"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah. "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf. Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r
Pernahkah kamu melihat dirimu sendiri? Bukan melihat di cermin, atau melihat pantulan bayang di genangan air. Tapi sosokmu sendiri yang kamu lihat. Aku sering mengalami hal ini. Melihat diriku sedang tidur, atau sedang duduk, malah terkadang sedang bersamamu. Pada akhirnya memang tanpa harus tidur pun aku bisa 'pergi' menghilang kemanapun kumau. Dan kamu tak pernah tahu bahwa aku berada jauh dari jangkauanmu, berada di tempat yang kamu tidak sangka. Raga ini bisa saja berada di dekatmu, di sisimu, berbincang denganmu. Tapi aku yang sesungguhnya ada di tempat berbeda. Jangan dipikir aku tidak merasa takut. Tetap saja takut, hanya tidak setakut dulu. Mungkin karena sudah terbiasa dengan keadaan ini. Barusan saja hal itu terjadi lagi. Masuk ke dalam dunia yang gelap tanpa cahaya. Ketakutan menyergap, tapi akhirnya bisa menguasai diri. Biar saja 'mereka' berusaha menggapaiku, toh tidak akan pernah bisa menyentuh. Mereka yang berbeda, menakutkan, dengan segala macam bentu