Belum pernah terpikir akan meninggalkan pantai berpasir hangat beserta laut luas yang membentang. Butir-butir pasirnya mengenalku, begitu juga setiap tetes airnya! Bertahun berada di sini mengisi hari, tak sedetik pun bosan menikmati semuanya.
Sejak dulu semasa masih di dunia hidup, aku sering ke sini, ke pantai ini. Pantai ini menyimpan air mataku, tawaku, juga senyum yang kumiliki. Hampir seluruh jalan hidupku ditumpahkan di sini. Masa kecil, remaja, hingga dewasa, sering bermain ke sini.
Dan sekarang aku berada di sini bersama Bless, lelaki besarku yang penuh kasih. Duduk di butiran pasir yang menghampar, diselimuti hangatnya mentari.
Kakiku menggali pasir, lalu menimbunnya. Bless memainkan pasir dengan jari telunjuknya.
"Bless, apa hobimu?"
"Hobi? Aku suka bernyanyi."
"Oh ya?"
"Ya. Dulu aku suka berkumpul dengan teman-teman, main gitar, bernyanyi sama-sama."
"Oh ya?"
"Ya. Apa hobimu, Err?"
"Aku? Membaca, menulis, dan menikmati lagu."
"Menikmati lagu?"
"Ya, hanya sebagai penikmat. Aku tak bisa menyanyi, tak hafal lirik lagu."
Bless tertawa terbahak.
Aku suka melihatnya tertawa. Garis wajahnya terlihat ceria dan lepas, bebas.
"Aku suka lagu Beautiful Girl, Bless. Dulu aku berkhayal lagu itu dinyanyikan khusus untukku. Membayangkan sebuah jendela besar terbuka lebar, aku duduk di kursi menghadap pemandangan di luar. Seseorang menyanyikan lagu itu untukku. Khusus untukku. Ya, Bless, khusus untukku!"
Mataku menerawang jauh ke depan.
"Pernahkah seseorang menyanyikan lagu itu untukmu, Err?"
Bless menyentuh bahuku lembut.
Aku tertawa lirih, menggeleng pelan.
"Tidak pernah ada."
Aku tertawa geli mengingat khayalan masa lalu.
"Aku membayangkan, akulah si beautiful girl!"
Bless tertawa keras.
Aku menabok pelan lengannya.
"Dulu aku sering menyanyikannya sambil berkhayal ada seorang lelaki hadir dalam kehidupanku. Lembut,memesonaku."
Tawanya semakin keras.
"Jangan menertawakanku, Bless. Aku serius, aku ingin ada yang menyanyikannya untukku."
Wajahku berubah menjadi serius.
"Ya, ya, aku serius. Aku bukan menertawakan keinginanmu, tapi menertawakan mereka semua yang tak pernah tahu bahwa kamu ingin dinyanyikan lagu itu, Err."
Aku tersenyum padanya. Bless, lelaki besarku yang luar biasa! Entah kenapa menurutku dia selalu punya pemikiran berbeda.
Waktu berjalan lambat. Aku sibuk menghitung butiran pasir yang memang tak pernah mungkin bisa selesai dihitung. Sedangkan Bless sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Kulihat senyumnya digaris dalam bibir.
Laut amat tenang tanpa ombak besar. Angin pun lirih berdesir. Tak ada keramaian di sini. Sunyi, tenang, amat menyenangkan!
Pasir ini hangat, seakan bisa menghangatkan dinginnya dunia yang sedang kujalani. Sinar matahari memancar tapi tak memanggang.
Hei, ini hari yang sempurna!
"Yuk kita ke batu karang besar di sana, Err."
Bless menggandeng tanganku, membimbing berjalan ke arah batu karang besar.
Ombak yang berlari, saling bersahutan. Ada beberapa burung terbang melintas di langit. Damai sekali pantai!
"Duduklah di sini. Jangan bergerak. Tersenyum. Ayo tersenyum sekarang. Ya, pas! Jangan lepas senyummu!"
Bless berkata sambil tersenyum memandangku yang menahan tawa.
Angin laut mengusap kulitku dengan lembut. Rambutku yang sebatas leher dikibarkannya. Gaun hitamku juga ditiup angin.
Perlahan kudengar senandung sebuah lagu. Beautiful girl! Itu laguku!
Bless tenang menatap laut, senandung itu berasal darinya. Bless menyenandungkan lagu yag kusuka! Lagu yang sejak dulu ingin kudengar didendangkan khusus untukku.
Kupeluk Bless erat-erat!
"Kamu tahu, Err? Dendang ini untukmu."
"Ya, aku tahu. Terima kasih, Bless."
Pelukanku semakin erat padanya. Bless, my big guy, dia lelaki yang baik, penuh perhatian, penuh kasih. Dulu semasa masih berada di dunia penuh cahaya kehidupan, tak kutemui seseorang seperti dia. Tapi sekarang di dunia mati tanpa kehidupan, justru kutemukan sosok Bless yang luar biasa mengasihiku!
"Jangan tinggalkan aku, ya?"
Bless mempererat pelukannya. Sedangkan aku? Tentu saja makin masuk dalam pelukan dinginnya yang menenangkan.
Apakah kamu yang berada di dunia penuh cahaya kehidupan merasakan hal yang sama sepertiku? Tenang dan merasa menjadi perempuan istimewa karena kasih yang dilimpahkan tulus memenuhi cerita yang dijalani.
Atau kamu malah merasakan hal yang sama sepertiku saat berada di dunia yang sama denganmu? Berharap mendapat dendang lagu yang memang ditujukan untukku, tapi tak pernah mendapatkannya.
Kamu dan kamu yang berada di dunia hidup penuh cahaya berlimpah, berdendanglah untuk yang terkasih. Tak harus menjadi penyanyi bersuara merdu, tapi berikan dengan sepenuh kasih yang tulus. Makna kasihmu pasti akan diterima dengan getar kasih yang membahagiakan.
Aku, Err. Dia, Bless. Jangan pertanyakan kami ada atau tidak. Jika satu hari nanti kamu mendengar suara angin mendesau, itu adalah kami yang sedang saling mendendangkan lagu penuh kasih.
Satu hari nanti, kami akan mendendangkannya untukmu, kalau kamu masih saja menutup suara kasihmu untuk dia, orang terkasihmu.
Nitaninit Kasapink
Dan sekarang aku berada di sini bersama Bless, lelaki besarku yang penuh kasih. Duduk di butiran pasir yang menghampar, diselimuti hangatnya mentari.
Kakiku menggali pasir, lalu menimbunnya. Bless memainkan pasir dengan jari telunjuknya.
"Bless, apa hobimu?"
"Hobi? Aku suka bernyanyi."
"Oh ya?"
"Ya. Dulu aku suka berkumpul dengan teman-teman, main gitar, bernyanyi sama-sama."
"Oh ya?"
"Ya. Apa hobimu, Err?"
"Aku? Membaca, menulis, dan menikmati lagu."
"Menikmati lagu?"
"Ya, hanya sebagai penikmat. Aku tak bisa menyanyi, tak hafal lirik lagu."
Bless tertawa terbahak.
Aku suka melihatnya tertawa. Garis wajahnya terlihat ceria dan lepas, bebas.
"Aku suka lagu Beautiful Girl, Bless. Dulu aku berkhayal lagu itu dinyanyikan khusus untukku. Membayangkan sebuah jendela besar terbuka lebar, aku duduk di kursi menghadap pemandangan di luar. Seseorang menyanyikan lagu itu untukku. Khusus untukku. Ya, Bless, khusus untukku!"
Mataku menerawang jauh ke depan.
"Pernahkah seseorang menyanyikan lagu itu untukmu, Err?"
Bless menyentuh bahuku lembut.
Aku tertawa lirih, menggeleng pelan.
"Tidak pernah ada."
Aku tertawa geli mengingat khayalan masa lalu.
"Aku membayangkan, akulah si beautiful girl!"
Bless tertawa keras.
Aku menabok pelan lengannya.
"Dulu aku sering menyanyikannya sambil berkhayal ada seorang lelaki hadir dalam kehidupanku. Lembut,memesonaku."
Tawanya semakin keras.
"Jangan menertawakanku, Bless. Aku serius, aku ingin ada yang menyanyikannya untukku."
Wajahku berubah menjadi serius.
"Ya, ya, aku serius. Aku bukan menertawakan keinginanmu, tapi menertawakan mereka semua yang tak pernah tahu bahwa kamu ingin dinyanyikan lagu itu, Err."
Aku tersenyum padanya. Bless, lelaki besarku yang luar biasa! Entah kenapa menurutku dia selalu punya pemikiran berbeda.
Waktu berjalan lambat. Aku sibuk menghitung butiran pasir yang memang tak pernah mungkin bisa selesai dihitung. Sedangkan Bless sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Kulihat senyumnya digaris dalam bibir.
Laut amat tenang tanpa ombak besar. Angin pun lirih berdesir. Tak ada keramaian di sini. Sunyi, tenang, amat menyenangkan!
Pasir ini hangat, seakan bisa menghangatkan dinginnya dunia yang sedang kujalani. Sinar matahari memancar tapi tak memanggang.
Hei, ini hari yang sempurna!
"Yuk kita ke batu karang besar di sana, Err."
Bless menggandeng tanganku, membimbing berjalan ke arah batu karang besar.
Ombak yang berlari, saling bersahutan. Ada beberapa burung terbang melintas di langit. Damai sekali pantai!
"Duduklah di sini. Jangan bergerak. Tersenyum. Ayo tersenyum sekarang. Ya, pas! Jangan lepas senyummu!"
Bless berkata sambil tersenyum memandangku yang menahan tawa.
Angin laut mengusap kulitku dengan lembut. Rambutku yang sebatas leher dikibarkannya. Gaun hitamku juga ditiup angin.
Perlahan kudengar senandung sebuah lagu. Beautiful girl! Itu laguku!
Bless tenang menatap laut, senandung itu berasal darinya. Bless menyenandungkan lagu yag kusuka! Lagu yang sejak dulu ingin kudengar didendangkan khusus untukku.
Kupeluk Bless erat-erat!
"Kamu tahu, Err? Dendang ini untukmu."
"Ya, aku tahu. Terima kasih, Bless."
Pelukanku semakin erat padanya. Bless, my big guy, dia lelaki yang baik, penuh perhatian, penuh kasih. Dulu semasa masih berada di dunia penuh cahaya kehidupan, tak kutemui seseorang seperti dia. Tapi sekarang di dunia mati tanpa kehidupan, justru kutemukan sosok Bless yang luar biasa mengasihiku!
"Jangan tinggalkan aku, ya?"
Bless mempererat pelukannya. Sedangkan aku? Tentu saja makin masuk dalam pelukan dinginnya yang menenangkan.
Apakah kamu yang berada di dunia penuh cahaya kehidupan merasakan hal yang sama sepertiku? Tenang dan merasa menjadi perempuan istimewa karena kasih yang dilimpahkan tulus memenuhi cerita yang dijalani.
Atau kamu malah merasakan hal yang sama sepertiku saat berada di dunia yang sama denganmu? Berharap mendapat dendang lagu yang memang ditujukan untukku, tapi tak pernah mendapatkannya.
Kamu dan kamu yang berada di dunia hidup penuh cahaya berlimpah, berdendanglah untuk yang terkasih. Tak harus menjadi penyanyi bersuara merdu, tapi berikan dengan sepenuh kasih yang tulus. Makna kasihmu pasti akan diterima dengan getar kasih yang membahagiakan.
Aku, Err. Dia, Bless. Jangan pertanyakan kami ada atau tidak. Jika satu hari nanti kamu mendengar suara angin mendesau, itu adalah kami yang sedang saling mendendangkan lagu penuh kasih.
Satu hari nanti, kami akan mendendangkannya untukmu, kalau kamu masih saja menutup suara kasihmu untuk dia, orang terkasihmu.
Nitaninit Kasapink
Aghhh udh lama ga baca err bless.. Baru bisa baca lg mba :)
ReplyDeleteIya, jarak antara seri ke-23 dan 24 memang lama, Fann :D
Delete