Skip to main content

Macaroni Schotel

Gajian tiba, aku dan Ngka pergi ke pasar dekat kantor. Biasa, belanja keperluan dapur memang lebih banyak gue beli di sana karena lebih murah.
Di kios pojok jual segala macam bahan kering lumayan komplit. Dari kerupuk, kacang, bihun, mie, banyak deh.

"Makaroni, Ma." Ujar Ngka.
Gue beli makaroni 1/2 kg.
"Mau bikin apa?"
"Schotel, Ma," jawab Ngka.
Berlanjut pergi ke bagian sayuran. Beli bawang bombai, wortel, bawang putih, susu, kornet, keju.
Yes, siap untuk memasak macaroni schotel.
Sampai di rumah, siap-siap di dapur.

-Isi panci untuk merebus macaroni, beri minyak agar ga menempel. Rebus hingga setengah matang. Setelah itu ditiriskan.
-Potong kotak bawang bombai, wortel
-Kocok telur, lalu makaroni yang sudah direbus, dicampur dalam kocokan telur
-Parut keju untuk taburan di atas
-Cincang bawang putih
Tapi ya seperti biasa, ga pakai ukuran. Kira-kira aja.

Nah, sekarang menyiapkan dandang untuk mengukus di atas kompor. Jangan lupa, tutupnya diberi serbet, supaya air jangan menetes ke makaroni yang sedang dikukus nanti.

Selesai? Lanjuut!
-Siapkan wajan
-Tumis bawang bombai, bawang putih, menggunakan mentega secukupnya, sampai layu
-Masukkan makaroni yang tadi sudah dicampur dalam kocokan telur
-Aduk sampai rata
-Masukkan kornet, aduk rata
-Tuang susu (plain) ke dalam wajan, aduk rata
-Beri garam, merica
-Coba dirasakan, sudah pas selera atau belum
-Aduk sampai susu meresap
-Matikan kompor

Yes, selesai! Dandang sudah panas? Yes, lanjut!

-Siapkan loyang yang akan digunakan. Kalau aku sih pakai loyang alumunium.
"Ngka, tolong diolesin mentega yang rata ya di loyangnya."
-Isi loyang dengan macaroni yang sudah selesai dimasak tadi, lalu beri toping parutan keju
-Kukus kurang lebih 20 menit

Selesai! Eh, udah oleh dimakan. Tapi aku masih lanjut. Setelah dikukus, dipanggang. Ga terlalu lama, sebentar aja.

Yes, yes, yes, sajikan dengan cocolan saos sambal.


Ga menghabiskan waktu lama untuk habisnya macaroni schotel ini.

Masak, yuk
Nitaninit Kasapink









Comments

  1. Kebetulan lagi nyari resep makaroni yang enak, bosan buat campuran sup melulu. Kebetulan semua bahannya ada di dapur. Terima kasih ya mba.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mbak. Maaf ya, aku ga pakai takaran, semuanya pakai ilmu kira-kira, Mbak :D

      Delete
  2. waah sepertinya tidak terlalu sulit untuk dicoba, makasi sharingnya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah, kok. Sila dipraktekkan. Semangaaat!
      Kalau udah jadi, kirimin ke aku, ya? :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...