Skip to main content

Malam Melo

Malam ini gue ga bisa tidur. Mata terus aja on, ga bisa dan ga ingin menutup. Besok Pink, ulang tahun ke-15. Putri kecil sudah remaja! Dan ini ulang tahun yang ke-9 tanpa Henk, papa mereka. Yup, Henk meninggal 3 bulan sebelum ulang tahun Pink yang ke-7 tahun. Bukan menginginkan Henk kembali ada di sini merayakan bersama.

Setiap salah satu dari Ngka, Esa, Pink, berulang tahun, setiap kali itu juga gue penuh dengan airmata. Lebay banget, ya? Ya, gue selalu melo saat menjelang ulang tahun mereka. Ada rasa bersalah karena hingga saat ini belum juga bisa memberikan hal-hal indah untuk anak-anak, untuk Ngka, Esa, dan Pink. Hanya bisa memberi senyum, dan mencintai dengan segenap kasih yang ada.

Malam ini jadi malam full melo untuk gue. Sejak tadi lagu-lagu Iwan Fals ada di telinga. Berusaha menepis segala melo, gundah, galau, yang masuk dan merajai hati. Tapi tetap aja gue berairmata. Tangan gue sibuk mengusap mata karena ga ingin menyaingi hujan yang deras.

Doa mengalir untuk Pink. Sehat, dan bahagia selalu, Nduknya mama. Maaf, tanpa kado. Tapi cinta ini selalu ada untukmu.


Salam Penuh Kasih,
Mama

Comments

  1. Berserahlah kepadaNYA semua beban beratmu akan diangkat!

    ReplyDelete
  2. Titip Selamat ulang tahun untuk Pink yaa.Semoga semakin sehat, kuat dan bergembira mengisi hari-hari ke depan bersama Mama tercinta...

    ReplyDelete
  3. semoga pink selalu sehat....doa adalah kado terindah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin... Terimakasih doanya, Mbak. Ya, setuju banget, doa adalah kado terindah

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...