Skip to main content

error dan obrolan ringan kemarin,"Makasih sudah mau menjadi teman gue"

Ngumpul bareng teman di kantor kemarin dan mengobrol itu memang mengasyikkan. Apalagi sesudah lama tidak bertemu dengan mereka. Ada saja obrolan yang menggelitik.  Entah itu tentang anak di rumah, atau  tentang diri sendiri. Seperti tadi, obrolan yang dibahas adalah tentang berat dan postur badan, dan seperti biasa bisa melompat-lompat ke topik berbeda dalam waktu sedetik. Haha!! Tapi yang jelas, gue kangen suasana ini...


"Gile lo nek, kurus lo sekarang. Lebih gimanaaa gitu", kata seorang teman pada gue tadi


"Jiah, celana emang melorot, sih... Tapi kalo boleh minta ma GUSTI, ni berat badan turun jangan gara2 di rumah pada sakit duung", jawab gue sambil tertawa


"Tau ga lo mak, gue pengen banget nurunin berat badan ga bisa juga. Gue dah makan sayur-sayuran doang padahal. Tapi tetep aja ga turun ni berat badan", ujar teman gue lagi

"Eh, jangan turun. Gila aja dah mau Lebaran. Rugi kalo turun tuh daging. Pertahankan dagingmu", timpal yang lain, dan disambut tawa bersama.


"Eh, lo ga masuk sih ya... kemaren tuh gue pake blazer, tau. Secara sih tuh da kekecilan sebenernya. Tapi gimana ya...?", ujar teman gue yang tadi.


"Iya, gue dah bilang untuk gue aja, eh ga dikasih. Padahal dah tau kekecilan gitu", teman yang lain menjawab


"Ih, ga tega, tau", jawab teman yang tadi 


"Ga tega gimana?", tanya teman yang lain lagi


"Itu gue beli mahal. Eh malah badan gue jadi begini. Lo tau ga, gue masih berharap badan gue balik lagi"


"Nah loh, lo berharap badan lo balik? Emangnya tu badan lagi kemana? Trus, sekarang badan siapa yang lo pake?", timpal gue 


Tawa keras membahana tanpa cetar penuhi ruangan di lantai 1 kantor. Lalu topik beralih ke lain.


"Gue kemaren pergi karaoke-an", cerita temanku, sambil menyebut beberapa teman yang sekantor juga.


"Mantaaap!", ujar gue


"Ga ada lo, mak. Jadi ga seru. Cuma gue yang gila. Yang laen jaim-jaim aja. Nyanyinya kayak idol-idolan gitu. Gue kan goyang yahud!", temanku heboh bercerita


"Ya kalo lo kan sama ama gue. karaoke itu ga penting suara. Suara nomor 2, yang penting heboh", jawab gue dan disusul tawa teman yang lain.


"Gue goyang sendirian, mak. Ga perduli deh tuh mau pada mikir gue gelo ato apa. yang penting gue happy aja  goyang bergoyang, goyang gue bukan goyang aduhai kok, tapi goyang fun", kata teman gue


Gue jawab,"Goyang stress, bo"


Santai di lantai 1, lalu obrolan pindah ke lantai 3, di ruangan gue sambil makan


"Bulan depan kita karaokean yuk, Nit", ajak teman gue, sambil mengunyah gado-gado yang dibeli tadi


"Yuk. Mau aja, asik-asik aja", Jawab gue


"Cuma elo mak yang bisa gila bareng gue", keuh teman gue dengan muka serius

Gue tersenyum. Ternyata orang error macam gue masih juga diperhitungkan dalam berteman, dan makasih dah mau berteman ma gue. Dan masih banyak obrolan lain yang membuat gue semakin bersyukur mempunyai teman-teman seru yang baik seperti kalian...


Salam Senyum,
-error-












Comments

  1. senyum ceria agar tidak sakit

    ReplyDelete
    Replies
    1. yupyup widya,betul banget,senyum ceria itu wajib.hehe... :D

      Delete
  2. enggak ngajak saya mbak karaokean.. saya merdu loh cengkok dangdutnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI