"Siapa minum kopiku?"
"Ga tau!"
"Plis deh ya, tadi masih setengah gelas."
"Lupa kali, tadi udah dihabiskan, kali." Jawab Ge santai. Rambutnya yang panjang terurai menari dihembus angin dari jendela.
"Ga, gue ga lupa. Tadi kan pas listrik mati, gue kan turun ke lantai 1. Lo minum kopi gue?"
"Ya elaaaah, Err! Kopi banyak, bisa minta tolong sama Mbak Sa untuk bikinin. Minum kopi lo, bisa ketularan manyun dong gue!" Ge berteriak lalu terbahak-bahak, hingga bakwan dalam mulutnya muncrat.
"Jorok, lo! Bersihkan tuh bakwan di meja! Trus siapa dong yang minum kopi gue, Ge?"
"Gue ga tau. Dari tadi ga ada orang selain gue deh Err."
"Ufh, pasti dia lagi," keluhku pelan.
"Heh, siapa? Lo jangan nakut-nakutin gue, dong! Dia siapa? Temen setan lo?"
Ge berlari ke mejaku, dan matanya melotot karena takut.
"Err, jangan gitu, dong. Gue takuuuut!"
"Laaah, gue ga bilang setan yang minum, Geeee!"
"Tapi kan dari tadi cuma ada gue, Err! Gue ga utak-atik gelas lo. Emang sih gue suka asal aja minum, tapi sumpaaah, kali ini gue ga minum!"
"Ya udah, gue lupa kali, ya? Dah ah, gue mau ke depan aja. Gerah banget di sini, AC masih mati."
"Eeeeerrr, jangan tinggal gue!"
"Ya hayuk!"
"Kaki gue lemas, Err. Kagak bisa jalan. Gimana nih? Gue kebelet pipiiiis!" Ge dengan gaya centil, alay, tapi lemah tak berdaya, duduk seperti tak bertulang.
Aku mendekatinya, membantu berdiri, lalu memapah keluar ruangan.
"Err, lo ga takut setiap kali lo ngerti dan lihat setan-setan usil, jelek, menakutkan?"
"Ge, lo jangan ngomong sembarangan. Ntar setannya ngambek ke lo, rasain aja!"
"Eh ga, ga! Just a joke, ya setaaaan, just a joke!"
"Ge, lo berat banget! Turun tangga gini sambil memapah lo, bisa jatuh nih!" Sambil tetap memapahnya, aku memprotes.
"Hihihi, sorry, gue udah kuat, kok. Cuma enak aja dipapah gini."
Langsung melepas Ge yang ngelendot manja,"Enak aje lo. Lo kate gue pacar lo? Ngelendot manja bener!"
Ge terbahak-bahak.
Di depan kantor masih ramai karyawan bersantai gegara listrik mati. Aku dan Ge mengambil tempat di pojok dekat gudang.
"Err, gue mau nanya nih."
"Nanya aja, belum tentu gue jawab."
"Err, sejak kapan lo lihat setan?"
"Sejak kecil."
"Setan tuh kayak apa?"
"Kayak lo."
"Sumpe lo, setannya cantik kayak gue?"
Tawa kami merusak acara karyawan lain yang sedang asyik bersantai. Beberapa dari mereka melihat kami dengan mata terlihat ga suka.
"Err, setan tuh gimana?"
"Ya ga gimana-gimana, Ge. Biasa aja. Cuma ada yang serem."
Ge sibuk bertanya tentang setan, setan, dan setan! Dia ga tau, di belakangnya ada sesosok perempuan berbaju putih bebercak kemerahan, yang mungkin bercak darah, memandang ke arahnya. Aku bergidik. Siapa bilang aku ga takut setan? Tetap aja setan menakutkan!
"Ge, udah on lagi tuh listrik. Gue ke ruangan, ah."
"Ya udah Err, gue juga ke ruangan. Tapi ogah ke ruangan lo. Serem bangeeet!"
Ge bergegas menuju ruangan. Aku terkesiap melihat sosok perempuan yang tadi memandanginya mengikuti dari belakang.
"Ge!"
Ge tetap melangkah cepat.
"Ga tau!"
"Plis deh ya, tadi masih setengah gelas."
"Lupa kali, tadi udah dihabiskan, kali." Jawab Ge santai. Rambutnya yang panjang terurai menari dihembus angin dari jendela.
"Ga, gue ga lupa. Tadi kan pas listrik mati, gue kan turun ke lantai 1. Lo minum kopi gue?"
"Ya elaaaah, Err! Kopi banyak, bisa minta tolong sama Mbak Sa untuk bikinin. Minum kopi lo, bisa ketularan manyun dong gue!" Ge berteriak lalu terbahak-bahak, hingga bakwan dalam mulutnya muncrat.
"Jorok, lo! Bersihkan tuh bakwan di meja! Trus siapa dong yang minum kopi gue, Ge?"
"Gue ga tau. Dari tadi ga ada orang selain gue deh Err."
"Ufh, pasti dia lagi," keluhku pelan.
"Heh, siapa? Lo jangan nakut-nakutin gue, dong! Dia siapa? Temen setan lo?"
Ge berlari ke mejaku, dan matanya melotot karena takut.
"Err, jangan gitu, dong. Gue takuuuut!"
"Laaah, gue ga bilang setan yang minum, Geeee!"
"Tapi kan dari tadi cuma ada gue, Err! Gue ga utak-atik gelas lo. Emang sih gue suka asal aja minum, tapi sumpaaah, kali ini gue ga minum!"
"Ya udah, gue lupa kali, ya? Dah ah, gue mau ke depan aja. Gerah banget di sini, AC masih mati."
"Eeeeerrr, jangan tinggal gue!"
"Ya hayuk!"
"Kaki gue lemas, Err. Kagak bisa jalan. Gimana nih? Gue kebelet pipiiiis!" Ge dengan gaya centil, alay, tapi lemah tak berdaya, duduk seperti tak bertulang.
Aku mendekatinya, membantu berdiri, lalu memapah keluar ruangan.
"Err, lo ga takut setiap kali lo ngerti dan lihat setan-setan usil, jelek, menakutkan?"
"Ge, lo jangan ngomong sembarangan. Ntar setannya ngambek ke lo, rasain aja!"
"Eh ga, ga! Just a joke, ya setaaaan, just a joke!"
"Ge, lo berat banget! Turun tangga gini sambil memapah lo, bisa jatuh nih!" Sambil tetap memapahnya, aku memprotes.
"Hihihi, sorry, gue udah kuat, kok. Cuma enak aja dipapah gini."
Langsung melepas Ge yang ngelendot manja,"Enak aje lo. Lo kate gue pacar lo? Ngelendot manja bener!"
Ge terbahak-bahak.
Di depan kantor masih ramai karyawan bersantai gegara listrik mati. Aku dan Ge mengambil tempat di pojok dekat gudang.
"Err, gue mau nanya nih."
"Nanya aja, belum tentu gue jawab."
"Err, sejak kapan lo lihat setan?"
"Sejak kecil."
"Setan tuh kayak apa?"
"Kayak lo."
"Sumpe lo, setannya cantik kayak gue?"
Tawa kami merusak acara karyawan lain yang sedang asyik bersantai. Beberapa dari mereka melihat kami dengan mata terlihat ga suka.
"Err, setan tuh gimana?"
"Ya ga gimana-gimana, Ge. Biasa aja. Cuma ada yang serem."
Ge sibuk bertanya tentang setan, setan, dan setan! Dia ga tau, di belakangnya ada sesosok perempuan berbaju putih bebercak kemerahan, yang mungkin bercak darah, memandang ke arahnya. Aku bergidik. Siapa bilang aku ga takut setan? Tetap aja setan menakutkan!
"Ge, udah on lagi tuh listrik. Gue ke ruangan, ah."
"Ya udah Err, gue juga ke ruangan. Tapi ogah ke ruangan lo. Serem bangeeet!"
Ge bergegas menuju ruangan. Aku terkesiap melihat sosok perempuan yang tadi memandanginya mengikuti dari belakang.
"Ge!"
Ge tetap melangkah cepat.
***
Setiba di ruangan, terasa panas karena ac baru saja on. Gelas kopi masih ada di atas meja. Tiba-tiba sreeet, kertas di meja bergerak!
"Hush, jangan ganggu." Ucapku.
Kertas berhenti, malah ada angin pelan menghembus ke kepala.
"Ga takut."
Telepon berdering.
"Err, ruangan gue kok jadi serem? Tadi pintu rak buku bergeser sendiri!" Ge menelepon.
"Berdoa, Ge."
"Lo tahu ga siapa yang ganggu?"
"Tadi sih ada yang ngikutin lo. Cewek baju putih kemerahan gitu."
Bruk! Telepon dibanting.
"Eeeerr!"
Ge berlari terengah-engah masuk ruangan.
"Apa?"
"Gue takut. Lo sih cerita setan."
"Lo nanya, ya gue jawab."
"Err, gue di sini, ya?"
"Iya, katanya serem di sini?"
"Ga napa dah, kan ada lo."
Sreeet, pintu lemari di pojok ruangan bergeser sendiri. Kertas di meja pun bergeser.
"Eeeerr!" Ge berteriak, mukanya pucat pasi.
Doa pada Gusti kuucap, lalu berkata,"Jangan ganggu."
Ge terisak,"Err, gue pipis di celana. Dikit sih, tapi kan judulnya gue ngompol."
Rasanya ingin tertawa ngakak, tapi ga tega melihatnya lemah di kursi.
"Ya udah, ga apa-apa. Ntar gue minta office boy cuci tuh kursi."
"Jangan bilang gue ngompol, ya?" Ge dengan suara tertahan, dan senyum jelek memohon.
Akhirnya kursi kugotong ke toilet, dan meninggalkannya di sana. Sedangkan Ge mengikuti dari belakang, lalu masuk toilet membersihkan diri.
"Err, jangan tinggalin gue!"
"Iyeh."
Tak lama kemudian Ge keluar sambil meringis.
"Err, gegara tadi gue ngomong sembarang tentang setan, ya?" Tanya Ge.
"Ga, udah, ga apa-apa. Yuk, pulang. Udah 16.30, nih."
Ge mengiyakan, lalu kami menuju ruangan masing-masing. Beberes meja, mematikan komputer, ac, dispenser, lalu mematikan lampu. Sip, siap pulang! Tapi saat mengunci pintu dari luar, ada yang mengetuk pintu dari dalam.
Tuk, tuk!
Si cewek baju putih bebercak kemerahan ada di dalam! Matanya yang cekung hitam memandang kosong ke arahku. Siapa dia sebenarnya? Bergidik bulu kuduk.
Bye, aku pulang, kataku dalam hati. Semoga besok dia sudah menghilang.
-Nitaninit Kasapink (Error)-
Apik ffnya
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
Maturnwun, Dhee.
DeleteSalam sayang dari Bekasi
Horooorrr! Pengalaman pribadi, ya? #nyungsep
ReplyDeleteHihihi, iyah. Lumayan ngeri :D
Delete