Skip to main content

error: perempuan bungsu dan emak

"Mak, aku datang".

"Siapa kamu?".

"Aku anak perempuan bungsumu, Mak".

"Anakku cuma 1, dan dia seorang lelaki tampan".

"Mak, aku perempuan bungsumu".

"Anakku cuma 1, dan dia lelaki gagah".

"Mak, aku perempuan tunggalmu".

"Anakku cuma 1, dan dia bukan seorang perempuan".

"Mak, aku datang tanpa pernah pergi, aku ada tanpa pernah menghilang, aku di sini dan tak akan pernah meninggalkan".

"Anakku lelaki, dia pergi dan datang, dia pergi, dan pergi, lalu datang, dan pergi lagi, datang lagi".

"Aku perempuanmu, Mak, tak pernah ingin membuatmu menangis".

"Anakku lelaki dalam airmataku, dan membanjiriku dengan airmatanya".

"Mak, aku perempuan bungsumu, yang ingin selalu mendekap dan ada dalam dekapmu".

"Anakku lelaki, cuma 1, dan tak hendak mendekap, apalagi didekap".

"Mak, aku rindu".


"Anakku lelaki tanpa kerinduan, dan anakku lelaki, cuma 1".

Perempuan bungsu diam, mendekap rindunya sendiri, menghapus airmatanya sendiri...
Emak tertawa dalam ruang berdinding empat, bersama anak lelakinya yang cuma 1...
Perempuan bungsu terkapar di bawah impian tentang lembut kasih emaknya
Perempuan bungsu, perempuan bungsu, jangan benci emakmu, emak pasti tahu tentang kerinduanmu, emak tahu pedihmu dan ingin memelukmu, tapi emak punya anak lelaki cuma 1, dan memang selalu cuma 1
Perempuan bungsu, perempuan bungsu, simpanlah rindumu, emak pasti memetik rindumu, dan mendekapmu
 saat anak lelaki cuma 1 melepas seluruh isi saku emakdan memindahkan dalam pundi-pundinya sendiri
Perempuan bungsu, perempuan bungsu, jangan jadi tangis, emak tetap emak, walau anak lelakinya yang cuma 1 yang selalu ada dalam hati sang emak


# error, 13agust14, hi: emak

Comments

  1. postingannya bagus? Numpang baca ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak Dhia Syarafana, silakan kalau mau baca-baca, boleh... Monggo :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...