Skip to main content

error dan Medical Check Up

Karena akan medical check up, mulai pukul 8.00 malam gue puasa. Ga makan. Kebetulan juga gue dah kenyang habis makan-makan bareng Ngka, Esa, Pink, di resto sunda. Semua berjalan tenang... Tenang cacing perutnya... Wahaha!!


Pagi-pagi bergegas berangkat ke laboratorium yang dituju. Jangan sampai kesiangan. Antri lama, lapar juga jadi lama terasanya. Dengan rata-rata 100km/jam, tiba di sana dengan sumringah, masih tahan lapar. Ga berasaaaa...


Daftar, dapat no urut antrian ambil darah, sebentar nunggu, kasih data untuk kepentingan administrasi laboratorium, ambil darah, teruuus...,"Ibu makan aja dulu ya, 2 jam lagi baru ambil darah lagi. Tapi status ini kasih dulu ke bagian sana, bilang aja ibu mau makan dulu. Sehabis makan ibu datang lagi ke sana, tunggu panggilan pemeriksaan fisik". Okelah kalau memang harus makan.


Gue kasih status ke bagian untuk pemeriksaan fisik, dan seperti yang tadi analisnya kasi tau, gue bilang mau makan. Trarararalaaaaaa..! Terbang ke kantin. Lapar sih ga, tapi lihat makanan yang beragam jadi pengen juga. Dasar gendut, makanan selalu aja menggoda. Pesen nasi, sop ayam di mangkok, ayam goreng, perkedel, dan..,"Eh apa tuh bu?", tanya gue ke si ibu kantin yang lagi menggoreng bulat-bulat banyak. Si ibu menjelaskan sedang menggoreng baso. Waaah, dasar error gendut, langsung teriak,"Mauuuu!". Gue lupa kalau itu di kantin kantor lain. Tapi cuek ajalah, namanya pengen ya tetap aja pengen. Si ibu nyengir, dan mengangsurkan yang barusan digoreng untuk gue. Haha, asik! Minumnya teh hangat tawar. Masalah tawar menawar, gue ga ahli. Tapi kalau minum teh, gue lebih memilih teh tawar. Biar kelihatan 'gimana gitu', kali teh tawar diubah aja kali ya namanya jadi teh nego gitu ya? Haha..!


Makan, makan, makan. Selagi makan buka-buka sosial media. Iseng, potret deh tuh yang lagi sibuk di kantin.




Sedangkan gue terus aja bersibuk dengan makanan yang ada di piring dan mangkok. Teh tawar hangat dah mulai gelas ke-dua. Goyang mulut, goyang lidah, habiiiiiiisss ga bersisa! Cuma tulang belulang yang berserakan di piring yang tersisa.



Ludes... Habis... Tandas... Hedeh, kenyaaang!


Kembali lagi ke laboratorium, ke bagian pemeriksaan fisik. Tunggu menunggu yuk yuk ah, nunggu... Eh gue dikasih form untuk diisi. Ya iyalah, masa tuh form untuk dibuang. Ngapain juga ngasih ke gue kalau maksudnya untuk dibuang ya? Itu tentang pekerjaan gue di kantor, terus tentang riwayat penyakit, dan ada riwayat penyakit nenek moyang. Nenek moyang seorang pelaut, sakitnya apa? Itu kalau pelaut, lah nenek moyang gue apa ya? Halah, malah jadi ngaco. Isi, isi..., isi form-nya dengan sejujur-jujurnya. Gue kan cewek jujur, ya gue isi sejujurnya dong. Eh tapi apa iya gue cewek? Haha, ya pastinyaaa...


Form terisi dengan pernyataan jujur dan apa adanya. Nunggu lagi, nunggu untuk panggilan pemeriksaan. Gue sibuk dengan lagu-lagu yang terdengar lewat handsfree ponsel. Mbak petugas yang bagian manggil-manggilin untuk pemeriksaan fisik mendekati gue.


"Mbak, ganti baju yuk. Mau rontgen", kata si mbak. Gue ikut aja sama mbak itu ke tempat ganti baju. Dikasih tau deh kalau harus buka bra dan copot kalung, dan dikasih tau tentang baju ganti untuk keperluan rontgen dan jantung. Baju gue disimpan di loker, ganti baju pasien laboratorium, tas tetap gue selempangin. Selesai ganti baju pasien, nunggu lagi di ruang yang tadi. Ga terasa sih nunggunya, karena ada lagu yang teriak-teriak di telinga. Sampai akhirnya gue dipanggil untuk rontgen.


"Dagunya ke sebelah sini, tangan di pinggang, agak ke sebelah kiri sedikit,", petugas rontgen mengatur posisi gue. "Ya, selesai". Sebentaaaaaar banget. Kenapa ga lamaan sedikit sih? Haha!


Kembali lagi ke ruangan tadi. Mbak bagian manggil-manggilin nama untuk diperiksa itu mendekati gue, dan mengatakan gue sekarang ke bagian jantung, dan dia antar gue ke bagian jantung. Nunggu lagi. Masih aja gue nyantai menikmati lagu. Eits, nama gue dipanggil. Masuk yuuuk. Buka sepatu, celana panjang di angkat dikit. EKG, pemeriksaan jantung.


"Jangan bergerak", kata si dokter. Gue nyengir, karena teringat film-film yang pelakunya lagi menodongkan senjata api dan mengancam,"Jangan bergerak! Don't move!". Hahaha! Ga lama, selesai. Horee, boleh ganti baju pake baju sendiri lagi. Ga betah pake baju yang bukan baju sendiri.


Ternyata dah 2 jam sesudah makan, ambil darah ke 2. Barusan aja selesai ambil darah ke-2, eh dipanggil lagi. Sekarang untuk pemeriksaan dokter, untuk mata, bb, tb, lingkar pinggang, dll. Ya, selesaiii...!


Pulanglah gue, dan jalan menuju parkiran. Pede banget gue sewaktu keluar parkir ambil arah kebalikan dari arah datang. Eh ternyata penjaga parkir teriak..."Salaaah...!". Hahaha, ternyata datang dan pulang dari arah yang sama. Dasar gue sotoy... 


Bye bye laboratorium..., gue melaju cepat ke kantor...



Salam Senyum,
error







Comments

  1. goyang lidah mah kayak nama bakso di tempatku sob. Bakso goyang lidah hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha... iya, biasanya nama warung baso tuh goyang lidah ya bray... haha...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...