Skip to main content

error dan,"Lelah"

Lagu Smoke Gets in Your Eyes membangunkanku dari tidur yang tidak bisa dikatakan  lelap. Semalam tidurku gelisah. Aku kaget, dan langsung duduk saat lagu itu tertangkap oleh telinga.

Pusing, kepalaku pusing sejak beberapa hari yang lalu. Rasanya berat, dan berdenyut. Mungkin hanya faktor lelah.

Aku tidak tahu apa yang akan kutulis di blog pagi ini. Curhat aja kali ya... Curhat tentang apa? Hmm, tentang lelahku.

Siapa yang tidak pernah merasakan lelah? Pasti semua orang pernah merasakan lelah. Entah itu lelah secara fisik, atau bisa jadi lelah secara psikis. Lelah fisik? Istirahat. Lelah psikis? Ya isitirahat juga. Nah loh, istirahat psikis gimana caranya? Apa iya bisa psikis disuruh  rebah dan tidur, lalu lelah menghilang? Hehe, psikis berbeda dengan fisik, tapi juga sama. Halah, beda tapi sama, apa juga maksud tulisan ini? Mau tau? Hayuk deh kita obrolin tentang ini.

Psikis itu sama dengan fisik, bisa merasakan lelah. Sama dengan fisik, jangan berbeban berat. Dan juga sama dengan fisik, harus beristirahat.Sekarang bagaimana cara supaya tidak berbeban berat? Dan kalau sudah berbeban berat, apa yang harus dilakukan untuk beristirahat?

Meringankan beban yang ada dalam pikiran, tentunya tidak membebani psikis. Jangan terlalu banyak berpikir. Ada banyakhal yang harus dipikir, tapi juga ada banyak hal yang bisa tidak dipikirkan, ada banyak hal yang tidak seharusnya dipikir. Jangka panjang dan jangka pendek sebuah permasalahan, itu yang harus dipetakan. Pikir yang jangka pendek dulu, yang jangka panjang bisa menyusul nanti sesudah selsai tentang jangka pendek. Susah ya? Bisa kok kalau mau dicoba.
Siapa sih yang tidak punya masalah  hidup? Semua orang pasti punya masalah dalam hidupnya. Tapi bukan berarti masalah  itu dibawa setiap saat kan? Umpamakan masalah itu dengan tas ransel yang berisi penuh dengan berbagai macam keperluan kita. Berat, dan membebani. Punggung, tubuh kita pasti merasa lellah, dan sakit karena memanggul tas ransel tersebut. Ada kalanya kita melepaskan dan meletakkan tas ransel itu. Ya kan? lelah, dan membuat sulit bergerak bebas. Masalah pun sama seperti tas ransel yang berisi penuh, dan kita panggul itu. Ada saatnya kita harus meletakkannya, agar kita bisa bergerak bebas, dan tidak kelelahan. Jangan panggul semua masaah hidup di setiap detik yang ada. Peran kita sewaktu hidup di dunia amatah banyak. Peran sebagai teman, peran sebagai sahabat, peran sebagaoi saudara, peran sebagai anak, peran sebagai orangtua, peran sebagai pasangan hidup, peran sebagai kekasih, peran sebagai peverja, dan mamsih banyak lagi.  Bagaimana bisa menjalani semua peran itu dengan baik jika kita masih dibebani dengan masalah yang mengganggu seperti tas ransel yang berisi penuih yang selalu kita panggul itu? Letakkan, dan mulailah dengan ringan karena sudah meletakkan semua masalah yang ada untuk sebuah peran yang akan dijalani. Jangan dicampur adukkan antara masalah dalam peran yang satu ke peran yang lain. Jika sudah bisa meletakkan masalah tersebut, berarti kita beristirahat secara psikis. Ada waktunya untuk berpikir tentang masalah tersebut. Ada kalanya lah itu benar-benar melelahkan. Seperti yang kurasakan beberapa waktu ini. Dan kulepaskan beberapa hal yang membebani hati dan otak. Hal yang jika dipikir itu adalah sebuah kesempatan besar yang bagus untuk jalan karir, tapi itu kulepaskan, karena ada hal lain yang lebih membutuhkan konsentrasi pikiran.

Pagi ini aku duduk memandang luar rumah ditemani Ngka. Bersyukur bisa melepas rasa lelahku dengan berbincang ringan.

Salam pagi, senyum jangan pernah hilang...
error


 

Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI