Kaki berhenti melangkah saat akan memasuki ruangan yang sudah kukenal bertahun-tahun. Tak hendak masuk kembali ke sana! Mengeluh dalam hati, kenapa berulang harus berada di sini lagi? Hendak berteriak, tapi percuma, karena tak akan mengubah keadaan.
Ini sebuah dunia yang lain. Gelap, dingin, lembab, dan tak ada kehidupan. Dunia berbeda yang akrab sejak berpuluh tahun lampau. Tak ada setitik pun cahaya di sini. Aku takut, tapi rasa takut hanya akan membuatku tak bisa pergi dari sini. Ketakutan malah akan menancapkanku di dunia ini.
Perlahan berjalan mengikuti jalan sempit berkelok yang hanya cukup untuk 1 orang. Tak ada cahaya! Gelap gulita, lebih gelap dari mati lampu. Tapi anehnya aku bisa melihat dengan jelas kegelapan yang mendekap.
Di kanan-kiri banyak yang melihatku dengan tatapan yang tak ramah. Tapi ada juga yang tak peduli. Hanya ada aku sendiri yang berjalan di sini.
Pernah bertanya pada diri sendiri, kenapa aku bisa berada di sini? Tapi memang tak pernah kutemukan jawaban. Sedangkan untuk menceritakan padamu atau siapa pun, tak pernah punya keberanian, karena takut dianggap sebagai manusia aneh.
Ini bukan dunia yang biasa dihadapi. Bukan dunia yang berisi kehidupan manusia. Makhluk aneh banyak berada di sini. Suara mereka menggaung. Tolong aku, keluarkan aku dari sini.
Semakin jauh berjalan, semakin menghitam, gelap, dan lembab. Seperti berada dalam gua yang panjang dan dalam.
Yang kuingat, pertama kali terdampar masuk ke sini saat masih duduk di Taman-Kanak-Kanak. Terkejut saat disedot masuk ke dalam kerak bumi, berada dalam putaran yang memusingkan, lalu mulai terlihat kerlap-kerlip cahaya kecil yang didominasi warna ungu. Kemudian berhenti. Berdiri di sini, di tempat yang sama. Takut, tapi aku melangkah masuk.
Di satu tempat seperti pemakaman yang tak terurus. Tetap berjalan mengikuti jalan sempit, dan sepanjang perjalanan hanya ada makam. Langkah tak bisa berhenti.
Sekarang pun masih sama. Jalan yang kutemui pun masih sama. Hanya saja semakin lama aku makin mengenal dunia ini. Menjelajahi dunia kelam ini sendiri. Kemarin sudah belok ke kanan, sekarang ke kiri. Pernah mengikuti jalan yang lurus, sekarang berbelok. Tapi tetap sama, jalan ini sempit, gelap, lembab.
Seperti biasa, perjalanan ini berhenti karena memang sudah waktunya berhenti, dan tiba-tiba aku sudah kembali di atas tempat tidur. Ya, tiba-tiba. Karena aku juga tidak tahu kapan dan kenapa berhenti. Tapi lalu berulang lagi setiap saat.
Nanti aku ceritakan lagi. Saat ini aku sedang mendengarkan percakapan antara beberapa makhluk aneh yang tak jelas berbicara apa, tapi amat keras di telinga.
Nanti ya, nanti.
Nitaninit Kasapink
Ini sebuah dunia yang lain. Gelap, dingin, lembab, dan tak ada kehidupan. Dunia berbeda yang akrab sejak berpuluh tahun lampau. Tak ada setitik pun cahaya di sini. Aku takut, tapi rasa takut hanya akan membuatku tak bisa pergi dari sini. Ketakutan malah akan menancapkanku di dunia ini.
Perlahan berjalan mengikuti jalan sempit berkelok yang hanya cukup untuk 1 orang. Tak ada cahaya! Gelap gulita, lebih gelap dari mati lampu. Tapi anehnya aku bisa melihat dengan jelas kegelapan yang mendekap.
Di kanan-kiri banyak yang melihatku dengan tatapan yang tak ramah. Tapi ada juga yang tak peduli. Hanya ada aku sendiri yang berjalan di sini.
Pernah bertanya pada diri sendiri, kenapa aku bisa berada di sini? Tapi memang tak pernah kutemukan jawaban. Sedangkan untuk menceritakan padamu atau siapa pun, tak pernah punya keberanian, karena takut dianggap sebagai manusia aneh.
Ini bukan dunia yang biasa dihadapi. Bukan dunia yang berisi kehidupan manusia. Makhluk aneh banyak berada di sini. Suara mereka menggaung. Tolong aku, keluarkan aku dari sini.
Semakin jauh berjalan, semakin menghitam, gelap, dan lembab. Seperti berada dalam gua yang panjang dan dalam.
Yang kuingat, pertama kali terdampar masuk ke sini saat masih duduk di Taman-Kanak-Kanak. Terkejut saat disedot masuk ke dalam kerak bumi, berada dalam putaran yang memusingkan, lalu mulai terlihat kerlap-kerlip cahaya kecil yang didominasi warna ungu. Kemudian berhenti. Berdiri di sini, di tempat yang sama. Takut, tapi aku melangkah masuk.
Di satu tempat seperti pemakaman yang tak terurus. Tetap berjalan mengikuti jalan sempit, dan sepanjang perjalanan hanya ada makam. Langkah tak bisa berhenti.
Sekarang pun masih sama. Jalan yang kutemui pun masih sama. Hanya saja semakin lama aku makin mengenal dunia ini. Menjelajahi dunia kelam ini sendiri. Kemarin sudah belok ke kanan, sekarang ke kiri. Pernah mengikuti jalan yang lurus, sekarang berbelok. Tapi tetap sama, jalan ini sempit, gelap, lembab.
Seperti biasa, perjalanan ini berhenti karena memang sudah waktunya berhenti, dan tiba-tiba aku sudah kembali di atas tempat tidur. Ya, tiba-tiba. Karena aku juga tidak tahu kapan dan kenapa berhenti. Tapi lalu berulang lagi setiap saat.
Nanti aku ceritakan lagi. Saat ini aku sedang mendengarkan percakapan antara beberapa makhluk aneh yang tak jelas berbicara apa, tapi amat keras di telinga.
Nanti ya, nanti.
Nitaninit Kasapink
Narasi yang sangat menarik Mbak. Sepertinya si tokoh aku pernah mengalami peristiwa yang sangat membekas di hati. Ditunggu lanjutan ceritanya.
ReplyDeleteSi Aku banyak mengalami peristiwa yang berhubungan dengan dunia 'lain', Mas.
DeleteTerima kasih sudah membaca cerita ini dan menyemangati.
Asyiiik ada cerita baru mba :D. Dr bagian pertama aja aku udh tertarik bacanya :) .. Slalu suka dengan cerita yg berkaitan ama indera keenam Dan dunia lain begini..
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak :D
Delete