Skip to main content

error,"GUSTI, jangan lupa ya..."

GUSTI,
tadi ada secangkir kopi hitam pahit dan dua donat lengkap dengan lubangnya
juga ada burger, dan seporsi ayam goreng tepung serta nasi, dan air mineral dalam botol
bersama dua sahabat, lengkap dengan canda ceritanya
dan kisah sedih itu pun menjadi lenyap, BUZZ! Tanpa sisa
tinta merah hitam digelar dalam riang
ah GUSTI, apakah tadi ikut tertawa?
tiga perempuan duduk dan mengangkat lembaran luka dan seketika berubah jadi uraian gelak!
pasti campur tanganMU tadi ikut bicara, ya GUSTI, tanpa kami sadari tadi

GUSTI,
rangkaian duka memang selalu berusaha menerobos jatuhkan senyum yang hidup satu persatu
kurasakan denyut airmata menggantung, tapi ditepis dengan dahsyat tanpa jadi tangis!
tiga perempuan dengan perjalanan hidup yang berbeda
tiga perempuan dengan cara hidup yang tidak sama
tapi tiga perempuan itu membaurkan merah hitam tinta hidupnya jadi senyum yang sama
ah GUSTI, apakah tadi ikut tersenyum?
pasti cahayaMU tadi masuk dalam binar mata yang sebelumnya redup, ya GUSTI, dan meluluh lantakkan kelam suram derita yang sebelumnya berteriak

GUSTI,
masih tersenyum aku mengingatMU
yang tadi mendengarkan semua cerita tiga perempuan dan dengan bijakMU mengubah lelah menjadi cerah
TERIMAkASIH ya GUSTI,
nanti kalau tiga perempuan, atau bahkan lebih dari jumlah itu berkumpul, datang lagi ya...
kasihMU mendekap dan membuat semangat menjadi lebih dari sekedar pelengkap...

GUSTI,
jangan lupa, datang ya...
sekarang aku mau masuk dalam lelap
tiga nyawa kecilku sudah sejak tadi masuk dalam mimpi
oh ya,
ada satu lagi,
jangan lupa...
kumohon bahagiakan tiga nyawa kecilku selalu, dan lebih dari bahagia yang kupunya,
amin...

#error, 26nov2013, 00.08




Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI