Skip to main content

error,"GUSTI, :yang"

GUSTI,
aku memanggilnya
:yang

sepagi dingin tadi aku resah
menunggu kabar darinya, GUSTI
pernah aku berada dalam situasi yang sama,
dahulu...
lalu harus melepas dengan ikhlas
dan semua cerita yang menjadi sebuah novel hidup,
 berhenti,
walau masih berlangsung

ah GUSTI, itu mengiris hati...
dan tadi aku merasakan hal yang sama...

:jangan, jangan terulang

sepagi tadi sewaktu hujan berderai turun
dan dingin,
dan aku berkeringat
berteriak lemah dalam hati
mengusir cemasku sendiri
jangan pergi dariku...

dan lagi aku menyebutnya
:yang

matahari mulai nampak
dingin mulai diusik
tubuhku menggigil
padahal panas mulai menyerang bumi

dan aku lirih menyebutnya lagi
: yang

dan cemas masih menggema juga

aku tak berdaya, GUSTI
saat bersuara dalam hati
:ini kisah yang samakah dengan yang lalu...
lalu khusuk kumemohon padaMU
berharap sebuah suara menjawab
:aku ada untukmu

pasti kAMU juga tahu duhai GUSTI
hati berkecamuk setiap detiknya
tapi tetap berteriak
:yang

adakah dia mendengar?

tapi duh,
sungguh GUSTI,
ternyata cemas ini salah
:maaf

sekuntum bunga mawar datang
dengan pita sederhana
tapi jutaan
bahkan miliaran mawar
bermekaran
membalut hati
dengan indah
dan aku menyebutnya lagi
:yang, terimakasih

sehari ini bukan bayang yang menjenguk
juga bukan cuma getar suara yang mengetuk
tapi
:yang
dengan keseharian yang tanpa mengada-ada
lengkap dengan senyum
yang melebihi mekarnya mawar
yang tadi dibawanya
ada di sini...

ah GUSTI,
kesedehanaan ini yang kumau

:yang

apakah ada tertulis di bukuMU?
tentang namaku dan namanya
di sebuah kisah panjang
dalam berkatMU
dalam cinta
dan dalam doa...

GUSTI,
sekali lagi kupanggil dia
:yang

ah GUSTI,
seperti biasa aku masih boleh memohon, kan?
panggilkan dia
untukku
dan
panggilkan aku
untuknya
amin

#error, 14februari2014

Comments

  1. Duh, yang sedang jatuh cinta. Semoga menular ke aku he he he

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin...
      hwehehe, iya nih, lagi bersyuKur Kebanjiran Kasih sayang... :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...