Skip to main content

error,"Ga bohong, gue cewe"

Gue ga tau kenapa kok sering dikira cowo, padahal muka gue jelas cewe, apalagi gue tetep ada dandannya biarpun ga heboh. Sering banget dipanggil dengan sebutan bang, mas, padahal jelas-jelas gue cewe, dan orang-orang yang mengira gue cowo tuh juga dengar suara gue yang biarpun ga manja, tapi jelas banget cewe! Nasiiib, nasiiib... haha... Pernah sewaktu nyasar nanya arah ke security sebuah lembaga, dia yang terlihat sangar itu tetap aja panggil gue dengan sebutan bang, sampai gue dekatin supaya dia jelas melihat dan mendengar suara gue yang cuit cuit biarpun ga sweet, ya cewe... Tapi apa daya, ternyata tetap aja dia memanggil gue dengan sebutan,"Bang". 
Tapi kali ini lebih parah... Seorang bapak yang beberapa kali bertemu gue, dan suka ngobrol ma gue, terperangah sewaktu bertemu gue yang memakai baju lengan panjang bunga-bunga, bukan gaun, tapi baju muslim, dengan tetap bercelana jeans. Dan dengan muka terbengong-bengong, si bapak dengan polosnya berkata,"Sampeyan perempuan tho?". Duerr!! Dar der dor!!! Heg! Lah, lah, lah..., bapaaaak, selama ini ternyata si bapak menyangka gue cowo! Pantesan aja dia ajak gue ngobrolin bengkel terus ma gue. Gue sih menjawab sebatas yang gue ngerti aja. Sejenak gue jadi ikutan terpana karena ucapan si bapak yang serasa seperti bom mengejutkan. Pada menit selanjutnya gue tertawa terbahak-bahak geli banget! Dan beliau masih aja terbengong-bengong. Lebih parah lagi sewaktu mendengar lanjutan ucapannya,"Saya pikir laki-laki, sopan, halus, laki-laki yang baik, itu saya pikir. eh ternyata kok perempuan... Maapin saya ya mbak, tapi kok bisa gagah begini?". Benar-benar membuat gue semakin geli. Gue ga menjawab apapun, cuma nyengir, tertawa, dan mengangguk. Entah apa yang ada di fikiran si bapak tentang gue saat itu, gue ga perduli. Gue lalu pamit dan meninggalkan si bapak yang masih dalam kebengongannya.

Esok harinya gue bercermin lebih lama. Gue lihat wajah gue di cermin, apa iya sih gue mirip cowo? Rasa-rasanya ga deh. Rambut gue memang cepak, tapi kan gue dandan. Gue pandang cermin lekat-lekat, hmm.., wajah cewe kok yang ada di cermin. Tapi lalu gue berhenti memandang cermin. Ya sudah, biar saja orang melihat gue seperti cowo, toh tetap aja gue cewe. Itu pun ga merugikan gue. Ya sudah biar saja, malah bisa jadi cerita, dan membuat gue tertawa. Intermezzo supaya gue tertawa saat gue terlalu serius mungkin ya.

Sekarang gue tetap seperti kemarin dan hari sebelumnya, ga berubah. Yang berubah ya si bapak itu. Sewaktu bertemu gue, dia jadi lebih sopan, mengangguk dan tersenyum. Sebelumnya sih ga gitu, langsung aja ngajak ngobrol. Sesudah tahu gue cewe, si bapak ga ngajak ngobrol lagi. Dan tadi terakhir melihat si bapak, dia cuma melambaikan tangan. Ah bapak, makasih intermezzo salah sangkanya...

Salam error,
;)


Comments

  1. loh...kok bapak bisa salah menduga ya....,padahal yg punya blog super ini memang asli 100% cewek..iya kan,
    btw-aku lagi bikin lomba GA, dicari 32 orang blogger yang suka nulis dan corat coret untuk jadi pemenang dan mendapat hadiah guft menarik dari Makassar, Toraja dan Martapura Kalimantan Selatan...salam :-)

    ReplyDelete
  2. @Mas Hariyanto, iya ga tau tuh si bapak gimana... hedeeeh...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI