Skip to main content

error,"Maaf Mas, Aku Mencintaimu..."#Episode 13

Aku terkejut saat mengetahui kamu ada di sana, di depan kantor tempatku bekerja...
"Mas!"


"Haha!"


kumatikan ponselku karena ternyata Mas ada tak jauh di depanku. Rasanya aku hendak melonjak girang melihatmu! Surprise! Aku berlari mendekati Mas yang sedang duduk di bangku sebuah warung yang kosong depan kantor. Astagaaa...


"Mas", kutepuk pipinya perlahan sambil tak bisa menyembunyikan tawa.


"Ya, kenapa?", tanya Mas sambil tersenyum


kuambil posisi duduk di sebelah Mas, dan kugenggam tangannya. Masih ingatku akan rasa yang membuatku menangis semalam. Merasa sebagai bukan siapa-siapa untuk Mas, merasa tidak punya arti dalam hidup Mas. Tapi saat Mas ada di depanku dan tersenyum, rasa itu hilang.


"Ada apa dengan lo semalam? kasih tau gue, kenapa lo semalam? Tidur jam berapa lo semalam?", serbu Mas dengan pertanyaan padaku.


"Tak ada apa-apa, Mas. Cuma aku masih belum bisa tidur"


"Apa sebenarnya yang lo rasa? Jawab, kasih tau gue. Ayo klarifikasi sekarang"


"Mas sudah lihat aku dari tadi?", tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Mas


"Ya, dari tadi gue lihat. Gue lihat lo ngobrol sama yang baru datang. Makanya tadi gue off obrolan ponsel"


"Ihhh Mas..!"


"Sana masuk. Nanti dicari bos"


"Sudah ijin tadi. Mas naik apa?"


"Tadi bareng teman. Gue minta turun di depan situ. Gue bilang mau ke istri, gitu"


Aku tertawa. Istri... Hmm, kata sederhana yang amat sulit jadi realita. Ah Mas...


"Cerita sama gue, ada apa semalam? Cerita sama gue. Ada bagian dari sisi gue yang lo ga suka ya? Iya?"


"Iya", jawabku lemah


"Gue mau ngopi. Sebelah ada kopi ga?", tanya Mas sambil menunjuk warung di sebelah tempat kami duduk.


"Ada, Mas. Yuk pindah ke sebelah"


kami pindah ke warung yang ada di sebelah. Duduk bersisian. Mas menggenggam tanganku. Ada rasa nyaman dalam hati. Tenang rasanya jika ada bersama Mas. Duh Mas, jika saja genggaman ini tak harus dilepas...


"Gue sayang lo. Semalem lo ga bisa tidur, ada rasa yang ga enak ya di hati lo mengenai gue ya? Iya? Ya?"


"Ya, Mas"


"Pukul gue. keluarin marah lo, pukul gue sekarang. Nih, pukul gue sekarang"


kopi yang dipesan datang. Asap kopi mengepul. Hmm...


"Hey, ga boleh melamun. Ayo cerita"


"Iya, aku merasa hubungan ini indah, Mas. Amazing. Tapi seperti kristal, indah yang penuh resiko pecah. Amat indah, dan aku bahagia, Mas. Tapi hubungan ini mudah menjadi rusak"


"Lo pikir gue ga sayang lo? Gue sayang banget! Gue cinta lo"


"Ya, aku ngerti, Mas. Tapi apa Mas ngerti perasaanku? Rasa sayangku padamu jauh lebih besar dari yang Mas pikir. Rasa cinta ini jauh lebih besar dari yang Mas rasa. Jauh lebih besar. Mas takkan bisa membayangkannya. Aku mencintaimu lebih dari yang Mas bayangkan"


"Ya, gue tau. Gue merasakan cinta lo besar ke gue. Lo amat baik ke gue. Gue merasa sudah bikin lo jadi susah. Tapi apa lo tau, gue sayang dan cinta lo. Bukan cuma sama lo, tapi juga sayang dan cinta pada Ngka, Esa, dan Pink. Gue sayang dan cinta"


Uuuufh.., aku tau akan hal itu. Aku juga merasakan hal yang sama akan cinta dan sayang Mas terhadapku dan terhadap 3 nyawa kecilku Ngka, Esa dan Pink. Bagaimana Mas juga ikut sibuk setiap kali Pink sakit. Setiap kali! Bukan cuma sekali, tapi setiap kali Pink sakit, Mas selalu ada mendampingi. Ikut ambil bagian sibuk, malah Mas yang tersibuk. Mas menjaga kami. Dan Ngka, sulungku, amat respect terhadap Mas. Esa yang pendiam pun menyayangi Mas dengan diam-diam, dan menyembunyikan kagumnya pada Mas, walaupun tak bisa sembunyikan sinar kekaguman itu dariku, Pink yang manja terhadap Mas saat Mas hadir, dan mulai juga merasakan rindu pada Mas saat Mas tak datang. Mas, kami mencintaimu. Tapi Mas bukan hak kami. Mas memiliki keluarga. Uufh.., apa yang harus kulakukan? Anugerah ini sulit untuk disikapi. Rasa cinta ini adalah anugerah yang indah, Mas adalah sosok yang kucintai, tapi menyikapi semua ini amat sulit. Aku ingin memilikimu, Mas, juga ingin menjadi milikmu selamanya, tak berbatas ruang dan waktu, tak disekat oleh apapun, menjadi halal bagimu, itu inginku. Dan itu hal yang tak mungkin Mas lakukan. Ada komitmen yang harus dijaga. Ah, komitmen di atas kertas, sedangkan komitmen hati tak terjamah... Uufh, otakku mulai meracau lagi...


"Mas, aku bahagia. Cuma memang kadang hal ini menggangguku. Mas tau apa yang kumaksud kan ya Mas?"


Mas mempererat genggamannya. Dipandangnya aku dalam-dalam. Ah Mas, rasanya aku ingin memelukmu erat-erat dan takkan kulepas walau sedetikpun! Mas, aku mencintaimu... Apa yang harus kulakukan? Argh...


"Gue cuma sebentar. Ada meeting sebentar lagi. Gue naik taxi aja dari sini"


"Bareng aku aja. Aku naik ke atas dulu. Jangan kemana-mana"


"Lo cantik, energik. Gue takut kehilangan lo. Banyak yang suka sama lo. Gue tau banyak yang berharap bisa jadi pendamping lo. Gue takut, takut kehilangan lo"


"Tungguuuuu..., ya? Tungguuuuuuuu...", ujarku sambil tertawa seraya berdiri. Mas masih menggenggam erat tanganku.


"Bentaaaar...!", seruku sambil berlari menuju kantor, dan terus berlari menaiki tangga ke lantai 3 dimana ruanganku berada. Berberes sebentar, sedikit konseling dengan seorang karyawan yang memintaku untuk membaca karakternya lewat tanda tangannya, lalu... ijin pergi.


                                                                     ***

Aku memberi isyarat tangan pada Mas yang sedang asyik menelefon. kuisyaratkan untuk mengikutiku menuju parkiran motor. Mas mengikutiku.


"Ayo!", ajakku pada Mas agar segera naik ke motor. Mas menolak. Uugh...


"Ayo, ayo Mas". Dan Mas masih menolak. Mungkin karena aku perempuan, jadi Mas gengsi ada di belakang. Ah Mas.... ugh!


"Mas, ayoooo...". Dan akhirnya Mas mau juga naik di belakang. Haha, Mas tersayang...


Aku menikmati perjalanan bersama Mas. Sungguh ada damai di hati. "Bersamamu Mas, adalah hal indah yang kudapat di hati. Ah Mas, cinta ini membuatku bahagia, tapi keadaan ini membuatku bingung. Maafkan aku Mas, ternyata cinta yang ada juga membuatmu gelisah... Maaf Mas, aku mencintaimu dan ingin selalu ada di sisimu, dan menjadi halal bagimu...", bisikku dalam hati. Entah apa yang ada di pikiran Mas saat ini. Dan angin dengan bebas menerpa tubuhku dengan kerasnya, seakan hendak membawa pergi seluruh resah gelisah yang ada...




                      
Arti kehidupan by Memes
Ku menempuh sedalam lautan
Ku mencari arti kehidupan
Mendaki gunung kekecewaan, melelahkan
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Kau menjelma seperti khayalan
Kau impian dalam kenyataan
Perjalanan yang penuh likunya
Kini tlah tiba di sisimu selamanya

Engkau bukan yang pertama
Tapi pasti yang terakhir
Di cintamu ku temui arti hidupku

Engkau bukan yang pertama
Tapi pasti yang terakhir
Di cintamu ku temui arti hidupku

Kau menjelma seperti khayalan
Kau impian dalam kenyataan
Perjalanan yang penuh likunya
Kini tlah tiba di sisimu selamanya

Engkau bukan yang pertama
Tapi pasti yang terakhir
Di cintamu ku temui arti hidupku

Engkau bukan yang pertama
Tapi pasti yang terakhir
Di cintamu ku temui arti hidupku

  *******************************************************************************************************











Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI