Skip to main content

error,"Positif Berpikir?"

Omong-omong tentang 'positif', biasanya berarti ga negatif, alias baik-baik saja. Misalkan, sewaktu ada yang khawatir tentang satu hal, teman lain menimpali,"Positive thinking ajalah.", yang maksudnya agar yang sedang khawatir itu ga khawatir lagi, menepis khawatir, dan berfikir bahwa semua akan baik-baik saja (baca: positif), ga akan terjadi hal yang buruk (baca: negatif). Positif itu bagus, positif berfikir itu bagus, menurut yang selalu kudengar. Ada sedikit pilu sewaktu melihat kenyataan bahwa di kenyataan sehari-hari sebenarnya banyak orang yang positif berfikir, tapi negatif. Hedeh, jadi berlibet gini yah... Seperti apa sih positif berfikir tapi negatif? Di jalanan, ada banyak loh yang positif berfikir tentang perilaku mereka, padahal sebenarnya mereka sedang 'negatif'.

Sering dijumpai mobil dengan muatan yang sarat, tapi benar-benar ga bisa disebut safety dalam pengangkutan muatannya di mobil. Cuma dengan tali ke sana, tali ke sini, ikat sana, ikat sini, yang bisa saja muatannya meluncur lepas dari ikatan, jatuh ke jalan, dan membahayakan pengendara lain. Aku yakin mereka ga berfikir tentang bahaya yang bisa terjadi karena ikatan muatan yang tidak safety. Mereka berfikir akan baik-baik saja, tidak akan ada bahaya karena ketidakperdulian mereka tentang safety. Nah, bukankah mereka sudah positif berfikir? Berfikir semua akan baik-baik saja (baca: positif), padahal bahaya (baca: negatif)!

Anak-anak yang belum memiliki SIM mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Mereka, bahkan mungkin orangtua mereka pun berfikir positif, bahwa mereka, anak mereka tidak akan menabrak, tidak akan mendapat kecelakaan, atau menjadi penyebab kecelakaan, padahal bahaya mengancam! Sekali lagi, itu contoh berfikir positif, padahal negatif.

Ngebut di jalan raya tanpa perduli, itu juga contoh bahwa si pengebut sudah berfikir positif, bahwa dia tidak akan celaka, padahal bahaya.

Positif berfikir? Hehe, rasanya kok lebih baik ditinggalkan deh, kita berfikir untuk jadi positif aja, yuk...


Salam senyum,
error


Comments

  1. itulah yang terjadi saat ini.......

    ReplyDelete
  2. @mas Ngetekno, iya mas, di sekeliling kita udah positif berfikir semua :D

    ReplyDelete
  3. Saya mencoba berpikir positif untuk hal yang pasti aja deh ^^

    ReplyDelete
  4. @mbak Titis Ayuningsih, hehe..., positif untuk hal positif ya mbak ya... :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI