"Pink, Mama mau ke Monas, tanggal 10 Januari tahun depan. Acaranya Pedas-Penulis dan Sastra. Pembacaan puisi", ujarku pada Pink satu hari di Desember 2014.
"Mau, Ma. Ikut aja, ikut! Pink kuat!", Pink merespon kata-kata gue dengan antusias, dan Esa pun mengiyakan dengan antusias.
Gue senang banget Pink dan Esa terlihat antusias untuk ikut pergi. Tapi ga gue pungkiri, ada rasa was-was mengajak Pink ke Monas. Plis deh, Monas tuh jauuuuh dari rumah gue! Dan tahu dong, Monas itu lapangan, yang berarti jalan kaki...! Tapi gue ga mau melihat Pink kecewa. Gue ga mau membunuh semangat yang dimilikinya. Setiap melihat binar-binar di matanya berkilau-kilau, gue merasa harus terus membinarkannya. Dan gue pun mengangguk tanda mengiyakan Pink. Dan untuk persiapan berangkat ke Monas, gue ajak Pink ke kantor di tanggal 2 Januari 2015, naik motor. Jika Pink kuat ke kantor gue naik motor, berarti kondisinya bisa gue bilang bagus. Dan ternyata Pink kuat, sehat, pulang pergi ke kantor gue naik motor!
Belum selesai sampai di situ. Mendekati tanggal 10 Januari 2015, Pink sariawan! Ini ga lebay, cuma gegara sariawan aja kok gue ga ragu mengajak Pink. Sariawan untuk Pink, itu sangat menyiksa. Dari sariawan, bisa ada organ lain yang diserang oleh imunnya. Gue resah. Semakin mendekati hari H, gue semakin resah, khawatir, cemas. Gue mulai stress. Gue ga mau terjadi hal-hal yang ga bagus ke Pink, gegara pergi ke Monas! Gue merasa harus melindungi Pink dari segala hal yang bisa berakibat buruk terhadap kondisi kesehatannya. Larangan dokter sudah gue langgar, pantangan-pantangan yang berjibun banyaknya gue tabrak untuk Pink. Memelihara kucing pun sudah dijalani. Semua karena gue memasrahkan Pink pada GUSTI, menyerahkan segalanya pada GUSTI. Tapi ternyata gue masih belum sanggup mengajak untuk bepergian jauh, dan naik fasilitas umum yang berarti ada banyak ketidaknyamanan, duh, gue ga berani! Sesudah Pink diketahui autoimun, gue ajak pergi Pink naik taxi, karena kalau tiba-tiba dia lemas, aman ada di dalam taxi. Tapi naik taxi dari rumah gue sampai Monas? Oh noooo!! Ga sanggup bayar argonyalah gue. Dan gue makin tenggelam dalam resah... Apalagi ternyata jadwal acara dimajukan, jadi pukul 10.00, Esa ga bisa ikut karena belum pulang sekolah.
Gue resah, gelisah, dan benar-benar menyiksa gue. Hingga akhirnya gue menyadari 1 hal, dan ternyata itu adalah hal yang terpenting! Gue ga berpasrah, ga berserah pada GUSTI SANG EMPUNYA HIDUP. Gue terpekur, menangis. Gue lupa bahwa GUSTI selama ini menjaga, melindungi, melebihi siapa pun, dan melebihi apa pun! Gue salah... Saat itu juga gue berdoa, mengadu, pada GUSTI. Hanya padaNYA, seluruh resah, gelisah, gue adukan, tapi ini juga dibarengi dengan pasrah, total berserah padaNYA. Menyerahkan hidup dan mati anak-anak gue padaNYA, juga termasuk Pink. Gue memohon ampunan karena sudah resah gelisah, was-was, atas sehat dan sakitnya Pink. Setelah itu, gue merasa tenang. Gue mantap pergi ke monas bersama Pink. Gue percaya Pink selalu didampingi GUSTI. Sehat dan sakitnya, adalah rencana GUSTI. Tak ada rencana yang lebih indah dari rencanaNYA...
Tiba tanggal 9 Januari 2015, gue meminta Pink untuk tidur lebih cepat, jangan terlalu malam, dan tidak terlalu lelah beraktifitas, karena besok, Sabtu, 10 Januari 2015, Pink, dan gue, akan keliling dunia! Monas, tunggu kami...!!
Salam,
error
waaahh
ReplyDeleteWaaah juga, Uwan...! Ayo, udah nulis belum tentang Monas kemarin?
DeleteMakasih ya, sudah menjejakkan komentar di sini :D