Cerita ini terjadi di bulan Februari 2012 saat bapakku dirawat inap di sebuah rumah sakit di Jakarta. Aku menunggu bapak di rumah sakit. Pada saat itu hari pertama bapak mulai dirawat di sana.
Malam hari perawat menyuruhku ke apotek untuk keperluan obat bapak. Tanpa pikir pannjang aku langsung pergi ke apotek yang dimaksud.
Rumah sakit itu tergolong rumah sakit besar. Gedung tempat bapak dirawat ada di belakang, di lantai IV. Aku yang belum hafal tempat-tempat seputar rumah sakit mulai bingung apotek itu ada di sebelah mana rumah sakit.
kususuri lorong gelap rumah sakit. Sepi menusuk. Taman terlihat gelap. Mau bertanya dimana apotek berada, tapi pada siapa? Sepi dan temaram malam itu.
Sewaktu aku mulai bingung menentukan arah, datang seorang laki-laki usia di atasku. Mukanya ramah, dengan senyumnya yang lebar menyapaku, "Mau kemana?"
Lega rasanya ada orang yang bisa kujadikan korban pertanyaanku.
"Mau ke apotek, pak. Tapi aku ga tau apoteknya ada dimana" Jawabku
"Oh, apotek. Mari saya antar, mbak" Laki-laki itu berujar sambil tersenyum amat ramah
Sepanjang lorong aku dan laki-laki itu asik ngobrol. Dia sopan, walau kadang aku melihat wajahnya pucat disinari lampu lorong rumah sakit.
Apotek ada di depanku.
"Itu apoteknya" Laki-laki itu menunjuk apotek.
Akupun tersenyum. Akhirnya sampai juga di apotek. Apotek sepi sekali, tak terlihat ada orang di sana. Akupun teringat untuk mengucap terimakasih pada laki-laki itu. Menoleh ke kanan, ke arahnya untuk mengucap terimakasih, oops!!! Laki-laki itu sudah tak ada. Sepi, sepi, tak ada siapa-siapa. Bergegas aku masuk ke apotek.
Setelah selesai menebus obat untuk bapak, aku mulai kebingungan lagi. Untuk sampai ke gedung perawatan dimana bapak dirawat, aku harus lewat mana? Ufh, bodohnya aku, tak ingat sama sekali jalan yang tadi dilewati.
Sambil berjalan perlahan, aku tengok kiri dan kanan. Sepi, tak ada orang. Bertanya pada siapa? kosong. Tiba-tiba ada suara yang kukenal menyapa
"Eh ketemu lagi. Mau kemana sekarang?"
Suara ramah itu! Laki-laki yang tadi mengantarku sampai ke apotek tadi.
"kembali ke ruang perawatan bapak. Tapi aku ga tau lewat mana" Jawabku setengah mengeluh.
Dia tertawa, dan menjawab,"Berarti jodoh, kita bertemu 2X"
Aku tertawa mendengar ucapannya.
Lalu iapun mengantarku ke gedung tempat bapak dirawat inap. Menyusuri lorong gelap rumah sakit yang amat sepi dan dingin. Tak ada seorangpun kulihat di rumah sakit. Cuma ada aku dan dia. kami terlibat percakapan seputar tentang dia.
Dia bercerita bahwa dia sudah 2 minggu ada di rumah sakit, karena itu dia hafal lorong dan tempat di rumah sakit ini. Dia bebas kemanapun dia mau, tak ada yang bisa melarangnya. Dia sempat mengajakku bersalaman, dan terasa dingin sekali jabatannya, hanya senyumnya yang terasa hangat karena ramah.
kami sampai di gedung tempat perawatan bapak. karena bapak ada di lantai IV, maka kami naik lift yang tersedia di rumah sakit. Cuma kami berdua, tak ada siapa-siapa lagi. Di dalam lift kami diam tak bercakap-cakap lagi, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ting! Pintu lift terbuka, ini saatnya aku mengucapkan terimakasih pada laki-laki baik yang sudah mau mengantarku. Tapi sewaktu kutengok ke kanan, laki-laki itu tak ada... Persis seperti waktu dia mengantarku ke apotek. Menghilang... Bulu kudukku berdiri. Tapi aku tersenyum dan mengucap,"Siapapun kamu, aku berterimakasih padamu karena sudah berbaik hati mengantarku. Terimakasih"
kuketuk pintu kaca ruang perawatan tempat bapak, perawat membukanya.
kulangkahkan kaki menuju kamar bapak sambil tersenyum. Seorang teman dari dunia lain membantuku malam ini...
Salam Senyum,
error
Malam hari perawat menyuruhku ke apotek untuk keperluan obat bapak. Tanpa pikir pannjang aku langsung pergi ke apotek yang dimaksud.
Rumah sakit itu tergolong rumah sakit besar. Gedung tempat bapak dirawat ada di belakang, di lantai IV. Aku yang belum hafal tempat-tempat seputar rumah sakit mulai bingung apotek itu ada di sebelah mana rumah sakit.
kususuri lorong gelap rumah sakit. Sepi menusuk. Taman terlihat gelap. Mau bertanya dimana apotek berada, tapi pada siapa? Sepi dan temaram malam itu.
Sewaktu aku mulai bingung menentukan arah, datang seorang laki-laki usia di atasku. Mukanya ramah, dengan senyumnya yang lebar menyapaku, "Mau kemana?"
Lega rasanya ada orang yang bisa kujadikan korban pertanyaanku.
"Mau ke apotek, pak. Tapi aku ga tau apoteknya ada dimana" Jawabku
"Oh, apotek. Mari saya antar, mbak" Laki-laki itu berujar sambil tersenyum amat ramah
Sepanjang lorong aku dan laki-laki itu asik ngobrol. Dia sopan, walau kadang aku melihat wajahnya pucat disinari lampu lorong rumah sakit.
Apotek ada di depanku.
"Itu apoteknya" Laki-laki itu menunjuk apotek.
Akupun tersenyum. Akhirnya sampai juga di apotek. Apotek sepi sekali, tak terlihat ada orang di sana. Akupun teringat untuk mengucap terimakasih pada laki-laki itu. Menoleh ke kanan, ke arahnya untuk mengucap terimakasih, oops!!! Laki-laki itu sudah tak ada. Sepi, sepi, tak ada siapa-siapa. Bergegas aku masuk ke apotek.
Setelah selesai menebus obat untuk bapak, aku mulai kebingungan lagi. Untuk sampai ke gedung perawatan dimana bapak dirawat, aku harus lewat mana? Ufh, bodohnya aku, tak ingat sama sekali jalan yang tadi dilewati.
Sambil berjalan perlahan, aku tengok kiri dan kanan. Sepi, tak ada orang. Bertanya pada siapa? kosong. Tiba-tiba ada suara yang kukenal menyapa
"Eh ketemu lagi. Mau kemana sekarang?"
Suara ramah itu! Laki-laki yang tadi mengantarku sampai ke apotek tadi.
"kembali ke ruang perawatan bapak. Tapi aku ga tau lewat mana" Jawabku setengah mengeluh.
Dia tertawa, dan menjawab,"Berarti jodoh, kita bertemu 2X"
Aku tertawa mendengar ucapannya.
Lalu iapun mengantarku ke gedung tempat bapak dirawat inap. Menyusuri lorong gelap rumah sakit yang amat sepi dan dingin. Tak ada seorangpun kulihat di rumah sakit. Cuma ada aku dan dia. kami terlibat percakapan seputar tentang dia.
Dia bercerita bahwa dia sudah 2 minggu ada di rumah sakit, karena itu dia hafal lorong dan tempat di rumah sakit ini. Dia bebas kemanapun dia mau, tak ada yang bisa melarangnya. Dia sempat mengajakku bersalaman, dan terasa dingin sekali jabatannya, hanya senyumnya yang terasa hangat karena ramah.
kami sampai di gedung tempat perawatan bapak. karena bapak ada di lantai IV, maka kami naik lift yang tersedia di rumah sakit. Cuma kami berdua, tak ada siapa-siapa lagi. Di dalam lift kami diam tak bercakap-cakap lagi, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ting! Pintu lift terbuka, ini saatnya aku mengucapkan terimakasih pada laki-laki baik yang sudah mau mengantarku. Tapi sewaktu kutengok ke kanan, laki-laki itu tak ada... Persis seperti waktu dia mengantarku ke apotek. Menghilang... Bulu kudukku berdiri. Tapi aku tersenyum dan mengucap,"Siapapun kamu, aku berterimakasih padamu karena sudah berbaik hati mengantarku. Terimakasih"
kuketuk pintu kaca ruang perawatan tempat bapak, perawat membukanya.
kulangkahkan kaki menuju kamar bapak sambil tersenyum. Seorang teman dari dunia lain membantuku malam ini...
Salam Senyum,
error
Mataku tak berkedip dari tiap kata yang tertera pada dinding postingan ini.
ReplyDeleteBahkan hingga suara lif itu berbunyi, baru aku sadar tulisan ini mampu masuk kedalam ceritanya.
Terimakasih telah berbagi cerita ya Mbk.
Salam manis dari Jember
Iya, ini kisah nyata yang aku alami tahun lalu.
DeleteCuma coba menuangkan lewat tulisan aja.
Makasih sudah membaca n komen, mas.
Salam Senyum,
error n kids
ini beneran nyata? ._.
ReplyDeletebeneran nyata
Deletetahun lalu aku ngalaminnya
Mampir ah.. baca-baca dulu, komentarnya belakangan :)
ReplyDeletehehe, mas yang cowok mampir :D
Deletemonggo mas, baca-baca...
hehe...
makasih looh