Skip to main content

error bercerita tentang sebuah misteri,"Sendal itu lenyap tanpa bekas!"

Ini terjadi beberapa hari yang lalu. Sendal yang gue kenakan itu menghilang begitu saja, tanpa Kejelasan. Tuh sendal ga pamit mau pergi Kemana. Saat berangKat pergi, sendal ada di KaKi. Tapi sewaKtu sampai di tujuan dan aKan mengenaKan sendal jepit hitam Kesayangan gue itu, O LA LA...!! BuKan lebai buKan alai... BuKan sihir buKan sulap, eh buKan sulap buKan sihir, JRENG JRENG...!! Sendal jepit hitam sebelah Kiri hilang tanpa jejaK. Gue memang nyopot sendal di mobil sewaktu perjalanan. Tapi ga mungkin banget sendal itu kabur! Sendal sebelah kiri lenyap! Alhasil gue pinjem sendal dan gue menikmati pergi dengan sendal yang jauh llebih besar dari sendal gue. Haduh, serasa naik kapal yang besaaaar...! Tapi apa daya, senda lgue hilang tanpa jejak. Seisi mobil dioprak-aprek, sendal kiri itu tetap aja ga ada di mobil. Aneh! Tapi akhirnya dilupakan begitu saja.


Fokus di acara makan, bercanda, ngobrol, haha dan hihi, dan ceriaaa! Malam itu benar-benar indah, dan episode sendal hilang sebelahpun terlupakanlah sudah. Setelah makan-makan, masih berlanjut pergi dan perbincanganpun semakin asyik. Sendal yang jauh lebih besar dari ukuran sudah tidak lagi jadi masalah. Biar saja besar, toh ini semua berjalan dengan baik, dan kebahagiaan ini ada di hati.


Sewaktu semua acara sudah selesai, dan sudah waktunya kembali pulang, kaki mencari sendal besar yang gue pinjam. Dan OLALA...!! Sendal besar yang gue pinjam itu hilang dua-duanya! Sepasang sendal besar yang gue pinjam lenyap juga di mobil! Lenyap tanpa bekas! Mobil kembali dioprak-aprek, hasilnya nihil. Entah hilang kemana sendal itu. Padahal di dalam mobil hanya sebentar gue lepas.


Sampai hari ini episode hilangnya sendal kiri dan sepasang sendal itu masih jadi pertanyaan besar di hati. Masih jadi misteri... Aneh dalam 1 malam sendal yang gue kenakan hilang di dalam mobil yang sama, dan tanpa jejak. Gue bersyukur yang hilang lenyap tanpa bekas adalah sendal, bukan gue yang hilang...



Salam Senyum,
error




Comments

  1. hehehe,...tapi hebat,..sempat nulis...
    Good..!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...