Skip to main content

error dan,"Mengenang seorang sahabat"

"Sista, gue butuh lo"

"Gue sudah berhenti. Itu masa lalu. Gue sudah berhenti", jawabku

"Beceng, sista, beceng"

Aku diam tak mejawabnya.

"Lo masih menyimpannya?", suara di seberang sana yang kudengar dari ponsel terdengar bertanya. Dia seorang teman di masa lalu... Lama sebelum sekarang ini.

"Ga, gue sudah tidak menyimpannya lagi", jawabku

"Gila lo! Gue butuh!", gusar suara itu terdengar

"Gue buang ke laut beberapa tahun yang lalu"

"Argh, mudah banget sih sista buang!"

"Gue kubur bareng masa lalu gue, lil bro", jawabku. Ufh, aku terdiam mendengar ucapan lil bro, teman masa laluku.

"Sista, bantu gue"

"Lil bro, bukan gue tidak mau membantu, tapi gue sudah hapus cerita masa lalu, gue jalanin cerita baru lil bro"

"Sista, bantu gue. Cuma lo satu-satunya yang bisa bantu"

"Temuin gue besok di tempat biasa ngopi, lil bro. Jangan ajak siapapun. Cuma lo dan gue. Lo ajak orang lain, gue pulang", ujarku dengan suara tegas

"Oke bos sista! Siap ndan! Besok di waktu biasa di tempat biasa. Gue sendirian, tanpa siapapun. Gue tau gimana lo, bos. Salam buat keponakan tercinta"

Ponsel berhenti suara. Aku masuk kembali ke gedung kantor tempatku bekerja. Hmm, ternyata meninggalkan masa lalu tanpa bekas itu sulit. Lalu kembali sibuk dengan file yang harus diselesaikan hari ini.


*****

"Besok ada manggil orang untuk psikotest, mbak?"

"Besok kosong. Minggu depan ada, untuk Kalimantan", jawabku sambil tetap menyelesaikan file prediksi hasil psikotest kemarin. Pikiranku tiba-tiba kembali teringat pada lil bro teman masa lalu yang tadi menghubungiku. Besok, besok, hmm besok aku akan datang ke tempat kopi dimana dulu aku sering menghabiskan waktu dalam asap rokok dan asap kopi bersama teman-teman.

Ponselku bergetar, hmm lil bro menghubungiku lagi.

"Ya"

"Sista"

"Ya"

"Malam ini sista"

"Besok, gue bilang besok ya besok"

"Sista"

"Besok"

"Oke"

Ponsel kembali kuletakkan di meja kerja. Hmm, hari ini aku merasa amat lelah. Ponsel kembali bergetar.

"Ya, cinta"

"Mama, pulangnya jangan malam-malam ya", suara putri cantikku terdengar

"Ya, cinta. Mama pulang cepat. Nanti kita makan di luar"

"Asiik..! Dah Mama"

"Love you dear"

Ponsel kembali hening. Kusandarkan kepalaku di atas meja, pusing. Ingatanku kembali ke masa lalu sewaktu aku masih berkutat di perjalanan hidup yang berbeda dengan yang sekarang. Sebuah senjata api selalu ada di pinggangku, dan aku selalu menggunakan jaket, hingga tak seorangpun menyangkanya. Aku masuk dalam team inti di kelompok yang termasuk diperhitungkan di dunia yang tidak bisa dikatakan manis. Aku satu-satunya perempuan di sana, dan aku salah satu ketua team bagian strategi. Berkelebat bagaikan sebuah film yang diputar cepat semua tentang masa laluku. Lalu tergambar pula gambaran manis anak-anakku yang manis dan penuh cinta. Semua yang kulakukan adalah untuk mereka, anak-anakku tercinta. Tak terasa airmata mulai menggenang di mata, tapi kutahan dan kupastikan tak akan pernah mengalir.

Ufh, ternyata sudah jam off kantor. Aku tergesa-gesa membereskan meja. Aku harus pulang cepat sesuai janjiku pada putriku yang cantik. Lalu menggunakan jaket, ambil helm, mengunci pintu ruangan kerjaku, dan lari menuruni tangga menuju parkiran motor. Tapi langkah terhenti...

"Sista!"

Ufh! Untuk apa dia datang ke sini? Lelaki dengan jaket kulit coklat dan kacamata hitam mendatangiku sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan.

"Lo?"

"Pa kabar sista? Lama ga muncul"

"Gue berhenti, guy. Masih di tempat lama dinasnya?", kataku padanya

"Masih sista"

"Sista, duduk sebentar di tempat kopi"

"Oke, di sana aja, jangan di lingkungan sini. Gue harus jaga image, guy", ujarku sambil tertawa

"Masih main motor, sista?"

"Ga juga. Ini cuma alat transportasi sekarang", sambil tertawa aku gunakan helm full face hitamku.

Dalam hati kumendesah, meminta maaf pada putriku karena pulang terlambat. Kenapa masa lalu yang ingin dikubur malah muncul di saat-saat aku mulai bisa menetapkan hati menjadi orang baik-baik? Haha, selalu saja ada gangguan saat berniat menjadi lebih baik.

Sampai juga di mall tempat biasa kuhabiskan waktu. Lelaki yang kupanggil guy mengikuti dari belakang. Setelah memarkir motor, kami menuju sebuah resto untuk mengopi dan ambil tempat di smoking area.

"Sista, apa kabar keponakan?"

"Sehat, guy. Cuma putri gue masih sakit. Hari ini gue berjanji pulang cepat"

"Oh, maaf sista. Sista jadi pulang terlambat gara-gara gue ya", dengan wajah menyesal dia mngucap itu

"It's ok. Ada hal penting apa? Kalau minta informasi, gue tidak punya. Lo tau sendiri, sejak dulu gue tidak pernah punya informasi apapun yang bisa gue bagi ke lo n oran-orang lo yang berseragam itu"

"Tenang sista, tenang... Bukan minta informasi. Minum dulu kopinya, sista"

"Hmm, tau ga lo guy, gue sebenernya juga sudah berhenti ngopi dan berhenti dari kepulan asap rokok. Gue total berubah, itu niat gue, guy. Jangan ganggu hidup gue guy, gue mau tenang"

"Good, sista, good. Gue senang lo berubah sista! Tapi kok pesan kopi?"

"Gue tau ada yang tidak beres. Buktinya lo datengin gue. Ke kantor gue pula. Ada apa guy?"

"Cuma ingin kasih informasi, sista. Tentang your lil bro"

"Ya, kenapa lil bro? Gue sudah lama tidak komunikasi dengan dia", jawabku berbohong

"Lil bro masuk garis depan untuk pesta akan datang, itu yang gue dengar sista. Rencana 2 hari lagi"

"Garis depan? Lil bro?", tanyaku. Pesta, hmm, memangs sering diadakan pesta di tempat kami dulu dalam kelompok. Dan tetap saja ada bagian siaga yang jelas ada di depan, pasukan berani mati.

"ya, cuma itu yang gue mau sampaikan. Kasih tau lil bro, mundur. Ini ga bagus, mundur. Lo tau kan sista, gue biarpun berbeda dengan kalian, maaf maksud gue, lo yang dulu, bukan lo yang sekarang, gue care sama kalian, cuma tidak mungkin gue memihak kalian. Lo kenal gue sejak sebelum gue begini, sista. Lo bantu gue dulu. Gue harus bantu lo, sista. Gue tau lo dekat dengan lil bro, makanya gue ke sini, kasih tau lil bro hati-hati"

"Oke, terimakasih. Kopi dah habis, guy, gue pulang ya", berdiri aku lalu menjabat tangannya

"Gue sayang lo dan keponakan-keponakan sista. Kenapa lo tidak mau menjadi pendamping gue, sista? Toh sekarang lo sudah berubah, kita tidak berseberangan lagi"

Aku tersenyum, dan menjawab,"Kita tetap berbeda, guy. Dan tetap berseberangan. Gue tidak suka profesimu, tak suka seragammu"

"Haha, masih saja sama seperti itu sista. Libur gue ke rumah. Masih di sana kan?"

"Libur? Kapan lo libur? Haha, ya masih di tempat yang sama. Gue tunggu lo", ucapku sambil pergi meninggalkan guy.

****

Di rumah semua berlangsung baik-baik saja.Masih sempat mengajak putri tercantik makan di luar. Tapi pikiranku tetap tak bisa hilang dari lil bro. Ucapan si guy membuatku benar-benar kaget dan khawatir akan lil bro. Garis depan! Berarti lil bro akan menghadapi hal-hal di awal. Bahaya sekali! Padahal aku tau kemampuannya. Tapi lalu aku menampik itu semua. Ah mungkin sekarang kemampuannya sudah jauh meningkat dibanding dulu.

Saat semua sudah masuk dalam ruang mimpi, aku masih saja tak bisa tidur. Kuambil ponsel, dan kuhubungi lil bro

"Ya sista!"

"Dimana lil bro?"

"Biasa, bos sista. Latihan shooting"

"Target?"

"Biasa, botol aja sama kaleng"

"Kena?"

"Meleset", katanya sambil tertawa

"Beceng?"

"Tadi minta ke si abang"

"Besok jadi?"

"Jadi sista!"

"Gue ada info lo maju pesta paling depan?"

"Iya, gue kepilih. Hebat kan gue?"

Ufh, hebat? Sedangkan kemampuannya saja masih juga belum meningkat!

"Oke, hati-hati. Kalau masih ada gue, lo gue posisikan di sebelah gue, bukan maju di awal. Tapi ya sudahlah, hati-hati"

"Salam untuk keponakan, bos sista"

"Ya"

Dan ponsel pun kuletakkan lagi di meja. Lalu semalam itu aku tak bisa tidur, dan kuisi dengan menulis dan membaca.



******

Keesokan hari aku saat tiba di kantor, kulihat guy di depan kantor. Aku menahan tangis saat guy bercerita bahwa lil bro sudah tak ada lagi. Semalam lokasi kelompok lil bro yang dulu adalah kelompokku diserbu kelompok lain yang memang menjadi lawan, dan lil bro menjadi korban. Berarti suara lil bro adalah suara terakhir yang kudengar. Belum sempat aku bertemu dengannya. Seharusnya hari ini aku bertemu dengannya, tapi tak ada, tak ada lil bro. Lil bro sudah berpulang... Ah, lil bro...







Comments

  1. Wah, ga nyangka ternyata lu punya masa lalu seperti itu. Turut berduka cita ya untuk sahabat lu itu =(

    ReplyDelete
  2. Apapun yang berikan Tuhan pasti berdampak baik untuk kita Mbk.

    Yang sabar ya, harus senyum, kasihan ponakan-ponakanku nanti.

    Mereka masih butuh perjuanganmu.

    Semangat itu Indah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. siaaaap...!
      sip sip sip, semangat itu harus tetap dijaga, senyum juga harus tetap ada... sabar wajib punya...
      siaaaap...!!
      tengkiyuuu... kedipi ah... ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...