Skip to main content

(9) Err Dan Bless, Sepasir Surat

Hai, masih ingat aku? Aku, Err, hantu pantai yang cantik, kata Bless. Syantik! Hanya Bless, si hantu lelaki tinggi besar yang mengatakan bahwa aku cantik, syantik! Tahukan kamu, ini membuatku menari-nari, melambung jauh melebihi awan! Hai, jangan beritahu Bless! Aku harus jaga image di depan dia! Sebagai hantu perempuan yang syantik, tentunya aku juga harus tampak elegant. Hahaha!

Seperti biasa, aku di sini bermain pasir, menyungkilnya dengan ujung kaki. Amat menyenangkan menghamburkan pasir hingga butirannya melayang tinggi melewati kepalaku! Lalu berlari bersama ombak yang datang. Mengecipakkan air dengan tangan. Ini kebiasaanku sejak kecil, saat masih berada di duniamu, dunia yang hidup.

Saat ini aku sendiri tanpa Bless, lelaki sebiji mata yang biasa berpasangan denganku dalam berbagi pandang. Bless pergi dan entah akan kembali atau tidak. Mungkin dia tak akan pernah lagi ada di sini. Bukan menghilang, tapi ada hal yang lebih indah dibanding bersamaku. Siapa pun boleh memilih hal apa yang terbaik baginya,  bukan? Dan aku juga tahu bahwa tak akan pernah bisa menjadi hal yang indah apalagi terindah baginya.

Aku akan tetap di sini, tak akan meninggalkanmu.

"Bless, kamu menghilang lagi dan lagi."

Diam menunduk mencoba menghitung pasir. Lalu berjongkok, mengusik pasir yang rapi diusap ombak.

Pelan-pelan menorehkan huruf demi huruf di pasir. Sepasir surat untuk Bless.

Dear Bless,
masih ingat aku? Aku, Err. Aku mungkin bukan lagi sebiji mata yang bisa memandang bersamamu. Tapi aku tetaplah Err yang merasakan kehadiranmu dalam rongga kosong mataku.
Bless,
ketika aku mencintai, aku membatasinya dengan cinta. Ketika aku mengasihi, kubatasi dengan kasih.
Bless,
Pagi ini ada sejumlah rindu yang harus dijaga tetap berada dalam batasan rindu, dan hanya akan menjadi rindu. Seperti cinta yang dibatasi cinta, dan kasih yang berbatas kasih.
Pagi ini ada logika yang tersenyum saat menyikapi seluruh rasa. Logika ini tersakiti oleh rasa yang mendesakku untuk berteriak tentang cinta, kasih, dan rindu! Dan seluruh rasa yang kumiliki pun tersakiti oleh logika yang berteriak agar kumenjauh darimu!

Bless, 
aku tahu kamu punya masa lalu yang disimpan erat oleh hatimu. Begitu erat dan menghangatkanmu setiap detik. Kutahu amat berharga kumpulan kenangan masa lalumu hingga tak sedikit pun dibagi pada siapa pun. 
Bless,
aku berbagi biji mata denganmu, bukan berarti kamu harus berada bersamaku. Berbagi pandang bukan berarti aku akan menghalangi arahmu. Aku hanya ingin kosongnya rongga matamu diisi dengan kasih. Mungkin tak banyak berarti bagimu, malah mungkin sama sekali tak ada harganya bagi kisahmu yang pasti penuh bintang cemerlang dan pelangi yang berpendar penuh warna. Aku hanya punya sebiji mata yang punya kasih sederhana.
Bless,
aku mengerti kisahmu sungguh luar biasa! Dan kumengagumimu yang lebih dari luar biasa!
Bless,

ini sebuah kebodohanku, menulis sepasir surat seluas pantai. Tapi aku hanya berusaha jujur tentangku. Walau kutahu kamu tak akan pernah membacanya, karena sedetik kemudian ombak menghapus seluruh huruf yang ditoreh dalam pasir.
Bless, 
jika satu saat nanti ada hal yang kamu rasa ingin berbagi denganku, kamu tahu di mana harus mencariku.  Aku, Err, mengasihimu dan mencintaimu dengan logika. 

Salam Penuh Kasih,
Err


Air mata menderas basahi pantai. 

Huruf-huruf dihapus oleh air mataku sendiri. Sedihku adalah milikku sendiri. Tapi alam tahu yang kurasakan. Ombak menggulung begitu dahsyat.

Aku, Err. Kehilangan kekasih berbagi pandang yang selama ini menjadi kebahagiaan.

Aku, Err. Hantu perempuan sebiji mata yang memandang melalui mata kananku, dan sedang berusaha memusnahkan seluruh kisah dengan rongga kosong di mata kiri.

Dulu saat kehidupan masih ada dalam kisahku, pernah ditikam hingga mati oleh kasih yang dalam. Dan saat ini aku mati untuk ke-dua kali oleh kasih yang kumiliki. Tapi setidaknya aku tak pernah menikam siapa pun, tak akan pernah membunuh karena kasih tertanam kuat.

Kamu, apakah kamu pernah menikam orang yang dikasihi dengan kasih hingga mati? Jaga kasihmu, jangan pernah membunuhnya karena kasih yang dimilikinya. 

Aku, Err. Hanya Err, hantu perempuan sebiji mata dan serongga mata kosong. 



Nitaninit Kasapink











Comments

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...