Skip to main content

error bercerita,"Error di RS"

Hari ini, 13 November 2013, Bap resmi dirawat inap di rumah sakit. Perjalanan menuju rumah sakit benar-benar macet, yah seperti biasa sih, macet ga pernah ada habisnya. Setiba di sana, tempat pertama yang disambangi adalah kantin. Tapi berhubung gue sedang dalam masa pemulihan juga, dan harus banyak berpantang makanan, ya gue cuma menemani bap makan. Nanti aja deh gue nyari makan untuk gue. Di sana kita janjian dengan perawat yang seau membantu kita untuk masalah rumah sakit tersebut. Ruangan untuk bap juga sudah diurus.

Bap dapat ruang di PU 4, kamar 406. Beberes semua bawaan, gue harus meninggalkan bap untuk menebus resep. Eh bukan resep masakan loh... Sewaktu nunggu, waduh, batery hp dah mulai lobet! Payah deh ah... Tapi coz gue dah lumayan hafal rute eh kayak bus aja pake rute (haha!) lokasi dimana bisa nge'cas' hp di rs, gue tinggalin apotek, dan voila, ni gue sekarang lagi nge'cas', dan bisa sambil nulis-nulis.

Di sini terbayang Ngka, Esa, Pink, di rumah. Untungnya sejak kemarin gue dah siapin banyak bahan-bahan masakan di kulkas, jadi gue agak sedikit tenang. Ngka dah pintar mengolah bahan-bahan masakan menjadi makanan yang hmm, asiik banget rasanya! Gue berusaha menenangkan diri dan hati. Ngka, Esa, Pink, jaga diri baik-baik, saling menjaga, saling menyayang, saling membantu, itu harap dan doa gue dari sini untuk kasapink.

Bap di ruangan sedang merasakan sakit. Ga tega rasanya, ini operasi bap yang ke-3, semua karena kanker rectum. GUSTI, yang terbaik untuk bap, amin...


Udah dulu ya,

-error-

Comments

  1. :'( semoga segera diberi kesembuhan ... semoga selalu kuat, untuk bap sekeluarga

    ReplyDelete
  2. @mbak Arqa Litha, amin.., makasih doa n dukungannya, mbak

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI