Skip to main content

error,"Be Yourself = Egois? Oh No..!"

Sering banget mendengar kata-kata "Be Yourself'. Ini bagus banget, jadi diri sendiri, bukan kata-kata basi, atau kata-kata negatif. Itu positif banget. Memang paling indah ya jadi diri sendiri. Pasti ga enak berpura-pura jadi orang lain! Pasti lama-lama jadi lelah banget gegara ga jadi diri sendiri, gegara jadi si ini atau si itu. Yup, yup, paling indah memang jadi diri sendiri! Permasalahannya adalah, diri sendiri yang bagaimana? Jangan jadi salah mengimplementasikan alih-alih jadi diri sendiri, malah jadi egois. Lah kok gitu? Jadi diri sendiri kok dibilang egois? Suka ga mendengar orang berkata,"Gue tuh ya kayak gini. Ga suka gue kayak gini, ya udah! Gue ya gue, gue jadi diri gue sendiri, gue kan bukan dia atau lo". Iya sih, memang jadi diri sendiri, ga jadi orang lain. Iya sih, gue ya gue, bukan lo atau dia, atau siapa pun. Iya memang benar sih, tapi 'gue' yang gimana?

Bersikap, berucap, bertindak, yang 'ini kan gue', tanpa memperhatikan bagaimana imbasnya pada orang lain, tentu saja menjengkelkan, dan tentu saja membuat orang lain jadi 'gerah'. Pernah ada teman yang pada akhirnya dijauhi, bukan dimusuhi sih, tapi dijauhi, karena seenaknya sendiri dalam menyikapi hal-hal yang berhubungan dengan orang lain. Jadi diri sendiri adalah hal yang indah, tapi sekali lagi, bukan menjadi pribadi yang egois. Contohnya, sewaktu di tempat kerja, dia ga mau bekerjasama dengan yang lain, ga mau membantu sama sekali, padahal saat dia kesulitan, teman yang lain membantunya tanpa diminta menolong. Berbicara seenaknya sendiri, ga perduli orang lain sakit hati atau ga, dengan ucapannya, kalimatnya ga diayak, kalo kata anak gue. teman yang dijauhi oleh teman-teman yang lain, konsultasi ke gue, bersungut-sungut, dan diimbuhi kalimat,"Ya udah, terserah mau seneng atau ga sama gue, ya inilah gue! Ga suka, ya udah. Gue ga butuh mereka suka atau ga. Gue ya gue, ya inilah gue! Menjauhi gue? Ya sana aja, jauhi gue. Gue ga rugi!". Ufh, ini sebuah contoh yang salah dalam menyikapi 'jadi diri sendiri'. Lah yang benar tuh gimana dooong?

Rasanya kita semua udah pada tahu secara jelas bahwa setiap manusia itu memang berbeda, unik. Ga da manusia yang sama. Yang kembar identik pun berbeda kok, ga sama. Eiits, ga harus sama, kok. Ga harus jadi sama dengan yang lain. Wah kalau semua manusia sama, pasti membingungkan! Si ini dan si itu, si ono, si ini, dan siapa pun, sama semua! Ga enak kan? Nah, karena kita tahu bahwa manusia diciptakan ga sama, ada baiknya kita juga mau dan bisa mengerti tentang orang lain. Justru karena kita berbeda, kita harus bisa mengerti tentang perbedaan. Hlaaah, hubungannya apa dengan jadi diri sendiriii? Ya erat hubungannya, agar kita bisa menjadi diri sendiri yang ga egois, menjadi diri sendiri yang juga mau mengerti tentang orang lain, menjadi diri sendiri yang berempati tentang orang lain. Ga perlu menjadi orang lain kok, ga perlu menjadi si ini, si itu, si dia, atau siapa pun! Cukup menjadi diri sendiri yang selalu berusaha memperbaiki diri. Bukan jadi diri sendiri yang selalu bertahan dengan,"Inilah gue! Gue ya begini ini!". Itu bukan menjadi diri sendiri yang positif, bukan itu yang diharap oleh si kata-kata "Be Yourself". Setiap hari belajar dan berusaha memperbaiki diri, menjadi pribadi yang lebih baik setiap detiknya. Itu dia ,"Be Yourself". 


Tetap menjadi diri sendiri, tanpa jadi pribadi egois. Be Youself. Yuuuk!


Salam senyum,
error




Comments

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...