulnya sudah keren. apalagi isinya. izin nyimak yah... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...