Skip to main content

...tentang asal muasal nama error untuk gw...

Nama gw Nita Indah Sartika, di sini gw tulis untuk nama gw tu Nitaninit kasapink R-Ror. Ada sebagian orang yg panggil gw dengan sebutan nita, ada juga manggil gw ninit. karena itu gw tulis nitaninit. kasapink itu singkatan nama anak2 gw tercinta, Ngka, Esa, Pink yang disingkat jadi kasapink. Tentang Error, itu cerita yang panjang, amat panjang...berawal dari bertahun lalu...

Beberapa tahun yang lalu gw punya seorang yang bisa dibilang sebagai sahabat, saudara atau apalah namanya itu tapi menurut gw dia amat baik. Dia yang kasi nama gw ERROR, karena menurut dia tu gw bener-bener error. Dan gw suka dengan sebutan itu. Gw memang berbeda dengan para normal (maksud gw orang-orang normal pada umumnya...bukan paranormal yg bisa liat masa depan ato makhluk2 dunia lain loh yaa) lainnya, tapi gw gtw sebutan yang pas utk gw, sampai akhirnya dia kasi gw sebutan error. Gw bahagia punya julukan itu. Buat gw, itu suatu hal yang istimewa. Aneh? Ya gw kan mang aneh.

Tahun-tahun berlalu, dan gw masih setia dengan sebutan error untuk gw. Walaupun si pemberi sebutan error menghilang dibawa angin entah kemana, tetap gw sandang nama error sebagai rasa terimakasih gw utk dia karena sudah memberitahu siapa gw sebenernya. Gw semakin menemukan jati diri gw sebenernya. Haha...

Bertahun sudah gw pakai nama error, bertahun sudah gw jd semakin tw tentang gw yg memang error. Juga bertahun sudah gw tetap ga pernah tau siapa sebenernya orang yang kasi nama error untuk gw... Gw ga pernah tw dia siapa, gw ga pernah tw dia ada dimana, jg gw ga pernah tw dia kayak apa. Yang gw tw, dia adalah seorang yang amat manis di hidup gw, seorang yg amat baik di hidup gw...

Untuk lo yang entah ada di mana, yang gw gtw lo tu siapa, ya gw gtw apa-apa tentang lo, salam manis untuk lo dari gw, juga dari seluruh senyum yang gw punya...



Salam Senyum,
error



be error be happy be myself...

Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI