Skip to main content

Kering Tempe Kacang A la Emak

Kemarin asyik mengiris tempe sebesar batang korek api.
"Mama mau masak apa?"
"Kering tempe kacang, Pink."
"Hahaha, tumben ada namanya. Biasanya kalau masak ga ada namanya." Jawab Pink sambil tertawa.
Lalu dimintanya pisau yang gue pegang, mulailah dia mengiris tempe sebesar yang ada.
Gue menyiapkan bumbu-bumbu.
- bawang putih
- bawang merah
- cabai merah/ rawit merah juga boleh
- ketumbar
- asam jawa
- sereh, ambil bagian putihnya aja
- gula merah
- laos
- salam
- garam
Semua takaran bumbu menggunakan hati, insting seorang emak. Pakai perasaan aja.
Setelah itu mulailah mengulek:
- bawang putih, ketumbar, garam. Sampai halus, ya. Kalau malas ngulek, masukan aja ke blender. Ngeeeeng, halus deh!
Lalu mengiris:
- bawang merah. Pisahkan ya dari bumbu lain. Si bawang merah memang sombong! Eh, bukan gituu. Masukan di mangkok, atau di wadah apa ajalah. Nanti diberi sedikit air dan garam. Remas-remas sebelum digoreng jadi bawang goreng. Hasilnya kriuk!
- cabai diiris serong memanjang.
- sereh diiris tipis
- gula merah disisir. Tapi bukan menggunakan sisir, melainkan dengan pisau. Ya, pisau. Kan sedang acara masak-memasak di dapur emak!
Ok, siap semua!
Panaskan wajan dengan minyak banyak. Goreng tempe yang sudah diiris secukupnya minyak di wajan. Lumayan memakan waktu lama menggoreng tempe sampai kering kriuk. Gue aja menyanyi sampai cape gegara menunggu si tempe kering digoreng. Lakukan sampai irisan tempe terakhir. Usahakan jauhkan dari yang lain. Tempe-tempe kering belum berbumbu ini aja jadi korban keganasan 3 anak gue! Mereka memakannya tanpa peduli belum berbumbu. Hihi!
Tempe selesai digoreng semua, tiriskan.
Waktunya menggoreng kacang! Biasalah kacang tanah digoreng. Sreeeng.
Seharusnya sih pakai teri. Tapi berhubung gue ga beli teri, ya cukup tempe dan kacang aja.
Kalau udah semua digoreng, kurangi minyak di wajan. Mulailah menggoreng bawang merah yang sudah diremas pakai air garam. Keemasan, angkat. Lalu goreng cabai hingga kering. Angkat tiriskan. Selesaiii! Beluuum!
Dengan minyak sedikit, tumis bawang putih halus dan ketumbar halus, laos yang sudah dikeprek, atau malah laos halus, juga daun salam. Wangi, beri air segelas, nasukkan asam, 1 mata asam aja, ya. Lalu masukkan gula merah yang sudah disisir, juga irisan sereh. Tunggu sampai kental. Kalau sudah mengental, masukan tempe, kacang, bawang goreng. Aduk sampai merata.
Tralalala trililili, penantian pun berakhir! Makan kering tempe kacang!
"Ini masakan Mama yang Esa bilang berhasil!" Kata Esa.

Salam Mata Kedip-Kedip,
Nitaninit Kasapink

Comments

  1. Waaah..., boleh juga neh buat kering tempe yang "berhasil" begini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Monggo, Mas. Hihihi, ini masakanku yang baru bisa dibilang berhasil, dan punya nama :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...