Sebuah lagu dari masa kanak-kanak masih terpatri di ingatan dan kenangan, tentang kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Seorang ibu memancarkan kasih yang lembut, melindungi. Ibu tidak akan menyakiti seorang anak, baik fisik mau pun psikis. Begitu mulianya seorang ibu. Begitu damainya bersama ibu. Ibu memberi indah dan kebahagiaan pada anak.
Tapi banyak juga kenyataan kasus per kasus yang berbeda dengan hal itu, tentang seorang ibu yang seharusnya lembut, mengasihi dengan cinta yang luar biasa, mendamaikan hati, menggebyarkan hidup dengan kebahagiaan yang penuh. Seorang ibu memukul anaknya, memaki anaknya, membimbing anak dengan penuh kemarahan, mengajari anak tanpa kasih. Makna seorang ibu menjadi buram, kusam, hilang... Ibu tak lagi mendamaikan, tak lagi penuh cinta kasih. Yang menyedihkan, ibu tak menyadari sedang membentuk pribadi anak, terekam hingga dewasa. Lalu sang anak yang dewasa tak menyadari bahwa dia pun sudah menjadi 'ibu'. Perlakuan dan penyikapan terhadap kejadian yang berhubungan dengan anak, terjadi lagi. Rantai tanpa kasih ini terus menerus menjadi semakin rumit.
Ga cuma sekali gue mendengar seorang ibu membentak anaknya hanya karena sebuah kesalahan kecil, dan malah seringkali bukan karena sebuah kesalahan. Loh kok bisa? Iya, cuma untuk meminta anaknya mandi, diucaplah nada memerintah, berteriak. Mungkin terlihat sepele, padahal yang 'sepele' itu pun membentuk pribadi anak. Menurut gue, itu sebenarnya bentuk pengenalan di-bully pertama pada anak, tapi orangtua ga merasa bahwa sedang mem-bully, alih-alih bahwa itu bagian pengajaran disiplin, pengajaran penuh ketegasan untuk anak.
Ga adil ya, gue cuma menyorot tentang Ibu? Bapak juga banyak kok yang seperti itu. Tapi memang gue cuma ingin menyorot ibu aja, karena lagu masa kecil itu, yang indah banget tentang kasih seorang ibu, dan gue seorang ibu dari Ngka, Esa, dan Pink. Gue bukan seorang yang lembut, tapi gue ga mau mengasari anak, apalagi dengan alih-alih pelajaran disiplin. Semua berpulang pada diri sendiri, hendak membentuk anak seperti apa dengan cara bagaimana.
Mengasihi dan mencintai, adalah hal indah yang semua orang dambakan. Anak, tentunya juga mendambakan itu. Dan kasih, cinta, ga akan menyakiti siapa pun, tapi pasti mendamaikan. Gue rasa, membentak bukan bagian dari pendamaian dalam hati.
Mencintai dengan cinta kasih yang damai, atau membully dengan alih-alih cinta kasih? Silakan pilih, semua kembali pada diri sendiri.
Damai, bahagia selalu, amin...
Salam senyum,
error
Tapi banyak juga kenyataan kasus per kasus yang berbeda dengan hal itu, tentang seorang ibu yang seharusnya lembut, mengasihi dengan cinta yang luar biasa, mendamaikan hati, menggebyarkan hidup dengan kebahagiaan yang penuh. Seorang ibu memukul anaknya, memaki anaknya, membimbing anak dengan penuh kemarahan, mengajari anak tanpa kasih. Makna seorang ibu menjadi buram, kusam, hilang... Ibu tak lagi mendamaikan, tak lagi penuh cinta kasih. Yang menyedihkan, ibu tak menyadari sedang membentuk pribadi anak, terekam hingga dewasa. Lalu sang anak yang dewasa tak menyadari bahwa dia pun sudah menjadi 'ibu'. Perlakuan dan penyikapan terhadap kejadian yang berhubungan dengan anak, terjadi lagi. Rantai tanpa kasih ini terus menerus menjadi semakin rumit.
Ga cuma sekali gue mendengar seorang ibu membentak anaknya hanya karena sebuah kesalahan kecil, dan malah seringkali bukan karena sebuah kesalahan. Loh kok bisa? Iya, cuma untuk meminta anaknya mandi, diucaplah nada memerintah, berteriak. Mungkin terlihat sepele, padahal yang 'sepele' itu pun membentuk pribadi anak. Menurut gue, itu sebenarnya bentuk pengenalan di-bully pertama pada anak, tapi orangtua ga merasa bahwa sedang mem-bully, alih-alih bahwa itu bagian pengajaran disiplin, pengajaran penuh ketegasan untuk anak.
Ga adil ya, gue cuma menyorot tentang Ibu? Bapak juga banyak kok yang seperti itu. Tapi memang gue cuma ingin menyorot ibu aja, karena lagu masa kecil itu, yang indah banget tentang kasih seorang ibu, dan gue seorang ibu dari Ngka, Esa, dan Pink. Gue bukan seorang yang lembut, tapi gue ga mau mengasari anak, apalagi dengan alih-alih pelajaran disiplin. Semua berpulang pada diri sendiri, hendak membentuk anak seperti apa dengan cara bagaimana.
Mengasihi dan mencintai, adalah hal indah yang semua orang dambakan. Anak, tentunya juga mendambakan itu. Dan kasih, cinta, ga akan menyakiti siapa pun, tapi pasti mendamaikan. Gue rasa, membentak bukan bagian dari pendamaian dalam hati.
Mencintai dengan cinta kasih yang damai, atau membully dengan alih-alih cinta kasih? Silakan pilih, semua kembali pada diri sendiri.
Damai, bahagia selalu, amin...
Salam senyum,
error
Iya, masih banyak cara lain yang lebih 'elegan' untuk menjelaskan kenapa harus ini itu ya, Mbak. :)
ReplyDeleteya, mbak, betul. Sangat disayangkan masih ada orangtua, ibu, yang menerapkan pem-bully-an dengan alih-alih disiplin :(
Deletejadi itu termasuk membully anak ya dengan nyuruh mandi tapi nadanya agak tinggi ..kalau ga gitu anak gamau mandi gimana
ReplyDeleteya dengan cara lain, cara yg menyenangkan. Orangtua seharusnya mencari cara yang baik untuk anak. Tanamkan hal yang baik untuk anak juga bisa lewat dongeng.
Deleteiya seharusnya orang tua bersikaf lembut terhadap anak-anaknya karena apa yang dilakukan orang tua akan melatih sikap si anak kelak.setiap anak adalah cerminan dari orang tua :) "buah jatuh tak jauh dari pohonnya"
ReplyDeleteYup, bener banget Mbak Ucu. Orangtua sebagai contoh baik untuk anak.
Delete