Skip to main content

error,"Celana batik"

Waktu itu gue beli celana panjang batik di pasar Famili, pasar perumahan tempat gue tinggal. Sewaktu gue mau pulang, dengan masih tenteng-tenteng belanjaan yang lumayan bikin otot jadi heboh, karena kebetulan gue pergi belanja sendirian, hiks! Biasanya sih bareng Esa, atau Ngka, atau bisa jadi bareng Pink. Nah kalau bareng Ngka atau Esa, hehe, lumayan ada penenteng belanjaan, dan emak ini bebas aja tangannya lenggang sana sini. Hahaha, makanya gue seneng belanja bawa anak. Sedangkan kalau bareng Pink, ya gue tenteng sendiri. Ga tega Pink nenteng belanjaan berat. Eh ngelantur ceritanya...! Lalu mata ini tetiba melihat celana panjang batik digantung di sebuah toko. Langsung deh terbayang di mata, Ngka dan Esa mengenakan celana panjang batik. Weh, keren juga, gitu deh kata emak ini dalam hati. Singkat cerita, ya jelas disingkat aja ceritanya, kalau ga disingkat, pasti panjang banget karena ada acara tawar menawar yang ga sukses! Haha, gue memang penego buruk di pasar... Fiuch, lap keringat dulu deh, mengakui kekalahan yang telak pada si cici penjual celana batik. "Ga dimahalin deh." Gitu kata si cici. Lah gue cape juga nawar tapi ga berhasil... Gue mau berlatih keras lagi supaya bisa menawar harga dengan jitu!! Hedeh, lah kok jadi OOT... Oops, maaf ya sodara sodari... Celana panjang batik ada di kantong plastik hitam, gue masukkan di bagasi motor. Wah senengnya si emak bawa oleh-oleh untuk 2 cowok tercinta di rumah. Pasti Ngka dan Esa seneng deh.

Sampai di rumah Ngka dan Esa juga Pink asyik di depan lepi, ngegames bertiga. Hal yang biasa terjadi. Inilah anugerah indah tak tertandingi... Sewaktu mereka melihat tentengan di tangan, terburu-buru mereka membantu emak tercintanya ini. Bangganya gue jadi emak dari 3 nyawa kecil yang beranjak tumbuh kembang remaja.

"Ma, apa ni?," tanya Esa sambil mengacungkan kantong pllastik hitam isi celana panjang batik.

"Oh, celana panjang batik buat Esa dan Ngka", jawab gue.

"Asik, makasih Ma," jawab Esa, dan Ngka hampir berbarengan.

Waktu terus berlalu, tapi gue ga pernah lihat Ngka dan Esa mengenakan celana batik yang gue beli di pasar. Sayang juga kan tuh celana panjang batik, dah dibeli kok cuma dicuekkin aja. Akhirnya celana panjang batik itu gue yang mengenakannya. Sekali, dua kali, eh akhirnya ada juga yang protes, karena merasa itu celana panjang batiknya. Ya gue dengan tenang dan santai menjawab, sayang cuma dicuekkin aja, gitu. Yang protes cuma nyengir...

Satu hari, deng deng deng..., haha, gue lihat celana panjang batik dikenakan juga! Dan sejak saat itu celana panjang batik ga dicuekkin lagi. Ternyata selalu ada solusi santai untuk permasalahan yang berhubungan dengan anak-anak tercinta di rumah.


Salam senyum,
error


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...