Skip to main content

Si Penikmat Dongeng

Sewaktu gue masih kecil, setiap hari dipenuhi dongeng. Mama selalu  mendongeng. Menurut mama, aki (sebutan para cucu untuk kakek, notabene ayah dari mama) selalu mendongeng untuk mama saat kecil. Dongeng-dongeng membuat gue takjub!
Selain dari mama, gue juga didongengi oleh kaset sanggar cerita. Iya, dulu ada kaset yang khusus berisi cerita, dongeng. Setiap ada keluaran terbaru, bap membelikan untuk gue.
Dongeng-dongeng juga gue baca. Majalah, buku, menjadi amat menarik karena berisi banyak cerita, dongeng.
Waktu berjalan cepat. Gue yang menikmati dongeng mulai mendongeng. Keponakan-keponakan kecil, anak-anak tetangga, jadi korban mendengar dongeng yang gue ceritakan. Hingga akhirnya memiliki anak, dongeng ga hilang dari kehidupan gue.
Banyak nasehat, pesan moral, yang bisa dimasukkan dalam dongeng. Jadi gue ga perlu 'berbusa' menasehati, cukup dengan mendongeng. Dongeng tumbuh di dalam kehidupan gue, dan gue bertumbuh kembang bersama dongeng.
Gue ga tahu, apakah tiga anak tercinta akan meneruskan dongeng-dongeng pada anak-anak mereka kelak, atau dongeng-dongeng hanya akan jadi kenangan dalam hidup. Ga ada yang tahu. Waktu yang akan menjawab. Yang gue tahu, sejak dulu hingga saat ini, mereka juga penikmat dongeng seperti gue. Masa depan tentang mereka dan dongeng, biar saja jadi sebuah rahasia cantik.
Salam Senyum,
Nitaninit Kasapink

Comments

  1. dongeng memang lebih mudah dinikmati ya mbak, soalnya bisa mengembangkan imajinasi anak-anak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, selain mudah dinikmati, juga mudah diserap :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...