Semua orang pasti punya masa lalu, ga mungkin ga punya masa lalu. Hari ini akan menjadi masa lalu kita. Ya ga sih? Jadi mana mungkin ga punya masa lalu. Masa lalu punya cerita yang bisa jadi disimpan erat karena keindahannya, atau bisa jadi disimpan karena termasuk pahit, sakit, atau disimpan karena merasa ga pantas diketahui orang lain.
Gue juga punya masa lalu. Masa lalu gue lengkap dengan segala cerita. Lengkap dengan tawa dan airmata juga rasa sakit. Gue cuma berusaha menyikapi dengan senyum, untuk semua kejadian yang ada. Nangis? Sedih? Hedeeeh, penuh dengan airmata sedih kalau cuma mau menghitung kesedihan yang dirasa. Tapi ah, ga, gue ga mau menghitung rasa sakit yang ada di hati, ga mau menyakiti diri sendiri. Ga fair kalo cuma menghitung sedih! Hidup kan ga mungkin cuma berisi sedih, pasti ada celah bahagianya. Eh, malah semua kejadian hidup tuh isinya cuma bahagia!
What? Bahagia? Bukannya barusan aja nulis tentang punya banyak kesedihan? Yup, sedih, kalu dihitung sedihnya aja, pastinya jadi banyak sedih. Tapi kan gue ga mau menghitung kesedihan. Gue mau memandang sisi bahagia dari semua kejadian yang mungkin aja sedih. Gue percaya, dalam semua kejadian, pasti ada sisi baiknya, pasti itu kebahagiaan dari GUSTI untuk kita. Ga akanlah GUSTI memberi hal buruk. GUSTI hanya memberi yang terbaik, hanya yang terbaik. Cuma kadang kita merasa hal terbaik yang GUSTI beri itu salah, karena ga sesuai dengan apa yang diinginkan.
Plis deh ah, siapa yang ga sedih suami sakit, divonis kanker, ga bisa ditolong, meninggal, lalu menjadi single mom dengan 3 orang anak, sedangkan saat itu gue seorang ibu rumah tangga murni. Ya sedih kalau mikir sedih. Siapa pula yang ga sedih mama tercinta tetiba sakit, stroke, padahal baru saja pulang bepergian ke luar kota, lalu lumpuh, dan sampai saat ini berarti sudah hampir 3 tahun mama lumpuh. Siapa yang ga sedih bapak sakit, lalu divonis kanker, operasi hingga 4 kali, kemoterapi, terapi sinar, dan segala terapi dijalani, dan akhirnya meninggal di rumah sakit, sewaktu cuci darah. Siapa yang sedih mengetahui anak tercinta sakit, lalu diketahui autoimun, dan mengalami banyak jenis serangan imun di organ-organ tubuhnya, dan saat ini sudah berlangsung bertahun. Siapa yang ga sedih? Gue ya sedih, tapi gue berusaha melihat dari sisi bahagia GUSTI.
Ingin punya masa lalu yang bahagia? Hadapi, jalani, nikmati apa yang GUSTI beri. Sikapi dengan senyum, pandang dari sisi bahagia menurut GUSTI. Dengan tetap berusaha selalu tersenyum, dan mengucap,"Terimakasih GUSTI", serta berusaha selalu lapang hati, rasanya masa lalu kita memang hanya diisi dengan kebahagiaan...
Salam senyum,
error
Gue juga punya masa lalu. Masa lalu gue lengkap dengan segala cerita. Lengkap dengan tawa dan airmata juga rasa sakit. Gue cuma berusaha menyikapi dengan senyum, untuk semua kejadian yang ada. Nangis? Sedih? Hedeeeh, penuh dengan airmata sedih kalau cuma mau menghitung kesedihan yang dirasa. Tapi ah, ga, gue ga mau menghitung rasa sakit yang ada di hati, ga mau menyakiti diri sendiri. Ga fair kalo cuma menghitung sedih! Hidup kan ga mungkin cuma berisi sedih, pasti ada celah bahagianya. Eh, malah semua kejadian hidup tuh isinya cuma bahagia!
What? Bahagia? Bukannya barusan aja nulis tentang punya banyak kesedihan? Yup, sedih, kalu dihitung sedihnya aja, pastinya jadi banyak sedih. Tapi kan gue ga mau menghitung kesedihan. Gue mau memandang sisi bahagia dari semua kejadian yang mungkin aja sedih. Gue percaya, dalam semua kejadian, pasti ada sisi baiknya, pasti itu kebahagiaan dari GUSTI untuk kita. Ga akanlah GUSTI memberi hal buruk. GUSTI hanya memberi yang terbaik, hanya yang terbaik. Cuma kadang kita merasa hal terbaik yang GUSTI beri itu salah, karena ga sesuai dengan apa yang diinginkan.
Plis deh ah, siapa yang ga sedih suami sakit, divonis kanker, ga bisa ditolong, meninggal, lalu menjadi single mom dengan 3 orang anak, sedangkan saat itu gue seorang ibu rumah tangga murni. Ya sedih kalau mikir sedih. Siapa pula yang ga sedih mama tercinta tetiba sakit, stroke, padahal baru saja pulang bepergian ke luar kota, lalu lumpuh, dan sampai saat ini berarti sudah hampir 3 tahun mama lumpuh. Siapa yang ga sedih bapak sakit, lalu divonis kanker, operasi hingga 4 kali, kemoterapi, terapi sinar, dan segala terapi dijalani, dan akhirnya meninggal di rumah sakit, sewaktu cuci darah. Siapa yang sedih mengetahui anak tercinta sakit, lalu diketahui autoimun, dan mengalami banyak jenis serangan imun di organ-organ tubuhnya, dan saat ini sudah berlangsung bertahun. Siapa yang ga sedih? Gue ya sedih, tapi gue berusaha melihat dari sisi bahagia GUSTI.
Ingin punya masa lalu yang bahagia? Hadapi, jalani, nikmati apa yang GUSTI beri. Sikapi dengan senyum, pandang dari sisi bahagia menurut GUSTI. Dengan tetap berusaha selalu tersenyum, dan mengucap,"Terimakasih GUSTI", serta berusaha selalu lapang hati, rasanya masa lalu kita memang hanya diisi dengan kebahagiaan...
Salam senyum,
error
Hebat banget mak satu ini. Ceritanya sangat menginspirasi. Ya, buat apa hal sedih dipikrin ya? Pasti ada kebaikan Tuhan di baliknya.
ReplyDeleteMavasih mbak :)
DeleteSelalu yang terbaik dari GUSTI, mbak. Bahagia selalu ya, amin :)
Sebagian besar org mngartikan masa lalu terjadi kalau udah bertahun2 bgtt ya, Mbak. Hehehe
ReplyDeleteTambah semangat di tahun ini ya,Mbak.
Hehehe, iya, mbak Idah Ceris. Padahal tiap detik yang berlalu adalah masa lalu ya? hehe...
DeleteSemangat dan bahagia selalu untuk mbak dan keluarga, amin... :)
Intinya berpikir positif ya Mak? Semangat Mak. Semangat buat kita semua!
ReplyDeleteYup, Mbak. Wajib berpositif selalu.
Delete