Skip to main content

error,"Masih tentang Bap dan rumah sakit"

Bap sudah pulang dari rumah sakit. Aku bahagia? Yup. Bisa berkumpul lagi dengan kasapink, adalah hal terindah, selain operasi bap yang sukses. Sejujurnya aku ga tau mau bercerita tentang apa, tapi rasanya ingin mencurahkan apa yang terasa di hati.

Profesionalitaskah yang akan aku bicarakan di sini, atau entah, silakan dibaca aja deh...

Jumat, 15 November 2013 kemarin, Bap sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Aku mendapat kabar itu pagi hari dari dokter yang datang memeriksa ke ruangan perawatan bap. Dan sewaktu para perawat datang memeriksa (perawat shift pagi) ke seluruh ruangan pasien, dan memeriksa ruangan bap, aku memberitahu bahwa bap boleh pulang hari ini, dan dijawab, nanti akan dibuatkan perincian biaya. Tunggu ditunggu, aku jadi resah sendiri, karena yang ditunggu, daftar perincian biaya guna administrasi kepulangan bap belum juga diberi. Aku datangi tempat perawat, dan dijawab, supaya aku meminta pada kepala perawat. Setelah aku meminta, kepala perawat menjawab bahwa akan dibuatkan , setelah dia menyelesaikan tugas di ruang perawatan lain. Great, aku berfikir begitu, berarti sebentar lagi bisa pulang, dan bertemu dengan anak-anakku, Ngka, Esa, Pink, alias kasapink. Waktu beranjak siang, aku kembali ke ruang perawat, dan diminta untuk meminta ke kepala perawat, dan mendapat jawaban, nanti setelah menyelesaikan tugas yang menumpuk di mejanya. Oke, great, menurutku begitu, karena berarti 'sebentar' lagi bisa pulang. Masih menunggu di ruangan bap. Lalu datang seorang perawat yang memberitahu bahwa aku diminta datang ke ruang perawat. Hore, batinku, karena berarti semakin mendekati pulang. Di ruang perawat, seorang perawat senior tersenyum padaku, dan berkata bahwa dokumen bap untuk masuk rawat inap dan tindakan medis tidak ada. Mana mungkin bap bisa diopname dan dioperasi tanpa dokumen itu kan? Tapi kenyataannya dokumen tersebut tidak ada di status medis bap, tepatnya lenyap. Yang 'terindah' dari lenyapnya dokumen itu adalah tidak seorang perawat pun yang mengaku mengetahui tentang itu, dan aku diminta mengurus ulang dokumen tersebut, dengan diiringi ucapan,"Ga ada ini, ga bisa pulang loh", sambil tersenyum. Si perawat menyerahkan lembaran dokumen yang harus aku urus, juga resep, dan dokumen untuk mengurus administrasi pulang. Oke, ini semakin mendevati pulang, dan ini 'perjalanan' indah, karena untuk mengurus itu semua lokasi gedung berjauhan.

Aku memulai dari awal, proses rawat inap. Done! Lumayan lelah, tapi tetap positif aja berfikir, hampir pulang. Lalu menuju apotek, menebus resep obat. Berjam-jam aku menunggu di sana, tapi tetap berfikir, semakin mendekati rumah! Setelah berjam-jam menunggu, obat bap ada di tangan. Aku menuju loket administrasi kepulangan, hore, pulang, seruku dalam hati. Tapi ternyata, dari beberapa dokumen yang aku berikan pada petugas, yang kudapati adalah,"Mbak, perincian daftar biayanya mana?". Aku menjawab, semua itu sudah dari ruang perawatan bap. Petugas menjelaskan lagi, perincian biayanya belum ada! Grrrh..., GREAT!! Aku berjalan setengah berlari menuju gedung perawatan bap yang lumayan jauh. Setiba di ruang perawat tempat bap dirawat, aku berkata pada perawat, bahwa perincian biayanya tidak ada. Jawaban yang kuterima manis sekali, disertai senyum manis si perawat,"Tadi mbaknya sudah jalan, ini belum dikasih. Maaf ya mbak". Aku sudah tidak bisa tersenyum. GREAT! Aku kembali berjalan ke loket administrasi, dan mengurus itu semua. Tidak lebih dari 10 menit, clear! Pulang! Sore! Aku kembali lagi ke gedung perawatan bap, ke ruang perawat, menyerahkan dokumen kepulangan, mengambil seluruh foto medical bap, lalu berlari ke ruangan bap. Bap tidur, lelah. Ah, kasihan Bap. Operasi berulang, tapi kanker itu tetap bersemayam di tubuh bap, dan sudah menyebar. Setelah ini masih akan ada tindakan selanjutnya untuk bap, menurut dokter. Entah akan dikemoterapi lagi, atau akan terapi sinar lagi. Aku memandangi bap yang tidur, dan memandangi seluruh bawaan yang sudah kukemas untuk dibawa pulang. Tak lama, bap bangun, dan sekarang aku harus mencari kursi roda untuk bap. Aku mencari sendiri ke ujung gedung, dan kubawa kursi roda tersebut, tapi siapa yang mendorong bap nantinya? Harus ada petugas yang mendorong, itu peraturan rumah sakit. Aku meminta perawat untuk mencarikan petugas, tapi tidak ada. Akhirnya setelah menunggu, ada seorang petugas cleaning service yang datang, dan bersedia mendorong kursi roda, sedangkan aku sibuk membawa koper, dan 2 tas besar serta 1 tas selempang. Pulang! Itu yang membuatku bersemangat. Sesampai di bawah, aku berjalan ke luar rumah sakit mencari taxi, bap ditemani petugas cleaning service tersebut. Taxi sudah dapat, aku menuju tempat bap menunggu. Selesai, dan kuselipkan uang tips untuk si petugas. Di taxi, aku benar-benar lega, one step closer to kasapink...

Yea, tiba di rumah, memeluk 3 nyawa kecil yang sedang sakit di rumah...

Profesionalitaskah yang aku ceritakan tadi? Ya aku juga tidak tau, hanya berfikir, jika saja bisa bekerja dengan lebih 'indah', tidak akan terjadi hal seperti ini...


Salam,
error







Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI