Skip to main content

error tentang,"Ada dusta untukmu"

"Aku berbahagia dengannya, bagaimana denganmu?"

"Ya, aku juga berbahagia"

Dan segala macam cerita keluar dari mulutnya dan gayanya, dan aku terpana dengan segala kebahagiaan yang dialaminya. Sungguh kebahagiaan yang amat indah!

"Dia mencintaimu dengan baik?"

"Ya", jawabku. Lalu berceritalah aku tentang suami dan kehidupan rumah tanggaku yang manis, dan penuh canda tawa, juga romantisme yang ada. Kulihat wajahnya terlihat takjub mendengar ceritaku, mungkin sama takjubnya denganku sewaktu mendengar ceritanya.

Beberapa tahun tak berjumpa dengannya, juga tak berkomunikasi dengannya tak membuatku lupa akan sosoknya yang selalu tenang tapi selalu ceria saat bersama. Aku mengagumi sosoknya, amat mengagumi. Bahkan bisa dibilang aku mencintainya...

"Kok ga mengundangku saat menikah?", tanyanya

"Kamu juga ga mengundangku", ujarku

Dan tiba-tiba ruang dan waktu menjadi hening, sunyi. Tiba-tiba kami sama-sama terdiam tanpa kata. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Yang jelas aku kembali mengembara ke masa lalu tentangku dan dia.

Hingga akhirnya waktu memisahkan kami, sama seperti dulu... Kembali berpisah. Dan dalam hati aku mendesah dan menangis, dia tak pernah tahu bahwa kisah yang kuceritakan padanya tadi adalah sepenggal cerita novel yang kutulis, dan itu adalah impianku tentangku dan dia... Dia tak pernah tahu bahwa aku tak pernah memilih siapapun dalam hidup sebagai pendamping. Ah, dan kembali aku pada kenyataan bahwa aku sendiri dan memang sendiri, tanpa siapa-siapa..., dan masih tetap mencintainya...


********************* 



















Comments

  1. Salam Takzim
    Masih seperti yang dulu, tanpa ada yang mau mengetahui apa yang salah
    keren
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam Senyum,
      masih sama seperti yang dulu, masih dalam rasa yang disimpan sendiri...
      ;)
      Salam senyum penuh cinta,
      error

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...