Skip to main content

error,"Maaf Mas,aku mencintaimu..."#episode 6

"Ngka mau kemana?"
"Ulang tahun, Om"

"Ulang tahun? Ulang tahun siapa?"

"Pacar"

"Oh, pacar"

Aku mendengarkan saja pembicaraan yang terjadi antara Mas dan Ngka, anak sulungku yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke pesta ulang tahun pacarnya. 


"Ma, hairspray ada? Rambut Ngka berantakan nih. Ada ga Ma, hairspray?", tanya Ngka padaku


"Ga punya, sayang", jawabku


"Lihat nih", keluhnya sambil menunjuk rambutnya yang berantakkan


Aku beranjak dari kursi dan mengambil kunci motor. Mas mengikutiku.


"Mau kemana?"


"Mini market. Mau beli hair spray untuk Ngka"


Mas menyuruhku duduk mundur ke belakang. Mas mau antar aku. Aku menolak. Menurutku, biar saja aku yang mengendarai motor, dan Mas dudukdi boncengan.


"Ya udah gue ga ikut"


Aku terperangah. Oh... kemudian aku mundur duduk di bagian belakang. kubiarkan Mas yang mengendarai motor. Di mini market dekat rumah ternyata tak ada hair spray. kami pun menyeberang jalan menuju mini market lain. Yah.., tak ada juga. Akhirnya jelly hair yang kubeli. Sesampai di rumah langsung Ngka menggunakannya.


"Gimana nih Ma caranya?"


Aku lalu mengacak-acak rambut Ngka sambil tertawa geli. Mas memperhatikan.


"kok gitu sih?"


Aku tertawa,"Iya, Mas"


Ngka puas, lalu dia pun berangkat. Sebelum berangkat Mas bertanya pada Ngka


"Acaranya dimana, ka?"


Ngka menyebutkan sebuah resto yang terletak di seputar peumahan tempat kami tinggal. Lalu Ngka berpamitan. Mas pun dicium dengan hormat punggung tangannya oleh Ngka. Ah Ngka, Ah Mas...


Esa keluar dari kamar. Esa lebih sering berada di kamar untuk ngegames. Mas melihat Esa, dan memanggilnya. Esa mencium tangan Mas. Ah Esa, Ah Mas...


"Yuk kita ke tempat Ulang tahunnya pacar Ngka. kita makan aja di sana. Yuuk. kita kacaukan acara", ajak Mas pada Esa


Esa tertawa. kemudian dia masuk kembali ke kamar, dan wew, Esa sudah rapi! Pink pun sudah rapi. Siap untuk berangkat!


                                                      ***



"Untuk berapa orang?"


"4 orang, mbak, out door aja", kataku


Masing-masing dari kami memilih makanan yang berbeda. Oh, Esa memilih serupa dengan Mas. Dia melirik Mas sewaktu Mas memilih. Ah Esa, Ah Mas... Mas, sadarkah Mas, anak-anakku menyayangimu?


Di saung lesehan tempat kami duduk menunggu makanan tiba terlihat acara yang ulang tahun yang meriah.


"Ma, tu Ngka!", kata Pink


Aku melihat matanya berbinar. Ah Pink, ah Mas...


Makanan datang, dan kami sibuk dengan makanan yang kami pesan. Tapi tetap dalam obrolan.


"Enak ya ada saung gini di rumah", kata Mas


"Ya. Asik"


Lalu berlanjut tentang rumah. Mas bertanya rumah seperti apa yang kusuka. Anganku melayang ke rumah yang dulu sewaktu kecil ditempati. Dengan halaman yang mengelilingi rumah, jendela kayu yang terbuka lebar. Aku tak suka dengan rumah gaya modern. Aku lebih suka rumah dengan gaya sederhana, hangat, nyaman. Rumah yang penuh cinta di dalamnya.


Mas mendengarkan dengan seksama.


"Mama, mau pipis", kata Pink dengan manja


"Sa, antar Pink ke toilet, sayang"


"Hush, sana lo yang anter"


"Looh..., sama Esa aja Mas", protesku


"Sana gih sana. Emaknya juga"


Pink nyengir dan tertawa. Esa juga tertawa. Aku antar Pink ke toilet. kembali ke saung, kullihat Mas terlllibat pembicaraan dengan Esa. Entah tentang apa. Esa seorang anak yang pendiam. Lebih pendiam dibanding Ngka dan Pink.


"Ma, kata Ngka, Mama disuruh ke sana", ujar Pink, sambil menunjuk ke arah pesta.


"kok bisa?", tanyaku


"Ini, Pink sms Ngka kok, kasih tahu kita ada di sini. Ngka jawab, mama dateng aja masuk, gitu"


Sewaktu arah pandangku ke pesta ulang tahun itu, kuihat Ngka sedang berjalan menuju saung kami.


"Yuk Ma", ajak Ngka


Aku pun mengikuti Ngka. Ah Ngka...


Aku menyalami pacar Ngka, mengucapkan selamat ulang tahun. gadis manis itu tersenyum manis dan mengucapvan terimakasih padaku. Dan aku kembali ke saung.


Di saung kulihat Esa dan Pink sedang berbalik melihat belakang, duduk berdua mengobrol. mas memperhatikan. Ah Esa, Ah Pink, Ah Mas...


Ya GUSTI, ada rasa haru menggedor hati. Aku tahu apa yang ada di hati anak-anakku. Merevapun nyaman dengan keberadaan Mas di antara kami. Apakah ini salah? Mengapa rasa ini menguasai hatiku... Anugerah cinta ini amat sulit untuk disikapi...


"Aku pengen lihat pacar Ngka", kata Mas


"Pink juga, Pink juga!"


"Esa juga, Ma"


Aku tertawa mendengar 3 orang yang kucintai kompak ingin melihat pacar Ngka. kugamit tangan Mas.


"Yuk, kita ke sana. Makannya dah selesai, kan?", kataku


Pesta masih berlangsung meriah. kami masuk ke area pesta.


"Mamanya Ngka?", seorang ibu berpakaian rapi mengajakku bersalaman


"Ya", jawabku. Oh, mamanya, pikirku.


"Sudah ketemu papanya?", tanyanya


Aku bingung, papa siapa? Lalu kulihat Mas sedang asyik mengobrol dengan seorang bapak.


"Oh, itu papanya di sana", ujarnya


Akupun bersalaman dengan bapak yang sedang mengobrol dengan Mas, yang ternyata papa pacar Ngka.


Sebentar kemudian kami pun berpamitan.


"Tadi gue ditanya sama papanya, oh ini papanya Ngka? Gue jawab aja, iya. Ga apa-apa kan?"


"Ga apa-apa, Mas"


Sms masuk di ponselku, dari Ngka. "Mama, ditanyain Om itu calon papa Ngka, ya, gitu katanya. Ngka jawab aja, iya"


Airmata merambang. Duh GUSTI, sedemikian dekat hati yang dirasakan oleh 3 anakku terhadap Mas. Padahal mereka pernah mengatakan padaku untuk tidak menikah lagi. Tapi saat ini kurasakan berbeda. Ngka, Esa, Pink menyayangi Mas. Mereka mencintai Mas. Ah, Ngka, Esa, Pink... Ah Mas... Duh GUSTI...


Dan kurasakan rambutku dielus perlahan oleh Mas... Ah Mas, maafkan aku... Aku mencintaimu dengan tulus, juga anak-anakku... Mereka mencintaimu, Mas... kami mencintaimu... Dan cinta inipun makin memenuhi hati... Ah Mas...


                                   ***************************
error




      







Comments

  1. cerpen dengan mengutamakan percakapan, sangat akrab di baca - salam bloger

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...