Skip to main content

(21) Err Dan Bless, Aku Ada Karena Keberadaanmu

Dear Bless,
apakah kamu tahu bahwa aku mengasihimu setulus hati? Apakah kamu tahu aku mencintaimu sepenuh cinta yang kurasa? Apakah kamu tahu merindumu tanpa jeda adalah kegilaan yang memaksaku terus-menerus ingin bersamamu?

Semoga kamu tahu,
bahwa menjadi bagian dari detik milikmu adalah hal yang amat istimewa bagiku.
Bahwa berada dalam dekapanmu adalah keindahan luar biasa untukku.
Bahwa dalam genggamanmu aku merasa menjadi perempuan cantik.
Bahwa saat mendengar suaramu melambungkanku ke langit tanpa batas.
Bahwa melihatmu adalah magic untukku!
Bahwa denganmu aku bukan perempuan yang tersia-sia, apalagi disia-siakan.

Aku merasa ada karena keberadaanmu dalam gerakku.
Err


Kulipat secarik kertas sederhana berwarna hitam, lalu memasukannya ke dalam gunungan guguran bunga yang ada di taman pantai ini.

Perlahan bangkit bangun. Gaun hitamku berkibar terkena angin yang berhembus lembut. Rambutku pun dihela angin.

Pantai ini sepi.

Air laut tenang, tak ada ombak, hanya ada riak-riak kecil. Hamparan pasir ini menambah kenyamanan yang terasa.

Bless, lelaki besarku yang kukasihi sedang duduk di atas batu karang besar. Baju hitamnya terlihat amat pekat terkena sinar matahari. Celana panjang hitamnya pun amat kelam. Dibalut warna hitam, Bless tampak gagah di mataku.

Kubiarkan saja dia sendiri di sana.

Kupandang Bless dari belakang. Rasanya ingin berlari memeluknya dari belakang. Tapi tak kulakukan. Malah asyik memandangnya dari sini sambil duduk di di dedaunan yang menggunung di pasir.

Lalu kuteringat surat-surat yang dikirimkan olehnya di dedaunan.

Err, 
dedaunan bisa saja menguning lalu gugur ke bumi. Tapi tidak dengan aku. Aku tidak akan pernah menyerah dalam mencintaimu. Tak akan jatuh waktu mencintaimu. 
Bukankah kita bukan sedang jatuh cinta, Err? Kita sedang merasakan cinta yang melogika, dan mencintai dengan logika. 

Err,
seperti katamu, jatuh cinta itu menyakitkan! Jatuh adalah satu bentuk kecelakaan. Sedangkan kita merasakan cinta bukan karena kecelakaan! Tapi karena logika membantu kita agar bisa mencintai tanpa rasa sakit. Mencintai dengan rasa yang positif. 
Kita sedang mencintai dengan logika, melogikakan cinta. Kita sama-sama menyadari datangnya sang cinta. Cinta yang kita miliki bukan karena kecelakaan, bukan karena jatuh lalu cinta!

Aku percaya ketika cinta datang, dia menyebut namamu dan namaku di dalam rindunya,
Bless

Menurutku surat yang ditulisnya amat manis!

Lalu kutersenyum mengingat surat daun lainnya dari Bless wakt itu.

Err,
saat ombak berlari menuju pantai, dan ikan kecil masuk ke dalam celah karang, ada angin lembut menyapu pantai ini. Tapi tahukah kamu, sebentuk rindu melangkah bergegas menuju pintu kasih yang memang dibuka untuknya. Dan itu adalah aku, menuju ke arahmu!

Err,
dalam hening memang ada senyap. Tapi dalam suasana seperti apa pun, selalu saja ada hening yang memanggilmu dalam kasihku.

Di daun yang menguning ada sesurat penuh kasih darinya lagi.

Err,
ketika aku tak memiliki mata, kamu ada dalam penglihatanku. Dan saat sebiji matamu menjadi mataku, kamu ada dalam seluruh pandangku.

Err,
pernahkah kamu memanggil nama lain selain aku? Aku pernah memanggil nama lain yang bukan kamu. Tapi kutahu pasti bahwa hanya namamu yang akan selalu kupanggil, seperti kamu yang selalu memanggilku setiap waktu, tanpa jeda, dan tak akan jenuh. 

Kita selalu saling memanggil dalam setiap gerak., dengan seluruh kasih.

Bless, lelaki tanpa raga yang duduk di batu karang, melempar batu kecil ke laut. Airnya melompat seperti lumba-lumba cantik.

Bless, dia lelakiku yang lembut. Lelakiku yang pernah punya masa lalu dengan yang lain. Tapi dia adalah Bless, lelakiku di hari ini! Aku hanya ingin mencintainya dengan logika. Bukan dengan kecemburuan yang liar berlari, atau dengan keegoisan yang bisa menghanguskan kasih yang ada.

Bagaimana denganmu? Masih saling memusuhi?

Aku, Err. Dia, Bless. Kami sepasang tanpa raga. Kami hantu yang tak lagi hidup sepertimu. Kami ada di dunia mati yang amat berbeda dengan duniamu. Tapi kami menemukan cinta dan kasih malah setelah berada di sini, dalam mati.

Aku, Err. Dia, Bless. Tersenyum memandangmu dari sini.

Jika ada aliran angin dingin menerpamu, itu berarti kami ada di dekatmu. 

Ya, kami, Err dan Bless.


Nitaninit Kasapink






Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI