"Kamu? Pram? Sejak kapan kamu di sini?", suara lemahnya terdengar. Senyumnya terlihat. Wajahnya masih terlihat ayu, walau ada kerutan di wajahnya. Kepalanya bergerak perlahan, menoleh ke arahku, tersenyum. "Mbak, namanya siapa?", tanyanya dengan ramah. Aku tersenyum, dan menjawab,"Saya Err, Bu". Ah, senyum itu membuat mataku benar-benar akan menumpahkan bermiliar tetes airmata, senyum itu, senyum penuh cinta...
"Gimana kondisimu hari ini?", suara laki-laki parau menahan getar terdengar bertanya pada perempuan ayu yang terbaring di tempat tidur.
"Baik, Pram. Aku baik-baik saja, seperti yang kamu lihat, kondisiku baik-baik saja. Bagaimana kabar nyonya di rumah?"
Tak terdengar jawaban, hening, tak ada suara menjawab...
"Pram, are you ok?"
Masih saja tak ada jawaban. Ah, dia sedang duduk menunduk, sedang berdoa untuk kekasih hatinya...
"Diminum, mbak. Dari kantor? Pasti Pram sebenarnya sedang sibuk. Ah, Pram memang selalu begini. Dia selalu menyempatkan diri untuk datang, padahal saya baik-baik saja".
"Ya, Bu. Bapak seorang yang baik, sama seperti Ibu, seorang yang baik", jawabku sambil menahan airmata agar tak mengalir. Perempuan ayu ini tetap ramah, walau pun kondisinya lemah.
"Janganterlalu banyak bicara. Istirahatlah. Ini aku bawakan buku untukmu, sebuah buku. Bisa kamu baca saat senggang", suara lelaki yang parau terdengar sambil mengangsurkan sebuah buku pada perempuan nan ayu itu.
"Ini...?", suara perempuan ayu bergetar.
"Ya, bacalah. Itu buku harianku dulu. Bacalah, agar kamu mengetahui apa yang sebenarnya dirasa oleh hati", ujar lelaki tua dengan suara parau.
"Ini rahasia hati?"
"Ya, rahasia hati yang disimpan rapi, dan kutulis di sini. Biarkan ini menjadi rahasia kita berdua, sudah terlalu lama aku menyimpannya menjadi rahasia sendiri. Aku harus kembali ke kantor, jaga dirimu baik-baik".
Tak ada jawaban, hening, hanya kulihat ada tatapan penuh kasih beradu. Tissue, tissue, aku cepat menarik beberapa lembar tissue. Tanpa bersalaman, tanpa sentuhan sedikit pun, hanya pancaran mata yang beradu pandang penuh dengan kasih! Ya GUSTI, inikah wujud cinta sesungguhnya? Cepat kuseka mataku dengan tissue. Sebuah pengalaman dan pelajaran berharga tentang cinta...
"Saya juga, Ibu. Saya kembali ke kantor. Sehat dan pulih kembali, Ibu, amin...", ucapku. Dan kuterima senyuman manis darinya. Terlihat matanya berkaca-kaca... Putri dari surga, sebutan yang indah dan penuh cinta, cocok untuknya...
Menuju luar rumah, si bibi mendampingi, lalu mengucap seamat jalan dan terimakasih saat kami memasuki mobil untuk kembali ke kantor. Lagi-lagi hening memenuhi perjalanan. Aku masukdalam alam pikiranku sendiri, tentang cinta yang kulihat dari pancaran mata, cinta yang kulihat dari santunnya bersikap, cinta yang dibatasi oleh sebuah kenyataan hidup... Tak terasa mobil memasuki halaman kantor.
"Terimakasih sudah menemani saya, mbak. Boleh kembali ke ruangan, saya mau istirahat. Besok saya akan menruskan cerita ini. Cerita ini harus selesai tertuang, sebelum ajal menjemput", suara lelaki itu memecah hening, dan aku tersenyum, mengangguk halus, sambil lagi-lagi menyeka mata dengan tissue yang tadi kuambil di rumah Putri dari surga...
*****
Salam senyum,
error
"Gimana kondisimu hari ini?", suara laki-laki parau menahan getar terdengar bertanya pada perempuan ayu yang terbaring di tempat tidur.
"Baik, Pram. Aku baik-baik saja, seperti yang kamu lihat, kondisiku baik-baik saja. Bagaimana kabar nyonya di rumah?"
Tak terdengar jawaban, hening, tak ada suara menjawab...
"Pram, are you ok?"
Masih saja tak ada jawaban. Ah, dia sedang duduk menunduk, sedang berdoa untuk kekasih hatinya...
"Diminum, mbak. Dari kantor? Pasti Pram sebenarnya sedang sibuk. Ah, Pram memang selalu begini. Dia selalu menyempatkan diri untuk datang, padahal saya baik-baik saja".
"Ya, Bu. Bapak seorang yang baik, sama seperti Ibu, seorang yang baik", jawabku sambil menahan airmata agar tak mengalir. Perempuan ayu ini tetap ramah, walau pun kondisinya lemah.
"Janganterlalu banyak bicara. Istirahatlah. Ini aku bawakan buku untukmu, sebuah buku. Bisa kamu baca saat senggang", suara lelaki yang parau terdengar sambil mengangsurkan sebuah buku pada perempuan nan ayu itu.
"Ini...?", suara perempuan ayu bergetar.
"Ya, bacalah. Itu buku harianku dulu. Bacalah, agar kamu mengetahui apa yang sebenarnya dirasa oleh hati", ujar lelaki tua dengan suara parau.
"Ini rahasia hati?"
"Ya, rahasia hati yang disimpan rapi, dan kutulis di sini. Biarkan ini menjadi rahasia kita berdua, sudah terlalu lama aku menyimpannya menjadi rahasia sendiri. Aku harus kembali ke kantor, jaga dirimu baik-baik".
Tak ada jawaban, hening, hanya kulihat ada tatapan penuh kasih beradu. Tissue, tissue, aku cepat menarik beberapa lembar tissue. Tanpa bersalaman, tanpa sentuhan sedikit pun, hanya pancaran mata yang beradu pandang penuh dengan kasih! Ya GUSTI, inikah wujud cinta sesungguhnya? Cepat kuseka mataku dengan tissue. Sebuah pengalaman dan pelajaran berharga tentang cinta...
"Saya juga, Ibu. Saya kembali ke kantor. Sehat dan pulih kembali, Ibu, amin...", ucapku. Dan kuterima senyuman manis darinya. Terlihat matanya berkaca-kaca... Putri dari surga, sebutan yang indah dan penuh cinta, cocok untuknya...
Menuju luar rumah, si bibi mendampingi, lalu mengucap seamat jalan dan terimakasih saat kami memasuki mobil untuk kembali ke kantor. Lagi-lagi hening memenuhi perjalanan. Aku masukdalam alam pikiranku sendiri, tentang cinta yang kulihat dari pancaran mata, cinta yang kulihat dari santunnya bersikap, cinta yang dibatasi oleh sebuah kenyataan hidup... Tak terasa mobil memasuki halaman kantor.
"Terimakasih sudah menemani saya, mbak. Boleh kembali ke ruangan, saya mau istirahat. Besok saya akan menruskan cerita ini. Cerita ini harus selesai tertuang, sebelum ajal menjemput", suara lelaki itu memecah hening, dan aku tersenyum, mengangguk halus, sambil lagi-lagi menyeka mata dengan tissue yang tadi kuambil di rumah Putri dari surga...
*****
Salam senyum,
error
Speechless, semoga cepat sembuh ya!
ReplyDeleteamin makasih mbak :)
Delete