Skip to main content

error: Cerita, cerita, cerita tentang razia motor

Sekarang gue kalau berangkat ke tempat kerja, gue berangkat lebih pagi. Ga pagi-pagi banget sih.., tapi ga sesiang biasanya. Bagi kantor tempat gue bekerja, kedatangan gue yang pagi-pagi ini adalah anugerah, walau manajemen ga tahu apa alasan gue berangkat lebih pagi dari sebelumnya.

Nah sekarang gue mau cerita kenapa gue berangkat lebih pagi akhir-akhir ini. Kalau kenapa gue berangkat selalu siang ke kantor, ga perlu gue ceritakan di sini yaaaa.. :D

Sebelumnya, perjalanan dari Bekasi ke kantor tuh tanpa gangguan apa pun di perjalanan. Gangguan? What? Diganggu apa sih si cewek ini? Hah? Ceweeek?? Hahaha, oke, kembali ke jalur cerita yah... Gue memang cewek. Oops, ya memang gue cewek, halaah, malah nambah melenceng dari cerita. Gini, gangguan yang dimaksud tuh adanya razia untuk pengendara motor yang melintas. Oke, oke, biasa aja sih tentang razia-razia itu. Toh semua surat-surat yang menyangkut motor dan SIM C sih lengkap. Cuma akhirnya gue kasih label itu sebagai gangguan karena perjalanan gue jadi terhambat. Waah, ga mau ikut tertib lalulintas ya? Ga mau ditertibkan ya? Bukaaan, bukan! Weh, dengan gaya sok tegas, gue menjawab bahwa gue merasa terganggu dengan razia-razia itu bukan karena gue ga mau ikut penertiban lalulintas untuk pengendara motor, tapi ada sedikit 'iri' pada pengendara mobil. Hah?? Iri? Ngiri karena mereka memiliki mobil sementara diri sendiri ga memiliki mobil, gitu? Waaah, bukaaan!! Bukan itu juga. Tapi iri karena kok hampir setiap hari pengenadara motor dirazia oleh petugas, berkenaan dengan surat-surat STNK dan SIM, kecuali kalau memang jelas terlihat ga menggunakan helm dan ga menyalakan lampu depan loh ya, itu sih jelas banget boleh deh dirazia. Tapi ga tuh, kalau pas ada yang ga menggunakan helm, ya ga ada razia. Mbok ya, yang dirazia tuh mereka yang jelas ga patuh, ga tertib lalulintas.

Ngomong-ngomong tentang tertib berkendara berlalulintas, bukan hanya pengendara motor saja kan yang wajib tertib berkendara berlalulintas? Itu looh, yang bermobil itu memangnya sudah benar-benar tertibkah? Surat-surat mereka sudah benar-benar lengkapkah? Gue sering membaca berita tentang kecelakaan mobil. Ada yang di bawah pengaruh alkohol, ada yang ga memiliki SIM.

Gue ingat tentang masa lalu..., cieee cieeee masa laluuuuuu... Eeeeh, ini beneran masa lalu, masa kecil gue...
Gue 2 bersaudara, dan ehm.., gue anak bungsu dan paling cantik. Kedip-kediiip, kediiip..! Ya iyalah gue paling cantik, karena kakak gue laki-laki :D . Nah, masa lalu yang berhubungan ini tuh ya tentang kakak gue satu-satunya ituuuu... Puluhan tahun yang lalu, saat kakak gue kelas 5 SD, usia kira-kira 11 tahun, kakak gue sudah biasa mengendarai mobil sendiri. Seringkali ada petugas melihat sopir yang mengendarai itu masih kecil, duduk pun diganjal. Tapi petugas cuek saja, malah tersenyum, bahkan tertawa ke kakak gue juga ke gue yang duduk di samping kakak gue. Waktu pun berlalu, kakak gue SMP kelas 2, kira-kira usia 14 tahun, kakak gue mengantongi SIM A! Itu cerita masa lalu yang gue mau ceritakan.

Lalu apakah sekarang tertib lalulintas dan tertib berkendara untuk pengendara mobil sudah bagus dibanding dulu? Apakah pengendara mobil ga perlu dirazia untuk kelengkapan surat-suratnya dan apakah mereka tertib? Dan apakah memang cukup 'hanya' memiliki kelengkapan surat-surat saja? Masih teringat pengendara mobil yang masih di bawah umur, yang tentunya belum memiliki SIM, lalu menabrak, dan menewaskan beberapa orang, juga masih ingat juga pengendara mobil yang menabrak karena dia di bawah pengaruh alkohol. Sopir-sopir angkutan umum juga, apakah mereka sudah tertib berkendara, dan sudah tertib berlalulintas? Jawabannya, hmmm.., ya silakan jawab sendiri saja deh... Eh, gue punya pengalaman istimewa loh sewaktu dirazia petugas saat perjalanan ke kantor. Istimewanya gimana? Ya lain waktu deh gue cerita lagi tentang perlakuan istimewa yang ga akan terlupakan seumur hidup gue... Penasaran? Hehehe, nantikan saja di cerita yang akan datang...! Jreng jreng jreeeeng... (norak banget gue :D)

Kembali lagi ke razia pengendara motor, hmm.., kenapa ya hampir setiap hari ada razia dari petugas? Apakah memang hanya pengendara motor saja yang harus tertib berkendara dan berlalulintas? Lagi-lagi gue cuma bisa nyengir, tapi tetap manis :D. Jadi, sudah tahu kan kenapa gue sekarang berangkat ke tempat kerja lebih pagi dibanding sebelumnya? Bukan karena gue karyawan teladan, tapi karena menghindari razia pengendara motor yang hampir setiap hari ada di saat mulai agak siang...

Salam senyum,
error



















Comments

  1. Kalau yang ngerazia banyak polisi, enggak begitu mengganggu perjalanan ya, Mba. Tapi, kalau hanya satu dua polisi, jadinya antri raziaaaa! Telaat deh.


    Brarti razia ini membawa manfaat positif bagimu, Mba. :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama aja mbak, 1 atau banyak petugas, finalnya ya jadi makin terlambat sampai di tempat kerja :D

      Hihihi, positif anget untuk manajemen kantor :D . Sedangkan aku jadi terburu-buru bersiap-siap berangkat :D .

      Delete
  2. iya jadi macet, bikin yang ga dirazia jg ikutan ngrasain macet, bukannya ga mau tertib, tapi kalau razianya dipinggir jalan aja. Pernah lihat mobil nerobos busway trus dirazia oleh polisi, bukannya disuruh keluar jalur dulu ya, eh itu di tengah busway dan si busnya disuruh nunggu di belakang mobil itu. Itu jadi situ yg salah kenapa gue jg harus nanggung akibatnya, gitu kali kata si mobil :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, kenapa ga keluar dari jalur dulu ya? hedeeh, jadi runyam si busway-nya ya, mbak :D.
      Memang jadi macet kalau ada razia gitu. Iya, bukan ga mau tertib, tapi kenapa kok cuma kendaraan roda 2 aja ya yang rajin dikasih jadwal razia :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...